| 0 Comments | 67 Views

Sumber Review : Artikel 25 Sastra Digital 2023

Judul  :  أجناس الأدب التفاعلي : (Genre Sastra Interaktif  )

Penulis: Abdul Alawi Iman Nurul Huda dan Maamari Sarah 

REVIEW ARTIKEL

Review Artikel Novel digital baru.

Pembacaan buku “Digital Realism” karya Muhammad Sanajla

Disusun oleh : Muhamad Halim Muhofar M  (20101010087)

Artikel yang berjudul Novel digital baru, Pembacaan buku “Digital Realism, karya Muhammad Sanajla seorang dokter (khusus kesehatan lingkungan dan kerja) Universitas Sains dan Teknologi pada tahun 1991. Dia pernah bekerja sebagai editor paruh waktu di majalah Surat kabar Yordania Al-Rai sejak tahun 1997, dan bekerja sebagai editor budaya di majalah Sharqiyat dari tahun 2001-2002. Ia memiliki sudut khusus di majalah Afkar yang berjudul (Afkarnet). Pada tahun 2001, ia memenangkan Penghargaan Kreativitas Arab untuk Fiksi dari Dubai untuk novel tersebut Shadows of the One. Dia juga anggota Asosiasi Penulis Yordania, anggota Persatuan Umum Penulis Arab, dan dia adalah pemilik Yayasan Kebudayaan Internasional Sanajila, yang situs webnya memuat ensiklopedia Sastra Yordania, yang mencakup sudut-sudut ( novel, cerita, dan puisi Yordania).

Tulisan/karyanya:

وجوه الغروس السبعة (كحلي) (د.ن) عمان، 1995

دمعتان على خد القمر (رواية) دار أزمنة، عمان، 1996

ظلال الواحد (رواية) المؤسسة العربية للدراسات والنشر، بيروت، 2001

رواية الواقعية الرقمية في التنظير النقدي

Sastra digital memiliki peran yang signifikan dalam dunia kreativitas sastra, terutama sejak abad ke-20 dan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Era digitalisasi mendorong penulis untuk terlibat dalam tren sastra baru, seperti sastra digital, media jaringan, layar digital, elektronik, dan teknologi lainnya. Sastra interaktif membuka dimensi baru dalam pengalaman sastra, menciptakan cakrawala informasi yang kaya dan indah. Tujuannya adalah sejalan dengan perkembangan modern dengan memanfaatkan teknologi dan tautan. Novel interaktif/novel visual, sebagai bentuk representasi dari genre sastra baru, membentuk kategori novel digital yang terus berkembang. Sastra digital mengambil akar dari novel klasik tradisional, mengadopsi teknik teknologi baru dan perangkat lunak elektronik yang unik, khususnya dalam aspek audio-visual. Genre sastra tradisional, seperti puisi, cerita, novel, dan teater, mengalami evolusi dan perkembangan jaringan berkelanjutan. Fenomena ini menciptakan apa yang kita kenal sebagai sastra interaktif yang terbukti melalui berbagai ekspresi kreatif seperti novel interaktif, hiperfiksi, artikel hiperpuisi, puisi interaktif, hiperdrama, teater interaktif, novel interaktif, artikel interaktif, dan artikel digital.

Dari artikel ini, terungkap bahwa sastrawan Arab, Muhammad Sanajla, memiliki dampak signifikan dalam dunia fiksi interaktif dengan meluncurkan tiga karya, salah satunya adalah Shadows of the One yang diterbitkan pada tahun 2001. Karya ini dianggap sulit dalam hal konsep dan pendekatan, dan merupakan novel berbahasa Arab pertama yang dihasilkan dalam bentuk novel digital. Shadows of the One memperlihatkan inovasi dengan menyertakan tiga tautan, masing-masing mengarah ke arah berbeda dalam naratif novel. Sanajla mencatat bahwa ia menerbitkan versi digital dari novel ini di Internet, menggunakan teknik yang berbeda dalam pembuatan halaman, sambil menambahkan elemen audio-visual dan efek lainnya untuk meningkatkan pengalaman pembaca. Dengan memadukan teknologi modern, audio-visual, dan pendekatan kreatifnya dalam menulis, Sanajla membuka jalan untuk eksperimen baru dan pengembangan sastra yang lebih dinamis di dunia digital.

Dalam studi kritisnya tentang realisme digital baru, penulis (Muhammad Sanajla) secara aktif setuju dan telah menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang tak kenal henti. Ia secara konsisten menunjukkan kesadaran kognitifnya terhadap tantangan teknologi yang menjadi tuntutan era saat ini. Dalam karya-karyanya, ia mengambil inspirasi dari alat-alat yang tidak biasa, menciptakan ide-ide yang mencerminkan hasil pemikiran dan eksperimennya. Perkembangan sastra digital yang seiring dengan dunia maya dianggap sebagai tujuan yang harus dicapai. Teks yang diciptakan dalam sastra digital menciptakan suatu bentuk koeksistensi berkelanjutan antara pembaca dan teks itu sendiri. Saeed Yaqtin menyoroti bahwa penulisan teks yang koheren dalam budaya Arab masih terbatas, dan pembatasan tersebut mengurangi perpindahan kesadaran dan praktik ke dalamnya. Muhammad Sanajla memperhatikan perbandingan antara manusia nyata dan manusia maya, menyoroti identitas baru yang diperoleh manusia dalam era pasca-Internet. Penulis terlibat dalam eksperimen sastra dengan mencampurkan genre dari teater, musik, dan sinema, menciptakan karya-karya yang melebihi stereotip dan konvensi yang berlaku.

Dalam tulisan ini, Pemisahan antara realitas dan asumsi telah hampir sempurna. Kita mulai melihat pemisahan tersebut mulai menghilang saat ini. Era pembangunan telah tiba. Konsep realitas maya berkembang menjadi tren atau filosofi yang tidak terbatas hanya pada program gambar tiga dimensi. Pengetahuan ilmiah mencapai tingkat digitalisasi dengan penyebaran World Wide Web (www) dan penyebaran sistem operasi Windows. Dunia nyata, dan fakta nyata larut dan sedikit demi sedikit menyatu, memasuki dunia digital. Novel realisme digital memiliki hukum yang sepenuhnya berbeda dari hukum tertulis dan standar teknis yang beredar di bidang narasi. Semua elemen digabungkan menjadi satu, mencapai impian. Muhammad Sanajla tentang interaktivitas tekstual dalam dunia digital. Pengaruh Al-Shahryar tercermin sebagai respons terhadap proses imajinasi non-ilmiah untuk melepaskan diri dari kenyataan yang dianggap penuh ketidakadilan. Dari sinilah lahir novel sebagai produk imajinasi manusia yang komprehensif.

 



Leave a Comment