| 0 Comments | 144 Views

Sumber Review : Artikel 30 Sastra Digital 2023

Judul  :  من الرواية الورقية إلي الرواية التفاعلية (دراسة في خصائص الأدب التفاعلي)  (Dari Novel cetak ke novel interaktif)

Penulis:  


MENILIK KEMBALI TRANSFORMASI NOVEL KERTAS MENUJU NOVEL INTERAKTIF : SEBUAH PROSES PERUBAHAN KREATIF SASTRA DI ERA DIGITAL

Review atas artikel “Min Al-Riwayah Al-Waraqiyyah ila Ar-Riwayah At-Tafa’uliyyah (Dirasah fi Khasais Al-Adab Al-Tafa’uliy) ” karya Ahmad Arif dari Universitas Ziane Achour Djelfah Aljazair

Disusun oleh : Reza Renaldy  (20101010109)

 

     Min Al-Riwayah Al-Waraqiyyah ila Al-Riwayah At-Tafa’uliyyah (Dirasah fi Khasais Al-Adab Al-Tafa’uliy) merupakan artikel yang ditulis oleh Ahmad Arif, mahasiswa dari Universitas Ziane Achour Djelfah. Artikel ini diterbitkan oleh Majalah Al-Muqarabat pada Jilid 7 No. 1 Tahun 2021. Majalah ini merupakan Majalah Internasional pada bidang Sastra, Ilmu, Budaya, dan Hukum yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Tinggi dan Penelitian Ilmiah Universitas Ziane Achour Djelfah, Aljazair.

    Kemunculan Sastra Digital merupakan dampak dari realitas berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam hal ini sastra yang merupakan salah satu ruang dalam kehidupan manusia ikut berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Para Sastrawan  kini tak hanya terbatas menuliskan karyanya pada media kertas namun juga mulai beralih untuk berkarya melalui media digital yang tersedia di internet, seperti Media Sosial, Situs web Penulis, Situs web Khusus Sastra, Situs web Sastra Institusi. Menurut Ahmad Arif, terdapat banyak istilah yang berkaitan dengan Sastra Digital, yaitu Al-Adab Al-Raqmiy (Sastra Numerik), Al-Adab Al-Ilikturuniy (Sastra Elektronik), Al-Adab Al-Dijitaliy (Sastra Digital), dan Al-Nash Al-Mutarabith (Hypertext), dan Al-Adab Al-Tafa’uli (Sastra Interaktif).

    Ahmad Arif memfokuskan penggunaan istilah Al-Adab Al-Tafa’uli (Sastra Interaktif) pada pembahasan artikel ini. Istilah ini mengacu pada kemudahan dan keluasan Interaksi antara penulis dan pembaca yang didapatkan melalui Sastra Digital, interaksi antara penulis dan pembaca yang semula hanya bisa didapatkan melalui media kertas kini bisa dijangkau dengan lebih mudah dan luas yaitu melalui media suara, gambar, video, komputer, tautan, dan media interaktif eksternal antara penulis dan pembaca. Adapun genre dari sastra interaktif  yaitu novel interaktif, novel realistik digital, teater interaktif, dan puisi interaktif.

     Sastra Interaktif berkembang dengan pesat pada abad ke-3 melalui intensitas penggunaan yang tinggi baik secara individu maupun kelompok, khususnya di negara-negara barat. Hal tersebut ditandai dengan munculnya essai pertama tentang Sastra Interaktif yang ditulis oleh Vannevar Bush pada tahun 1945, berjudul “As We May Think” yang membahas masalah teks yang terhubung. Artikel lain muncul pada tahun 1963 oleh Douglas Engelbart, di mana ia menyampaikan pidatonya mengenai konsep teks yang terhubung. Selain itu juga terdapat puisi interaktif yang diterbitkan pada tahun 1959 oleh Theoltz di majalah Augenblick Press, juga terdapat novel digital berjudul “Hopscotch 1966” yang ditulis oleh Julio Cortázar. Sedangkan di dunia Arab, hubungan sastra dengan teknologi digital baru muncul pada awal abad ketiga, melalui kritikus dan sastrawan asal Yordania, yaitu Muhammad Sanajleh melalui novelnya “Dzhalal Al-Wahid”. Akar dan inovasi genre sastra ini muncul melalui Sa’id Yaqtin dalam bukunya “Min An-Nash Al-Mutarabith ila An-Nash Al-Mutarabith”, Fatima Al-Briki dengan bukunya “Al-Madkhal ila Al-Adab Al-Tafa’uli” dan Jamil Al-Hamdawi  dengan bukunya “Al-Adab Al-Raqmi baina Al-Nadzariyyah wa Al- Tathbiqi” dan berbagai sumber lainnya.

    Novel interaktif hadir merupakan genre sastra interaktif yang memanfaatkan media teknologi sebagai ruang kreativitasnya, ia lahir dalam rahim teknologi masa kini dan dipupuk oleh gagasan dan visi, memenuhi pepatah bahwa sastra adalah “cermin dari alam waktu". Genre sastra baru ini telah tersebar luas di kalangan sastra elektronik, dan telah menjadi tren yang terkenal, khususnya di Barat, dimana beberapa novel telah diterbitkan, mungkin yang paling terkenal adalah novel Michael Joyce yang berjudul “Afternoon, a Story yang dianggap sebagai salah satu karya klasiknya. Sedangkan di dunia Arab, genre sastra ini baru muncul pada awal abad ke-3 dengan munculnya novel interaktif digital pertama yang berasal dari Muhammad Sanajala dari Yordania pada tahun 2001, berjudul “Dzalal Al-Wahid dan setelah itu, banyak novel interaktif muncul, termasuk “Shaqi’u” dan “Syaat” yang juga milik Muhammad Sanajala.

    Menurut Ahmad Arif, ciri-ciri dari novel interaktif dapat dilihat melalui hubungan Sastra dengan  media teknologi serta struktur dan resepsi teks sastra Interaktif. Dari segi hubungan sastra dengan teknologi, Efek teknologi yang digunakan dalam sastra interaktif tidak cukup hanya sekedar menampilkan tanda-tanda non-linguistik, melainkan merupakan bagian dari struktur. Tanpanya, bagian penting dari teks akan terpotong gambar-gambar yang digunakan dalam teks sastra ini merupakan suatu karya yang kompleks, tumpang tindih, homogen, dan satu bagian tidak dapat dipisahkan dari bagian lainnya, seperti pada teks sastra kertas. Adapun dari segi Struktur dan Resepsi Teks, Teks naratif interaktif elektronik dibangun dalam dua tingkat yaitu teks negative dan teks positif, Teks negatif adalah teks yang diterbitkan dalam bentuk akhirnya yang tidak dapat dimodifikasi, direvisi, atau diubah, dan tidak mempunyai pengaruh elektronik. Sedangkan teks positif interaktif adalah teks yang memungkinkan interaktivitas melalui tersedianya berbagai teknologi seperti film, gambar, audio, dan video . Hal ini bisa kita temukan pada novel interaktif, seperti novel “Syaat” karya Muhammad Sanajala dan lainnya.

    Novel Interaktif terbagi menjadi dua, yaitu novel interaktif pasif dan novel interaktif aktif. Novel interaktif pasif adalah novel yang dapat ditransformasi dari kertas ke digital dengan memvisualisasikannya pada pemindai untuk diubah menjadi format PDF elektronik, Seperti pada novel karya Wassini al-Araj yang berjudul “Kitab Al-Amir” telah diubah dari salinan kertas menjadi salinan elektronik digital. Sedangkan Novel interaktif aktif dapat menjangkau dimensi ketiga dan dimensi keempat menggunakan bahasa pada ruang datar dan menambahkan gambar, suara, dan tanda-tanda non-linguistik, yang membuat novel mencapai dimensi ketiga, yaitu kedalaman atau ketinggian. Kemudian teks berproses dalam waktu, direproduksi dan diproduksi dalam gerakan tanpa batas menikmati transformasi sepanjang waktu yang membawanya ke dimensi keempat.

    Ahmad Arif berpendapat bahwa perubahan sastra menuju sastra digital adalah hal yang tak dapat dihindari di era digital. Namun, disisi lain perubahan ini memberikan banyak perkembangan yang baik bagi sastra, yaitu dapat membangun interaksi yang lebih mudah dan luas antara penulis dan pembaca, karena sastra digital memiliki lebih banyak media untuk berinteraksi seperti media suara, gambar, video, komputer, tautan, dan media interaktif eksternal antara penulis dan pembaca. Melalui hal ini, penulis dapat memberikan lebih banyak ruang bagi pembaca untuk menikmati dan mengkritik karya sastra dan teks tersebut benar-benar memperoleh kualitas interaksi ketika pembaca berpartisipasi tidak hanya dalam bentuk menikmati kasrya tersebut, tetapi juga dalam bentuk memberikan ruang untuk menghasilkan sesuatu dari karya sastra tersebut atau memberikan kritik.


Leave a Comment