| 0 Comments | 13 Views

Siapa yang tidak mengenal Tupperware? Brand peralatan rumah tangga yang telah kokoh berdiri sejak tahun 1946. Tupperware selama 78 tahun telah berhasil mengembangkan pangsa pasar ke seluruh dunia dan membangun citra yang lekat di mata konsumen dengan wadah plastik yang berkualitas tinggi.

Brand ini didirikan oleh Earl Tupper di Amerika Serikat yang berinovasi membuat desain penutup wadah kedap udara yang membantu menjaga kesegaran makanan sehinga lebih tahan lama. Brand ini telah mengeluarkan berbagai jenis peralatan rumah tangga dengan kualitas tinggi, dan digemari oleh banyak kalangan.

Salah satu strategi pemasaran yang digunakan oleh Tupperware adalah dengan mempopulerkan sistem penjualan langsung melalui event yang dikenal dengan "Tupperware Party" , yang dimana para konsumen, terkhususnya ibu rumah tangga dapat membeli produk dan secara langsung bersosialisasi. Namun diantara kepopuleran Tupperware, apa yang membuat brand ini terancam bangkrut?

Dikutip dari CNN Indonesia, Tupperware diketahui telah mengajukan pelindungan kebangkrutan Bab 11 pada Selasa (17/9) malam. Pengajuan ini dilakukan setelah Tupperware melanggar persyaratan utangnya. Sejak tahun lalu, saham perusahaan ini telah anjlok secara signifikan dan kehilangan kapitalisasi pasar hingga 95% dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. 

Sejak beberapa tahun terakhir, penurunan penjualan telah dialami oleh Tupperware. Dikutip dari Liputan6.com, penjualan Tupperware menurun drastis ditahun 2022 sebanyak 18% dan menjadi sekitar US$ 1,3 miliar yang jumlah nya turun signifikan dibanding pada tahun 2021. Hal ini terjadi karena lonjakan singkat yang terjadi karena Pandemi COVID-I9.

Menurut analis ritel dan direktur pelaksana Global Data Ritel, Neil Saunders, Tupperware megalami penurunan penjualan yang tajam, penurunan konsumen setelah pandemi, dan brand ini juga dinilai belum sepenuhnya terhubung dengan pangsa pasar anak muda.

Ninobola Cacabola Bolalion Adirabet  Momobola  Bolaturbo  Bolabesar  Bolamacan  Papibola  Briobola

Kebangkrutan Tupperware juga disebabkan oleh utang yang besar. Dikutip dari Reuters, brand ini memiliki utang sebesar US% 700 juta atau sekitar Rp 10,85 triliun. Pada 2023 lalu, Tupperware mengatakana bahwa perusahaan memilki masalah likuiditas yang serius sehingga menyebabkan perusahaan ikon produk rumah tangga ini terancam tidak dapat menuntaskan kewajiban utangnya. Karena penjualan dan permintaan pasar yang menurun drastis membuat Tupperware kesulitan untuk memenuhi tenggat waktu pembayaran utang.


Leave a Comment