| 0 Comments | 229 Views
Sumber Review : Artikel 5 Sastra Digital 2023
Judul : الأدب الرقمي (Sastra Digital)
Penulis: صفية عليـــــــــــــة
Pandangan
dan Pemikiran Oleh Para Ahli Tentang Sastra Digital dan Teks Digital : Review
Disertasi آفاق
النص الأدبي ضمن العولمـة
Karya Dr. Safiyaa Aliya
Disusun
Oleh:
Anna Rifatul Hidayah
(20101010031)
Tulisan ini merupakan review dari
penelitian disertasi yang ditulis oleh Dr. Safiya Allia sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
di Universitas
Mohamed Khidir Biskra Program Studi Sastra dan Bahasa Arab.
Penelitian ini berjudul آفاق
النص الأدبي ضمن العولمـة “Globalisasi dalam teks
Sastra” diterbitkan pada trahun ajaran 2014-2015 di Aljazair. Tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi Ujian Akhir Semester mata
kuliah Sastra Digital program studi Bahasa
dan Sastra Arab di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakrta yang diampu oleh Dr. M. Wakhid Hidayat, S.S., MA.
Sastra Digital/الأدب الرقمي
Pada tahun 1986 telah menyaksikan
revolusi digital dengan dimulainya penerbitan elektronik, yang mengadopsi
mekanisme informasi untuk mengglobalisasi dan mendigitalkan sastra. Kemudian
merubah struktur dan pilar dasarnya menjadi media teknologi yang dijuluki:
-
Sastra Net
-
Sastra Digital
Beberapa
kritikus
Barat dan Arab misalnya, Fatima Al-bariki
pentingnya istilah sastra digital dan memperluas di bidang dunia maya dengan
memasukkan banyak genre sastra yang berbeda dan melahirkan kembali. Penulisan
digital dan media komputer dalam rangka mencapai sastra digital dalam
pernyataannya: “Sastra interaktif adalah istilah longgar yang mencakup apa yang kita
lihat, sejumlah genre sastra yang mereka benar-benar berbeda satu sama lainnya,
mereka hampir tidak sepakat kecuali bahwa merkeka hanya diungkapkan kepada
penerimanya secara digital.” Sayeed Najm
mendefinisikan sastra yang menggunakan data teknologi modern, terutama yang
disediakan suatu sistem (hypertext) dalam menghadirkan genre sastra baru yang
memadukan karya sastra dan elektronik. Karya sastra jenis ini hanya dapat di
akses oleh penerimanya melalui media eletronik yaitu berupa tulisan biru dan
jenis tulisan sastra ini memperoleh ciri khasnya. Interaktivitas didasarkan
pada ruang yang diberikan kepada penerima. Penekanannya pada perubahan mutasi
sifat kreatif dengan menambakan pilar yaitu komputer, yang memerlukan proyeksi
kognitif baik pada pembuat maupun penerimanya.
Seorang Sa’eed
Yaqtin mendefinisikan batasan kreativitas interaktif. Dalam membatasi interaksi
di luar sistem komputer dan strukturnya yang berkontribusi pada munculnya genre
sastra atau perekmbangannya dalam bentuk kuno. Sedangkan kreativitas interaktif
ini adalah gabungan dari kreativitas. Sastra digital sebagai awal dari
pengalamn sastra modern, melalui penggunaan media komputer. Di satu sisi adalah
turunan praktik manusia dan awal dari praktik baru. Sedangkan Al-eid
Jaluli menekankan perbedaan yang jelas antara ciri-ciri sastra interaktif dan
sastra tradisional. Perbedaannya genre sastra yang memliki ciri-ciri penulisan
dan bacaan tersendiri. Bentuk sastranya berbeda dari sastra tradisional, tidak
berkembang tanpa adanya lanskap teknologi kontemporer dalam sarana komunikasi
dan perkembangannya luar biasa. Karya sastra yang produksi dan penyajiannya
berbeda dengan sastra tradisional tidak akan muncul tanpa adanya
perkembanganmelalui sarana teknologi komunikasi khususnya komputer elektronik.
Sastra eletronik terbuka terhadap
segala kemungkinan hipotesis. Abdul Noer Idris memfokuskan
pada efetivitas pembaca dalam bukunya, “Budaya Digital”
(manifestasi kesenjangan digital hingga sastra eletronik). Efektivitas
sastranya ditujukan pada penerima, pihak yang berinteraksi, konsumen, dan
produsen.
Zuhur
Ikram berpendapat bahwa konsep sastra digital diwujudkan dalam bentuk ekspresi
digital dari perkembangan teks sastra. Sistem dan struksturnya tidak menegnal
kestabilan atau kekekalan, yaitu sistem kebahsaan yang bermutasi dan
bertransformasi sesuai dengan perubahan yang ada.
Teks
Digital/النص الرقمي
Disebutkan
oleh Roland Barths
bahwa teks ideal adalah konstelasi penanda. Teks ini memiliki banyak jaringan
yang berinteraksi dengannya. George
Landaw mendefinisikan teks dan tautan elektronik yang
menghubungkannya. Teks eletronik merupakan konsep baru yang muncul sebagai
hasil media. Konsep teks ini mencakup kata, gambar, dan suara. Hossam Al-khotib
mendefinisakan hypertext sebagai penilaian evaluatif yang tidak sesuai dengan
konsep dasar istilah, karena ia menganggap lebih tepat menerjemahkan istilah
hypertext menajdi teks. Istilah ini digunakan juga oleh kritikus Fatima Al-buraki
dalam bukunya (Introduction
to the aesthethic of interactive literature) didukung oleh Abdullah
Al-Ghadami dalam pengantar bukunya. Nabil Ali
memilihi “hypertext”
dalam
bukunya (The
Arabs and The Age). Unsur-unsurnya berkaitan oleh Ted Nelson.
Cybertext yang pertama kali “Aeseth” Espen
J.Aeseth. Berikut adalah pionir Kritik Sastra Arab
mengartikan “hypertext” menjadi banyak istilah di rangkum sebagian besar
menurut pandangan para ahli, Fenomena sastra digital
di dunia Arab menurut penulis adalah ia setuju dengan adanya sastra digital di
masa sekarang. Ia mengatakan “Sastra digital merupakan wujud perkembangan teks
sastra. Sastra sesuai dengan sistemnya karena mengalami transformasi bentuk dan
bahasa sesuai dengan perubahan media, sehingga berdampak komponennya.”
Pengguna
|
Istilah
yang sesuai |
Teks
digital |
|
Teks
digital |
|
Teks
eletronik |
|
Teks
elektronik komprehensif |
|
Hypertext
|
|
Hypertext
|
|
Teks
digital |
|
Hypertext
|
|
Subteks
|
|
Subteks
|
Kesimpulan yang di dapat oleh reviewer setelah membaca disertasi ini yaitu revolusi digital mengarah pada perkembangan teknologi elektronik, yang memfasilitasi globalisasi dan digitalisasi sastra. Revolusi ini menyebabkan terciptanya berbagai genre sastra, seperti elektronik, internet, dan digital. Kritikus seperti Fatima Al-bariki menekankan pentingnya sastra digital dan dampaknya terhadap dunia. Sayeed Najm mendefinisikan sastra digital sebagai penggunaan teknologi data modern, seperti hypertext, untuk menciptakan genre sastra baru. Interaktivitas terjadi dalam lingkungan yang disediakan untuk pembaca, sehingga memerlukan perkembangan kognitif baik bagi pencipta maupun pembaca.
***
Perkembangan Teks Sastra Modern di Arab Menurut Shofiyah Aliyah
Disusun Oleh
Shofahuu Anizzallati (20101010023)
Artikel ini
berjudul افاق النص الأدبي ضمن العولمة
merupakan disertasi yang ditulis oleh Shofiyah Aliyah, mahasiswi jurusan Bahasa
dan Sastra Arab, Universitas Muammad Biskra, Al –Jazair. Diterbitkan di Markaz
al-Kitab al-Akadimi pada tahun 2018. Artikel ini terdiri dari beberapa bab. Bab
yang pertama yaitu tentang pengertian sastra digital.
Sejak tahun
1986, dunia sastra telah menyaksikan munculnya sastra dalam bentuk elektronik
atau digital dengan dimulainya penerbitan elektronik. Teks-teks sastra yang
semula hanya ada di media cetak, mulai beralih ke media elektronik menggunakan
internet yang kemudian disebut dengan “Sastra digital”/”Sastra
Elektronik”/”Sastra Internet”.
Dalam sastra
digital, pengarang setidaknya harus bisa dalam menggunakan komputer, terampil,
dan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengannya sehingga ia dapat mengungkapkan
kreativitasnya tanpa merasakan kesulitan dengan media yang digunakan untuk
menyampaikan karya-karyanya kepada para pembaca. Sastra digital disebut juga
sastra interaktif, pembaca lebih mudah untuk mengakses karya pengarang dan
memungkinkan untuk pembaca dapat lebih mudah berinteraksi dengan pengarang. Dunia
tidak lagi membutuhkan pembaca yang cuek, melainkan pembaca yang berpengalaman
dan cerdik: yang memiliki mekanisme membaca digital sebagaimana mestinya. Sang
pencipta juga harus memilikinya.
Sastra
interaktif adalah genre sastra yang mempunyai ciri-ciri tulisan dan bacaan
tersendiri, dan mempunyai bentuk sastranya sendiri, yaitu sastra yang produksi
dan penyajiannya berbeda dengan sastra tradisional, dan tidak akan muncul tanpa
adanya perkembangan teknologi komunikasi, khususnya komputer elektronik, dan
tidak hanya disajikan dalam bahasa teks saja, namun berupaya menyajikannya
melalui media ekspresif seperti suara, gambar, gerakan, dan lain-lain. Menurut Saeed
Yaqtin, interaktif kreativitas, itu adalah gabungan dari kreasi dan
kesusastraan adalah salah satu karya paling menonjol yang pernah dihasilkan.
Kami melihat sastra digital sebagai awal dari pengalaman sastra modern, dengan
penggunaan media komputer dan turunan dari praktik manusia karena kreativitas
dan penerimaannya terbuka terhadap tanda-tanda non-verbal, mengingat dasar
sastra ini bersifat tekstual.
Zahoor Ikram
berpendapat bahwa konsep sastra digital diwujudkan dalam bentuk ekspresi
digital dari perkembangan teks sastra, yang struktur dan sistemnya tidak
mengenal stabilitas atau keteguhan, yaitu sistem linguistik yang bermutasi dan
bertransformasi sesuai dengan perubahan medianya. Bagi Barat, mudah untuk
terlibat dalam dunia interaktifnya, sementara mereka masih bergerak dan
merangkak mengikuti jejak budaya. Konsumerisme teknologi Arab belum menerima
realisasi sastra digital sebagaimana mestinya.
Sastra digital
merupakan wujud perkembangan teks sastra, sastra tidak bersifat tetap baik
sistem maupun strukturnya, mengingat ia mengenal pergeseran bentuk dan bahasa
tergantung pada perubahan medianya, yang berdampak pada berbagai komponennya.
di satu sisi, dan sistem penyusunan komponen-komponen tersebut. Di sisi lain sastra
digital kini dicapai melalui pengalaman. Hal ini disebabkan oleh perkembangan
medianya yang membantu untuk terlibat di dalamnya dengan cepat, sedangkan dalam
pengalaman Arab, hal ini masih mengalami hambatan besar dalam mencapainya,
karena budaya media teknologi yang menjadi andalan sastra digital dalam
pencapaian dan realisasinya belum terserap oleh mentalitas Arab sebagai budaya
produksi dan bukan sekedar budaya konsumsi.
Istilah “teks
digital” mengacu pada sifat sistem digital komputer, karena merupakan mediator
keempat dalam koneksi kreatif digital, pencipta teks, pembaca, komputer. Ini
juga mencakup beberapa istilah yang terkait erat dengan komputer dan sistemnya
serta penerimanya. Ini adalah yang interaktif, digital, elektronik,
informasional, atau hyperlink. Penerjemahan istilah teks digital bervariasi dan
berbeda antara kritikus yang satu dengan yang lainnya, sesuai dengan pandangan
masing-masing dalam memilih istilah yang paling tepat menurut pandangannya. Konsep
teks elektronik ditentukan dengan memperluas konsep teks dengan memasukkan
tanda-tanda selain kata, yang diwujudkan dalam gambar dan suara statis dan
bergerak, dan dalam verifikasinya melalui sistem komputer, yang memberikan
kemampuan produktif yang lebih besar kepada penerimanya. interaksi dan
perkembangan produktif, sehingga efektivitas pencipta dan penerimanya seimbang.
Saeed Yaqtin
dengan demikian membuktikan konsep interkoneksi teks yang membedakannya dengan
interkoneksi tekstual, yaitu sifat teks yang bersifat interaktif dan biografis,
apa pun jenisnya, baik cetak maupun elektronik .Sedangkan konsep interkoneksi
teks hanya terbatas pada teks elektronik yang dibangun pada tautan yang
menghubungkan berbagai bagian dan komponennya, yang didefinisikan melalui
keseluruhan konsep teks elektronik adalah teks elektronik terdiri dari konstelasi
informasi yang memungkinkan komunikasi satu sama lain melalui tautan komputer
yang berbeda.
Teks digital
adalah teks yang memanfaatkan teknik dan mekanisme revolusi teknologi dengan
memanfaatkan kemampuan komputer dan multimedia, sehingga tubuh digitalnya
terdiri dari struktur yang berbeda (bahasa, suara, gambar, bekerja dengan
dokumen dan file). Konsep teks digital muncul dari teks tradisional yang melampaui
konsep struktur linguistik yang sudah dikenal dan terbentuk dari struktur baru
yang membentuk bentuk digitalnya, seperti: (bahasa, suara, gambar, bekerja
dengan dokumen dan file, multimedia) Dengan demikian, teks digital berubah
menjadi struktur semantik yang tidak stabil yang tidak dapat dicapai oleh
sastra hanya melalui vitalitas dan gerakan.
Contoh sastra digital di aplikasi X
oleh Abdul Wahab Abu Zaid
بحثتُ ولكن ما عثرتُ
على معن
لعمري سوى أني وجِدتُ لكي أفنى
وحلّقتُ لكن في سماواتِ أحرفي
فمنها الذي ناغى، ومنها الذي غنّى
وأدنيتُني مني لأدرك غايتي
فما أدركتْ عيني يقينًا ولا ظنا
وأقصيتُني عني فأصبحتُ “آخرًا”
إذا ما رآني قال: يا أنتَ من مِنّا/
سيهوي إلى قاعِ الوجودِ مضرجاً
وقد أشبعته الأرضُ من لؤمها مَنّا؟
كذا ينقضي عمري فلا الفجرُ كاشفٌ
غشاوةَ أوهامي ولا الليلُ إن جنّا
أنا التائهُ المنسيُّ في سجنِ أحرفي
فما أضيقَ الدنيا وما أوسع السجنا
Leave a Comment