| 0 Comments | 1326 Views

Seri Esai Mahasiswa Sejarah Sastra Arab Klasik # Topik Puisi Masa Abbasiyah Kedua (850-1250)

Esai Mahasiswa 1:

Kontroversi Dan Kecemerlangan Puisi Ali Bin Jaham : Sorotan Kehidupan Dan Karya Sastranya

Sabil Lillah (22101010018 )

 

Masa Kekhalifahan Abbasiyah kedua, yang dimulai pada abad ke-9 Masehi,tepatnya 750 Masehi – 1258 Masehi menggambarkan periode gemilang dalam sejarah sastra Arab yang beriringan dengan kehadiran sejumlah penyair ternama, salah896), Ibn Mu’taz ( 861M-908), dan lain lainya) Abbasiyah kedua menandai masa keemasan dalam perkembangan sastra Arab, di mana keberagaman genre sastra dan penciptaan karya monumental menjadi ciri khasnya. Pada tugas essay kali ini penulis akan membahas penyair yang bernama Ali Bin Jahm  dengan judul

,Kontroversi dan kecemerlangan puisi Ali Bin jahm :sorotan kehidupan dan karya sastranya,

Ali Bin Jahm (803-863 M) ,adalah Ali bin al-jahm Bin Badr Bin Masoud Bin Usayd Al- Quraisy ,yang nama panggilanya adalah Abu Al-Hasan dan berasal dari Khorasan lahir pada tahun 188 H di Bagdad ,keturunan keluarga Arab ,keturunan Baduy sehingga wataknya agak kasar dan membuatnya fasih dan mengelilingi bakat puitisnya dengan ketenangan dan kekuatan ,dan melindungi dari pengaruh kota Bagdad yang penuh dengan ekspatriat dan negara sekitarnya.Seperti yang disebutkan di pragraf pertama ,bahwa essay ini membahas tentang kontroversi dan kecemerlangan puisinya Ali Bin Jaham , dan essay ini membahas kehidupan dan karya sastranya .Dalam penelusuran saya dengan artikel berbahasa indonesia yang di tulis oleh Dr.Muhammad Ar rafi ,namun sebenarnya artikel ini berbahasa arab,namun saya terjemahkan kedalam Bahasa Indonesia .karna sedikitnya artikel Bahasa Indonesia yang saya temukan .Artikel ini membahas karya sastranya ali bin jahm , yang mana di artikel ini bercerita kisah ali bin jahm dan al -mutawakil , Suatu hari, Ali ibn Jahm pergi berjalan-jalan di kota Baghdad. Lalu, di tengah jalan, seseorang berkata kepadanya, “Siapa saja yang memuji khalifah, ia akan di beri kedudukan dan berbagai macam hadiah olehnya.” Ali sangat gembira mendengar kabar tersebut. Maka, ia pun bergegas pergi menuju ke istana sang khalifah. Sesampainya di istana, ia langsung men- jumpai Khalifah al-Mutawakkil; sementara itu para penyair yang lain tengah saling bergantian melantunkan syair pujian untuk sang khalifah dan setelah itu masing-masing menerima hadiah darinya.

Al-Mutawakkil adalah al-Mutawakkil; seorang khalifah yang sangat dik- tator dan haus pujian serta penghormatan.

Singkat cerita, tibalah giliran Ali ibn Jahm untuk melantunkan syair pujian- nya. Ia maju ke depan dan langsung melantunkan beberapa bait syair pujian untuk sang khalifah yang berbunyi sebagaimana berikut:

 

Engkau laksana anjing dalam memelihara persahabatan

Dan laksana kambing hutan dalam menghadapi pertempuran Engkau laksana timba, tapi aku tak akan menyebutmu timba #

Dari sekian banyak dermawan yang berlumuran dosa

Demikianlah. Dengan lugu dan percaya diri ia terus melantunkan bait- bait pujian yang berisi pengumpamaan sang khalifah dengan seekor kambing, domba, sumur, dan pasir. Padahal, para


penyair-penyair sebelumnya selalu mengumpamakan sang khalifah dengan matahari, rembulan, gunung, dan lain sebagainya.

Tak ayal, sang khalifah terpancing kemarahannya dan para pengawalnya pun menjadi geram. Tanpa ada komando, mereka dengan serta-merta meng- hunuskan pedang masing-masing dan siap untuk membunuh Ali ibn Jahm. Namun, rupaya Khalifah Mutawakkil segera menyadari bahwa Ali ibn Jahm adalah orang Badui yang telah terbiasa dengan tabiatnya yang lugu dan kasar, sehingga wajar bila bait-bait syairnya terkesan kasar dan tak santun.Maka, ia menahan tindakan para pengawalnya dan bermaksud ingin mengubah tabiat Ali ibn Jahm tersebut. Lalu, ia menempatkan Ali ibn Jahm di salah satu bangunan istananya yang megah dan di dalamnya disediakan para pelayan wanita yang cantik-cantik dan berbagai macam kenikmatan dan kemewahan.

Sejak itu, Ali ibn Jahm pun merasakan kehidupan mewah yang belum pernahdirasakannyasebelum itu. Di istana khalifah ini, setiap saat Ali ibn Jahm bisa bertelekan di atas dipan-dipan mewah, bergaul dengan para penyair ternama, dan bercengkerama dengan para sastrawan kota.Dalam artikel ini biisa kita nilai bahwa dari segi karya sastranya ali bin jaham sangat kontroversi dengan segi kata katanya nya ,berbeda dengan penyair-penyair yang lain , namun dari syair yang kontroversi membuat hidup dia yang sangat cemerlang ,ia menjadi penyair kerajaan ,namun ia tidak tidak dekat dengan para khalifahnya ,namun ia adalah keturunan bangasawan ,pernyataan ini hampir sama saya temukan dengan artikel berbahasa arab yang di tulis oleh ﯾﺤﯿﻰ ﺮو  ,dalam artikel ini dikatan Ali Bin Jahm adalah seorang penyair yang meremehakn khalifah namun menghadiahinya ,dan artikel ini juga membahas kejeniuasan ali bin jahm , Kejeniusan Ali bin Al- Jahm sangat terlihat di masa mudanya, ia selalu hadir di kalangan ilmu pengetahuan untuk mempelajari segala sesuatu yang ada, antara filsafat dan sastra, sehingga puisi menjadi impian hidupnya, apalagi setelah bertemu dengan orang paling terkenal. penyair , termasuk penyair terkenal Abu Tammam, yang kemudian menjadi temannya. Ali tidak berusaha untuk dekat dengan para khalifah, namun bakat puitisnya itulah yang mendorongnya untuk menemui mereka satu per satu, untuk mengungkapkan kepada mereka kejeniusan sastranya yang tak tertandingi, karena ia memiliki hubungan yang baik dengan Khalifah Al-Ma'mun, sebagai serta dengan Khalifah Al- Wathiq dalam Tuhan dan Khalifah Al-Mu'tasim, yang pada masa pemerintahannya ia memegang Diwan Ketidakadilan, dan Khalifah Al-Mutawakkil, yang juga mengalami banyak situasi lucu dan sedih bersamanya, mungkin yang paling terkenal yang memanggilnya anjing di awal puisinya

Dalam pragraf ini membahas tentang keilmuwan atau kecemerlangan dari seorang penyair Ali Bin jahm Yang mana kejeniusan ali bin jahm terlihat dari ia mempelajari fiilsafat dan sastra seperti yang diterangkan di pragraf sebelumnya ,dan dari kegiatan belajarnya yang gigih ia menjadi penyair terkanal pada masa itu ,dan di jelaskan juga dalam jurnal arabiyah أﻋﻼم أﺣﺪ اﻟﺠﮭﻢ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ   ﺜﻟﺎﻧﻲ اﻌﻟﺒﺎﺳﻲ


ﺣاﻼم اﻟﺒﻜﺮي oleh ditulis yangاﻌﻟﺼﺮ

Ali bin jahm merupakan salah satu penyair abbasiyah yang berbudi luhur yang menjadi terkenal dengan puisinya ,namun di balik kecemerlangan di dalam syair syai Ali bin jaham juga mengandung krtikan menyindir musuh dan penentang khalifah menimbulkan. Permusuhan semua pihak terhadapnya ,yang pada akhirnya menyebakan sebagian penentang menfitnah khalifah Mutawakil

Kemudian di kutip dari https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jba/article/view/24192 yang ditulis oleh tayabeh ,Zahra,dan seifuri tentang syair Ali bin jahm yang membahas tentang penciptaan adam Puisi cerita sebagai salah satu cabang dari pohon besar puisi dan sastra pada masa Bani Abbasiyah, merupakan salah satu sarana penting untuk mengungkap fakta sejarah. Kajian ini


menunjukkan bahwa 'Alī ibn al-Jahm dapat dianggap sebagai salah satu pionir seni sastra ini pada era Abbasiyah. Ia membuka jalan bagi para penyair untuk mendaggambarkan sejarah dalam format ini dan menciptakan karya-karya baru di era ini dan mengabadikan peristiwa-peristiwa sejarah tersebut. Dengan menganalisis setiap unsur cerita dalam bab “Penciptaan Adam” karya 'Alī ibn al- Jahm, penelitian ini membuktikan bahwa karya ini adalah puisi cerita dan juga mencoba menentukan tujuan penyair dari urutan karya ini untuk penontonnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan 'Alī ibn al-Jahm dalam puisi ini adalah untuk mengajarkan ajaran Islam kepada penonton dan orang-orang pada masanya selain menceritakan kembali peristiwa dan sejarah para nabi.Adapun syair contoh syair dari Ali bin jahm, h. 228 :

 

حَمداً كَثيراً وُهوَ أُهلُ الحَمدِ

الحَمدُ لِلَّهِ المُعيدِ المُبدي

عَلى النَبِيِّ باطِناً وَظاهِرا

ثُمَّ الصَلاةُ أَوَّلاً وَآخِرا

Hasil dari beberapa referensi tentang pembahasan” Kontroversi dan kecemerlangan puisi Ali bin Jaham : Sorotan kehidupan dan karya sastranya”dapat disimpulkan bahwa Ali bin Jaham telah melambangkan sebuah kontroversi yang menghadirkan sorotan tajam terhadap kehidupan dan karyanya. Ali bin Jaham bukanlah hanya seorang penyair, tetapi juga seorang tokoh yang menciptakan gelombang tajam dalam dunia sastra Arab. Karya-karyanya telah mengundang perdebatan sengit, memicu perbincangan yang meluas tentang kecemerlangan dan kontroversi di balik kata-kata indahnya.

Puisi-puisi Ali bin Jaham adalah perwakilan sastra yang tak hanya mencerminkan kehidupan, tetapi juga menyoroti realitas sosial, emosi manusia, dan konflik yang melilit kehidupan sehari- hari. Meskipun dikenal dengan kecerdasan penyampaian makna yang dalam, puisi-puisinya sering kali memancing kontroversi karena keberanian dalam menghadirkan tema-tema yang provokatif serta pendekatan yang tak konvensional.

Pemikiran dan gaya penyair ini menjadi buah bibir di kalangan para pembaca dan kritikus sastra. Kecemerlangan karyanya tak dapat dipungkiri, karena mampu menyentuh dan meresapi benak pembacanya, namun kontroversi yang diusungnya turut menimbulkan polemik yang menghadirkan pertanyaan tentang batas-batas ekspresi sastra.

  *** * *** 

Esai Mahasiswa 2: 

“Tinta Abadi Al-Buhturi (821-897): Telusur Jejak Hidup Dan Karya Gemilang Sang Penyair Di Masa Emas Abbasiyah Kedua”

Disusun Oleh :

AMANDA ANGGRAINI

22101010020

22101010020@student.uin-suka.com

 

Esai ini membahas topik Sejarah sastra klasik pada periode Dinasti Abbasiyah Kedua antara tahun 775 Masehi sampai dengan tahun 1258 Masehi.  Pada periode ini lahir banyak sekali tokoh-tokoh sastra / penyair/ prosais diantaranya Ali Ibn Jahm ( 803 M- 863 M ) , Al-Buhturi ( 821M  - 897 M ), Ibn Rumii ( 836 M - 896 M ), Ibn Mu’taz ( 861 M - 908 M ) dan lain-lain. Pada pembahasan kali ini, Penulis mengangkat tema Al-Buhturi : kilas balik hidup dan karya indah Abbasiyah kedua dengan judul esai Tinta Abadi Al-Buhturi : Telusur jejak hidup dan karya gemilang sang penyair di masa emas Abbasiyah Kedua

Topik tentang Tinta Abadi Al-Buhturi : Telusur jejak hidup dan karya gemilang sang penyair di masa emas Abbasiyah Keduasebagaimana ditulis di paragraph pertama dalam penelusuran artikel berbahasa Indonesia dibahas mengenai Alur Kepemimpinan Dinasti Abbasiyah yakni The Golden Age dan Kemunduran yang terjadi Pada Dinasti Abbasiyah, juga mengulik pembahasan mengenai kesusastraan pada masa Abbasiyah Kedua sekaligus memberikan penjelasan tentang Lingusitik pada masa ini. Penelusuran artikel berbahasa Indonesia ini dengan tujuan memberikan gambaran kondisi yang terjadi pada masa Abbasiyah kedua guna mencari tahu keterkaitan antara kondisi kehidupan dan tema-tema puisi / syair yang muncul pada masa itu. Sedangkan dalam penelusuran artikel berbahasa inggris topik ini membahas penelitian mengenai tema dari puisi pada Masa Abbasiyah kedua, tidak hanya sekedar tema saja tetapi juga menarasikan teknik, cara pembawaan, penyampaian dan pemaknaan dari puisi atau syair Masa Abbasiyah Kedua. Terutama pemaknaan syair yang dibuat penyair terkenal Masa Abbasiyah Kedua yakni Al-Buhturi. Topik ini dalam penelusuran artikel berbahasa Arab membahas pemaknaan dan pesan-pesan yang ada di syair Al-Buhturi, terlebih jika dikaitkan dengan konteks keadaan Dinasti Abbasiyah pada masa itu mengalami penurunan dalam bidang kesusastraan. Menjadikan Al-Buhturi memberikan makna dan pembawaan syairnya sesuai dengan konteks masa itu agar terlihat lebih menarik ditelinga pendengar.

Menurut Nurtanti dalam jurnal Masa golden age dan kemunduran dinasti abbasiyah , Jambora history and culture journal,  Vol. 5 no. 2 , 2023 mengatakan Abbasiyah memiliki 5 abad keemasan Islam mencakup masa keemasan berbagai Ilmu Pengatahuan salah satunya adalah bidang  Kebangkitan Intelektual dirintis oleh khalifah Ja’far Al-Manshur tahun 762 M yang menjadikan Bagdad sebagai ibu kota negara. Banyak ulama yang datang dan hadir untuk menyebarkan ilmu pengatahuan termasuk pada Ilmu Sastra. Masa ini menjadi awal dari penyebaran ilmu di Bagdad dan mulai munculnya para penyair Masa Abbasiyah kedua. Tetapi Nurtanti juga mengatakan 3 abad berselang Abbasiyah menjadi masa keemasan Islam, terjadi masa kemunduran Abbasiyah beserta aspek-aspek di dalamnya termasuk juga Ilmu pengatahuan. Mundurnya kekuasaan Abbasiyah disebabkan oleh beberapa hal Internal dan Eksternal. Salah satunya adalah lemahnya penguasa yang mengendalikan kekuasaan juga dualisme pemerintah. Hal ini membuat pemerintah Abbasiyah melakukan perubahan sistem ketahanan dan mulai menyebarkan Ilmu Kemiliteran bagi masyarakat. Ilmu pengatahuan mulai mengalami penurunan dikarenakan Bidang Militer bergerak begitu pesat .Menyebabkan  minat masyarakat mengalami penurunan di bidang Ilmu pengatahuan terlebih pada Ilmu Sastra.

Dikutip dari jurnal Perkembangan Linguistik Era Daulah Abbasiyah bahwa periode kedua daulah Abbasiyah ( 847 M - 945 M ) tepatnya dibawah kepemimpinan Al-Mutawakkil. Pada masa ini tidak memperbolehkan perdebatan dan diskusi dalam pemikiran, akhirnya keadaan ini berimbas pada perkembangan puisi, khotbah dan insya’ karena masyarakat takut dan lebih memilih berfikiran tertutup serta enggan mengungkapkan hasil pemikiran mereka. Pada masa ini gejolak sastra berpengaruh terhadap lafadz bahasa arab, banyak makna yang tidak mu’jam sehingga menyulitkan para sastrawan. Akhirnya banyak pecinta ilmu yang meninggalkan Bagdad menuju wilayah-wilayah kekuasaan Islam sehingga pecinta Ilmu banyak bermunculan diluar Bagdad. Keadaaan ini juga disebabkan karena kacaunya pemerintahan dan memburuknya keadaan bangsa  turki akibat terbunuhnya khalifah Al-Mutawakil ( 945 1055 M ) .

Dijelaskan di dalam jurnal Eksistensi sastra arab pada masa kemunduran paska dinasti abbasiyah  ” , El-Afaq , Vol. 2 No.1  2023 bahwa kemunduran Sastra Arab mulai terlihat ketika mongol menyerang Abbasiyah. Ditambah dengan minimnya pengatahuan dalam penggunaan bahasa Arab disebabkan para ilmuan yang sudah banyak keluar dari Bagdad, geliat perkembangann sastra Arab pada masa ini seakan mati. Pada masa ini, para penyair, terutama penyair muslim, banyak menunjukkan karyanya pada pemujaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Maraknya perkembangan tasawuf mendorong para pengikutnya mengarang bait-bait syair yang hanya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dikatakan bidang kesastraan arab di masa-masa sengit masih berkembang, tetapi tidak berkembang pesat seperti di era awal daulah Abbasiyah.

Pada masa ini diantara masa keemasan Dinasti Abbasiyah dan masa Kemundurannya, muncul beberapa penyair yang masih melanjutkan syair-syairnya salah satunya adalah  Al-Buhturi ( 821M  - 897 M ), dikutip dari buku karangan Syauqi Daif تاريخ الادب العرب في عصر عبسي الثاني  ,  dalam satu riwayat mengatakan Al-Buhturi dipupuk dengan hafalan Al-Quran, ia juga hafal banyak puisi dan khotbah, tumbuh dilingkungan para ulama ia belajar bahasa dan tata bahasa mengenai puisi. Al-Buhturi merupakan penyair terkenal pada masa Abbasiyah kedua, ia melahirkan banyak puisi dengan tema beragam, mulai dari pujian ratapan dan sindiran. Akan tetapi, karya syairnya lebih banyak ke pujian disebabkan karena latar belakang kondisi pada masa Abbasiyah kedua itu sendiri. Banyak karya-karyanya di dalam Diwan Al-Buhturi yang memang 60% dari karyanya adalah berisi syair pujian.

Dikutip dari jurnal اللون و دلالته في الشعر العباسي halaman 176 menyebutkan sebagian besar syiir Al-Buhturi mencerminkan referensi budaya, intelektual dan keadaan menggunakan warna. Hal ini memudahkan Al-Buhturi dan pendengar memahami makna syaiir yang diutarakan. Adapun konotasi warna dan maknanya meliputi : Konotasi Hitam ( kesedihan ), konotasi Putih ( kesucian ), konotasi Merah ( kematian ), konotasi Hijau ( kehidupan ), konotasi Kuning ( cahaya ), konotasi Biru ( tenang ). Dalam syairnya Al-Buhturi seringkali menggunakan konotasi Putih dan Hijau. Hal ini dilatar belakangi dengan situasi dan kondisi Abbasiyah kedua. Seperti syair berikut :

حَضَرَت رَحلِيَ الهُمومُ فَوَجَّهـ *** ـتُ إِلى أَبيَضِ المَدائِنِ عَنسي

أَتَسَلّى عَنِ الحُظوظِ وَآسى *** لِمَحَلٍّ مِن آلِ ساسانَ دَرسِ

أَذكَرتِنيهُمُ الخُطوبُ التَوالي *** وَلَقَد تُذكِرُ الخُطوبُ وَتُنسي

Melalui telusur jurnal  عناصر القصص في شعر البحتري  kita bisa mengetahui unsur narasi dan naratif dalam syiirnya. Al-Buhturi adaah penyair yang cenderung memberikan contoh-contoh dari pengalaman hidup yang nyata untuk mempresentasikan kenyataan yang pahit. Ia juga merepresentasikan syairnya dalam sebuah keadaan atau tempat yang sedang ia alami, sehingga pendengar atau pembaca syairnya ikut merasakan apa yang ia rasakan. Seperti syair berikut :

وَلَيلٍ كَأَنَّ الصُبحَ في أُخرَياتِهِ  حُشاشَةُ نَصلٍ ضَمَّ إِفرِندَهُ غِمدُ

تَسَربَلتُهُ وَالذِئبُ وَسنانُ هاجِعٌ   بِعَينِ اِبنِ لَيلٍ ما لَهُ بِالكَرى عَهدُ

أُثيرَ القَطا الكُدرِيَّ عَن جَثَماتِهِ    وَتَألَفُني فيهِ الثَعالِبُ وَالرُبدُ

وَأَطلَسَ مِلءِ العَينِ يَحمِلُ زَورَهُ   وَأَضلاعَهُ مِن جانِبَيهِ شَوى نَهدُ

لَهُ ذَنَبٌ مِثلُ الرَشاءِ يَجُرُّهُ       وَمَتنٌ كَمَتنِ القَوسِ أَعوَجَ مُنئَدُّ

Melihat perbandingan dari ketiga jurnal bahasa Inggris The night in sifat al mutanabbi, Al-Buhtari's Poetics between Abi Tammam and Al-Mutanabbi, Techniques of Argument in Poetry of Wisdom upon the two Judicious and the Poet  peneliti menemukan kesamaan pendapat mengenai puisi karya Al-Buhturi baik dari segi teknik penulisan ataupun pemaknaan syiir. Syiir Al-Buhturi hampir sama dengan syiir Abi Tammam dan Al-Mutanabbi. Yakni menggunakan teknik pengalaman dan memanfaatkan situasi ataupun kondisi yang telah dilewati sehingga pendengar yang mendengarkan merasakan inti dari puisi yang dibacakan. Sedikit - demi sedikit penyair seperti Al-Buhturi bisa melewati masa sulit dan gencatan peraturan dari pemerintahan Abbasiyah Kedua. Hal ini menjadi alasan mengapa penulis melakukan analisis beberapa jurnal dan memberikan judul esai “Tinta Abadi Al-Buhturi : Telusur Jejak Hidup Dan Karya Gemilang Sang Penyair Di Masa Emas Abbasiyah Kedua”

 

  

DAFTAR PUSTAKA

Nurtanti.( 2023 ). Masa the Golden Age dan Kemunduran Dinasti             Abbasiyah.Jambura History and Culture Journal, Vol.5, no.2, Halaman          70-       81.

Susanto, A. ( 2023 ). Eksistensi bahasa arab pasca  Masa Kejatuhan Dinasti             Abbasiyah. El-Afaq, Vol 2, No.1,       Halaman 44-54.

Chotimah, N. ( 2018 ). Perkembangan Linguistik era daulah Abbasiyah. Uin      maulana malik ibrahim, Vol. 2 Halaman 803-818.

Mirani, N S. ( 2021 ) . Al-Buhtari's Poetics between Abi Tammam and Al-       Mutanabbi.      Journal of Education for Humanities, Vol 1 Halaman 197- 222.

Abbas, K Zahra. ( 2019 ). Techniques of Argument in Poetry of Wisdom upon    the       two Judicious and the Poet. Journal of College of Education, Vol 2         Issue 2,            Halaman 123-154.

Fahad, J M naim. ( 2020 ) The Night In Sifat Al Mutanabbi (Artistic Study).   Journal         Of Archaeology Of Egypt/Egyptology . Vol 17 no 5. Halaman      1783-1791.

تاريخ الادب العربي , بيروت  : دار المعارف  ,  ١٩٧٣

اللون و دلالته في الشعر العباسي – قراءة في شعر البحتري , ٢٠٢٢

عناصر السرد القصصي في شعر البحتري , مجلة العلوم التربوية والدراسات اإلنسانية، ٢٠١٨

 

 

*** * ***

Esai Mahasiswa 3



Leave a Comment