| 0 Comments | 252 Views
Sumber Review : Artikel 3 Sastra Digital 2023
Judul : ماالأدب الرقمي Apa Definisi Sastra Digital?)
Penulis: Philip Botz
Review Artikel berbahasa Arab
yang berjudul ما الأدب الرقمي؟ Karya فيليب بوطز diterjemahkan oleh محمد أسليم
Disusun oleh Ririn (20101010011)
Artikel ما الأدب الرقمي؟ ditulis oleh Philip Botz dan diterjemahkan
oleh Muhammad Aslim. Philip Botz lahir
sekitar tahun 1875 di Polandia. Pada tahun 1940, dia berusia 65 tahun dan
tinggal di Detroit, Michigan,
bersama putra dan 4 cucunya. Artikel yang berjudul ما الأدب الرقمي؟ atau “Apa itu Sastra
Digital?” bersumber dari Majalah Mark .(مجلة علامات)Artikel ini
diterbitkan oleh Said Bengrad (سعيد بنكراد) dan diterbitkan di Negara Maroko dan
juga dipublikasi pada tanggal 30 juni 2011 dengan jumlah 12 halaman.
Sastra digital disebut
sebagai segala bentuk naratif atau puisi
yang menggunakan perangkat informasi sebagai media dan menggunakan
satu atau lebih karakteristik media tersebut. Medium dan Media. Istilah
medium disini digunakan dalam pengertiannya yang didefinisikan dalam dasar-dasar seni multimedia.
Sedangkan media adalah alat komunikasi yang digunakan, dan media informasi
dekat dengan media di mana karya itu ada, karena memungkinkan sekaligus waktu
untuk menyampaikan informasi. Karya sastra
digital merupakan alat komunikasi antara penulis dan pembaca. Perangkat kerja: Sebuah karya sastra digital
terdiri dari seluruh komponen perangkat keras dan perangkat lunak yang terlibat
dalam komunikasi yang diciptakan karya ini antara penulis, pembaca, dan aktor
yang berpartisipasi di dalamnya. Kedua aktor,
pembaca dan penulis, tidak dipandang sebagai mesin, melainkan sebagai subjek.
Adapun istilah lain
untuk membicarakan sastra digital. Di Amerika, hypertext adalah
istilah yang paling umum, karena fokus pendekatan Amerika terhadap konsep
tersebut, tidak seperti di Eropa, hypertext adalah istilah yang paling umum
digunakan. Termasuk dalam karya sastra digital
hiperteks yang struktur utamanya tidak didasarkan pada bifurkasi. Namun, di
Eropa, istilah sastra digital
(istilah bahasa Inggris atau Jerman – diterjemahkan sebagai digital) dianggap
paling umum digunakan saat ini, mengingat bahwa istilah lain dapat digunakan
untuk tekankan beberapa fitur bisnis. Oleh karena itu, ungkapan “literatur
jaringan” secara eksplisit
mengacu pada karya yang diterbitkan di Internet dan konsep jaringan. Namun,
sayangnya, istilah ini sepenuhnya mengecualikan semua karya yang saat ini ada
di luar jaringan, CD, dan sejumlah
perangkat, dan itu juga cenderung mengecualikan semua karya yang mendahuluinya.
Munculnya Internet, yang menyebabkan tersingkirnya banyak karya penting karena
penulis belum mengeksploitasi Web hingga saat ini.
Pada tahun 1996 di Perancis. Ketika seseorang ingin menekankan peran spesifik
dari membaca interaktif, ia berbicara tentang “sastra”. “Interactive”, istilah
yang diciptakan oleh Ibsen Anarseth dan memaparkan teorinya dalam buku
Networked Text: Horizons of Interactive Literature. Ada juga istilah "sastra elektronik", seperti
dalam frasa atau puisi elektronik dan
sering digunakan untuk menyebut puisi digital. Istilah ini adalah yang tertua
di Prancis, yang umum digunakan pada tahun 1980-1990, dan lebih menekankan
sifat teknologi dari pekerjaan tersebut.
Literatur digital telah menimbulkan banyak gosip dan
ketidakpercayaan, serta pengucilan dan kesalahpahaman, reaksi yang masih
berlaku hingga saat ini. Literatur digital dalam orbit siber
telah melahirkan berbagai domain, dan memunculkan sejumlah prasangka yang
berasal dari imajinasi pesimistis
sebagian orang terhadap teknologi mengenai masa depan, dan antara lain, dari
interpretasi kejeniusan atas perubahan besar yang dibawa oleh literatur ini untuk tulisan, bacaan, dan teks.
Maka, sejak tahun 1953, sebelum sastra menggunakan komputer, Boris Vian menciptakan mitos tentang
"robot penyair”, yaitu mesin yang mampu menciptakan puisi. Gambaran ini akan menghuni
imajinasi kolektif untuk waktu yang lama, dan melambangkan ketidakpercayaan yang kuat terhadap
sastra digital.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada kesenjangan yang tiba-tiba
antara karya sastra digital dan karya non-digital, melainkan ada kesinambungan
yang menyebabkan perpindahan isu sastra secara bertahap dan perlahan. Sejak
awal abad ke 20 berbagai gerakan avant-garde mengambil teks dari halaman
dengan memasukkannya ke dalam tabel dan objek, sehingga secara signifikan
mengubah hubungan antara penulis, teks, dan pembaca, seperti halnya gerakan hipping,
misalnya mereka berfokus pada menghasilkan makna dengan mengoperasikan hubungan huruf satu sama
lain, dan hubungan kata dengan sistem tanda lain secara umum. Hal inilah yang membuat Philippe Castellini, seorang
penerbit salah satu majalah sastra digital terpenting, menyatakan
bahwa sastra digital merupakan “Penyelesaian” dari bentuk-bentuk yang ditempati
oleh para avant-garde tersebut. Gagasan penyelesaian mengandaikan perbaikan ke
titik yang tidak dapat diatasi, tetapi gagasan avant-garde telah diselesaikan
dengan baik dan tidak ada satupun terbitan sastra yang tidak mengenal batas
yang tidak dapat diatasi.
Algoritma adalah seperangkat aturan
logis yang dikodekan
dalam bahasa pemrograman untuk menghasilkan hasil semua program menggunakan
algoritma, namun tidak menganggap fitur ini sebagai bagian dari karya sastra
digital kecuali penulis benar-benar menggunakannya secara sadar dan berperan
dalam struktur karya.
***
Nama: Rivania Nava
Nureliza
Nim: 20101010017
Apa
Itu Sastra Digital
Philip
Buter, dalam artikel yang diterjemahkan oleh Muhammad Aslim, menjelaskan
fenomena "Sastra Digital" dalam literatur digital yang muncul di
orbit sibernetika. Artikel ini dipublikasikan pada tahun [tulis tahun] dan
dapat diakses di [tempat penerbitan]. Dalam diskusinya, Buter membuka dengan
menggambarkan ketidakpercayaan dan ketidaksetujuan awal terhadap sastra
digital, yang lahir seiring dengan perkembangan teknologi dan munculnya
komputer sebagai medium kreatif.
Sastra
digital didefinisikan sebagai segala bentuk narasi atau puisi yang menggunakan
perangkat informasi sebagai media, dan melibatkan satu atau lebih karakteristik
media tersebut. Meskipun konsep ini mungkin masih terdengar futuristik bagi
sebagian orang, Buter mencoba membongkar prasangka dan menggambarkan bagaimana
sastra digital mengubah paradigma menulis, membaca, dan memahami teks.
Sejak
awal, ada ketidaksetujuan yang kuat terhadap sastra digital, terutama karena
sastra dianggap sebagai kegiatan berbasis bahasa yang memiliki aura sakral. Ide
bahwa mesin atau algoritma dapat "menghasilkan" karya sastra dan
menciptakan puisi dianggap oleh beberapa orang sebagai penodaan terhadap aspek
manusiawi dalam ekspresi diri. Namun, Buter berpendapat bahwa sastra digital
bukanlah penghinaan, melainkan perubahan yang perlu diakui dan dijelajahi.
Penulis
menyoroti bahwa sastra digital tidak hanya mencakup hasil akhir dalam bentuk
teks yang ditampilkan di layar, melainkan juga melibatkan aktivitas kreatif
dalam prosesnya. Meskipun mesin dapat menciptakan teks, transfer pengalaman
manusiawi yang terjadi dalam sastra tetap menjadi keahlian manusia. Buter
menegaskan bahwa, terlepas dari pengetahuan yang dimiliki mesin, mereka hanya
berperan sebagai katalisator, dan penulis sejati adalah perancangnya.
Dalam
konteks definisi, Buter menjelaskan bahwa sastra digital dapat mencakup
berbagai genre, seperti hiperteks, sastra generatif, dan puisi yang menyentuh.
Algoritma, generatif, dan komputasi menjadi karakteristik kualitatif yang
membedakan sastra digital. Algoritma, sebagai seperangkat aturan logis dalam
pemrograman, digunakan dalam beberapa karya digital untuk menciptakan struktur
artistik.
Pengkodean
digital menjadi elemen kunci dalam sastra digital, di mana semua media
dikodekan dalam biner di komputer. Ini memberikan kemampuan komputer untuk
mengontrol data dan media dengan aturan yang sama, meskipun proses ini
menyebabkan kehilangan identitas media yang dapat ditransformasikan.
Interaktivitas
adalah karakteristik yang paling membedakan sastra digital. Buter menguraikan
pandangan berbeda tentang definisi interaktivitas dalam karya sastra.
Menurutnya, interaktivitas bukan hanya tentang hubungan teknis antara pembaca
dan program, tetapi juga melibatkan kemampuan pembaca untuk memengaruhi
komposisi tanda-tanda yang dibaca.
Artikel
ini juga menyentuh definisi teknis lainnya, seperti multimedia, kompatibilitas,
dan media komposit, yang semuanya berkontribusi pada keberagaman dan
kompleksitas sastra digital. Meskipun kontennya informatif, artikel ini
meninggalkan beberapa pertanyaan terbuka. Misalnya, pandangan Buter tentang
sastra digital Arab tidak dijelaskan secara rinci. Lebih banyak analisis
tentang implikasi etis dan sosial dari sastra digital juga dapat memberikan
wawasan yang lebih mendalam.
Dalam rangka menyajikan topik yang lebih luas, artikel dapat diperkaya dengan menggambarkan sejarah perkembangan sastra digital, menyentuh dampaknya pada sastra konvensional, dan merinci beberapa isu kontemporer yang muncul. Dengan mempertimbangkan elemen-elemen ini, pembaca dapat mendapatkan pemahaman yang lebih kaya tentang fenomena sastra digital dalam literatur kontemporer.
Leave a Comment