| 0 Comments | 121 Views
Sumber Review : Artikel 19 Sastra Digital 2023
Judul : الأدب التفاعلي نحو أفق جديد لتلقي الأدب (Sastra Interaktif dan Resepsi)
Penulis: Amel Louati
“Respon Sastra
Lama Terhadap Penerimaan Sastra Digital”
Review Sastra
Interaktif Menuju Cakrawala Baru Dalam Menerima Sastra Karya Amel Louati dan Nerdjes Bekhouche
Nauwal Izzah (20101010073)
Tulisan ini
merupakan review artikel terkait sastra digital dengan judul األدب التفاعلي نحو أفق جديد لتلقي األدب
- Interactive literature towards a new horizon to receive literature (Sastra
interaktif menuju cakrawala baru dalam menerima sastra) yang ditulis oleh
Nerdjes Bekhouche dan Amel Louati dan diterbitkan pada 30 Desember 2021 dalam
jurnal ASJP (Algerian Scientific Journal Platform)
yang merupakan platform penerbitan elektronik untuk jurnal ilmiah Aljazair yang
dikembangkan dan dikelola oleh CERIST.
Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap zaman mempunyai sarana dan alat
tersendiri yang digunakan untuk mengungkapkan berbagai kemajuan yang ada
didalamnya. Semakin berkembang pemikiran manusia dan berkembangnya mekanisme
berpikirnya, maka bentuk-bentuk ekspresinya pun berubah, begitu pula
persepsinya terhadap berbagai hal terkait kehidupan. Di lain sisi, sarana
komunikasi telah mengalami perkembangan yang luar biasa, begitu pula dengan
berbagai media digital yang telah memungkinkan individu menerima layanan yang
cepat dan sangat melimpah dan merasakan pengalaman berbeda yang tercermin dalam
penggambaran karya sastra dan bacaannya. Persilangan antara sastra dan
teknologi menghasilkan produk sastra baru yang bercirikan menyimpang dari norma
namum sekaligus memperkenalkan standar seni dan teknologi dengan gaya berbeda
yang belum familiar bagi penikmat sastra.
Unsur-unsur yang menantang kondisi ruang dan waktu juga pada
peristiwa-peristiwa eksternal tidak mempengaruhinya secara substansial, revolusi teknologi tetap terkait dengan
produksi sastra sebagai topik saat ini yang melahirkan pola-pola sastra baru,
termasuk sastra digital yang memerlukan pemahaman tentang hubungan penulisan
sastra dengan teknologi.
Pada jurnal tersebut dikatakan bahwa sastra digital dan sastra
interaktif mendominasi pada pemakaian media elektronik dan jaringan, dimana
mesin mengubah kata-kata tertulis dalam bentuk linier menjadi bentuk visual dan
gambar, sehingga membuka jalan pada seni animasi, grafik, gambar, gerakan,
suara, musik, penyutradaraan film dan pemrograman menggunakan komputer yang
membuat kita setuju untuk mengatakan bahwa model sastralah yang paling
mengekspresikan era teknologi digital dan menjadi produk era ini dan buah
pemikiran para penciptanya. Beberapa hal yang dijelaskan adalah sebagai
berikut:
1.
Konsep sastra digital
Sastra Digital mencakup banyak bentuk karya sastra yang dihasilkan
melalui teknologi digital, konsepnya tidak hanya mencakup teks, melainkan
elemen media digital lainnya, di Eropa digunakan istilah digital numerique dan di Amerika menggunakan
istilah hypertext,
di Perancis memakai istilah literatur informasi (informatique) karena menyatukan berbagai praktik yang telah dicapai
melalui hubungan sastra dengan komputer dan informatika. Sastra digital yang
digunakan di sekolah-sekolah Perancis dan Inggris disebut digital karena
digital merupakan cara baru dalam menyajikan karya sastra melalui sistem digital biner
(1/0) yang berbasis komputer.
Kritikus Arab bekerja keras untuk mencoba mengendalikan konsep
kreativitas sastra dan Fatima Al-Buraiki mendefinisikan dalam bukunya
“Pengantar Sastra Interaktif” dan merupakan orang pertama yang menggunakan
istilah tersebut (sastra interaktif) dengan mengatakan: “Ini adalah genre
sastra baru yang lahir dalam rahim teknologi oleh karena itu digambarkan sebagai
sastra teknologi atau sastra elektronik dan kita bisa menyebutnya techno sastra. Di antara mereka yang lebih
suka menggunakan istilah “sastra interaktif” adalah Omar Al-Zarfawi yang menganggapnya sebagai
“genre yang diciptakan dalam rahim teknologi yang kekuatannya adalah interaksi
dan keterhubungan pada kemampuan teknologi modern dan bekerja pada bidang yang
terkait yaitu teknologi teks”.
Ada yang menyebutnya sebagai “sastra sibernetik”
yaitu teks sastra yang diolah secara teknis dengan menggunakan berbagai
media yang mengendalikan strukturnya ketika bahasa yang saling berhubungan dan
terjalin, maka terjadilah semacam suksesi maya sehingga muncullah istilah “teks
percabangan” oleh Theodore Nelson
pada tahun 1965 M, dan ia mendefinisikan sebagai teks yang bergantung pada gaya
penulisan non-sekuensial.
Hal ini terlihat dalam interkoneksi yang terjadi antara otak dan komponen karya
kreatif yang tampak terorganisir meskipun berbeda. Dengan teknologi berbasis
multimedia yang menyediakan gambar, suara, dan efek lainnya, menjadikan sastra
sebagai produksi yang kompleks. Mungkin fokusnya pada karakteristik interaktivitas
dan keterikatannya pada sastra elektronik adalah karena hal itu merupakan inti
dari sastra digital.
Dapat dikatakan bahwa indikasi pertama munculnya literatur digital
interaktif dan teks yang saling berhubungan dimulai pada tahun 1945 M,
diwujudkan dalam penelitian yang disampaikan oleh Vannevar Bush seorang pionir di bidang
informatika dan komputasi otomatis, dia menemukan sistem Memex
(memory extender) dan menciptakan dua konsep baru: node dan link, ide-ide
inilah yang membuka jalan bagi munculnya metode baru untuk menghubungkan data
elektronik diambil dengan cara paling sederhana dan termudah. Mengenai inovasi
interaktif di dunia Arab, mereka belum mencapai akumulasi yang sebanding dengan
inovasi di Barat karena teks pertama bidang ini baru muncul pada tahun 2001 M
dan dengan demikian usianya tidak lebih dari satu setengah dekade, sementara
itu rekan-rekan barat mengumpulkan lebih dari enam dekade pengalaman dan
tulisan kreatif.
2. Ciri-ciri Sastra Digital
- Teks digital / hypertext,
Abeer Salama mendefinisikan sebagai “teks yang
digunakan di internet untuk mengumpulkan informasi tekstual yang saling
berhubungan, seperti mengumpulkan teks tertulis dengan simbol dan tabel
penjelas seperti peta, foto, suara, teks tertulis lainnya, bentuk grafik”.
- Teks elektronik bersifat
interaktif, Dr. Saeed Yaqtin mendefinisikan teks interaktif dengan
mengatakan: Interaksi dalam media berarti pertukaran dan respon ganda yang
dicapai melalui kemampuan yang diberikan oleh media. sistem media kepada
pengguna atau sebaliknya.
- Membuka cakrawala bagi
pencipta untuk mengirimkan teks yang berbeda dan menampilkannya di situs web.
- Memberikan kesempatan
kepada pengguna untuk merasa bahwa dia adalah pemilik segala sesuatu yang
disajikan di jaringan berdasarkan fakta bahwa literatur interaktif pencipta
tunggal teks tidak dikenali, namun penerima diberikan hak untuk menambah dan
memodifikasi teks asli.
- Sastra interaktif ingin menyajikan teks yang hidup di mana
semangat interaksi dicapai melalui pembebasan pencipta dari mekanisme kertas
tradisional, dan keterlibatan penerima dalam membangun teks dan berkontribusi
di dalamnya, karena teks tersebut mewakili batu kilangan, itulah yang dilakukan
Saeed dalam menjelaskan perkataan Yaqtin “Dari penerima ke navigator
interaktif”.
- Penulisan
kolektif teks digital interaktif, beberapa
tautan mengarah ke banyak teks sesuai dengan pilihan penerimanya. Karakteristik
ini dapat dianggap sebagai kemajuan artistik, namun pendukung efektivitas
sastra interaktif sering kali menutup mata terhadap tantangan yang ditimbulkan
pada proses membaca dan interpretasi, serta kontemplasi, pertimbangan, dan
kontemplasi yang diperlukan memenuhi syarat pembacaan kritis yang cermat
berdasarkan kendali ilmiah dan kaitannya dengan mekanisme penafsiran teks sastra.
3. Sastra
digital dan genre sastra
Genre sastra sudah tidak efektif lagi karena pemisahan antar genre
yang diberlakukannya sudah tidak bisa dibayangkan lagi mengingat gelombang
fanatisme karya sastra yang melanda seluruh dunia. Penggunaan kemampuan
multimedia dalam sastra digital menyebabkan sulitnya menempatkannya dalam genre
sastra tertentu. Thaer Al-Adhari mengatakan “Namun, penting
untuk menyadari bahwa hal ini menunjukkan kelemahan dalam teori genre sastra
itu sendiri, dan tidak berarti menghilangkan kesusastraan digital” Ia
melanjutkan dengan mengatakan: “penting untuk dicatat bahwa sastra dan seni bawaan
pada awal sejarah manusia bekerja sama dan di satu tempat”.
4. Posisi
kritis Arab terhadap penulisan digital
Literatur digital menyaksikan dua tren yang berbeda, yang satu
menerimanya, dan yang lainnya menolaknya, adapun mereka yang menyambut dan
mempertimbangkannya Hal itu perlu dilakukan karena banyak pertimbangan yang
dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Sastra telah menandatangani dokumen aliansi antara dirinya dan
teknologi melalui penggunaan berbagai media, dan dapat dianggap sebagai “model
sastra yang paling baik dalam mengungkapkan” era teknologi digital.
2. Pengalaman penyair Arab menunjukkan bahwa sastra digital mempunyai peran yang dimainkan oleh pencipta di satu sisi dan pengguna penerima di sisi lain, melalui interaksi mereka dalam menyusun teks, baik membaca atau memberi komentar.
***
Sastra Digital
Dalam Arus Teknologi
Review atas Al
adab At tafailiy Nahw Afqi Jadid LI Tulqiya Al adab karya Nerdjes Bekhouche,
Amal Lawati
Disusun oleh Sofyan
Hamdani (20101010075)
hamdany1829@gmail.com
Artikel
yang berjudul At tafailiy Nahw Afqi Jadid LI Tulqiya Al adab ditulis
oleh dua orang dari Universitas Amir Abdul Qadir Aljazair bidang keilmuan islam
Nerdjes Bekhouche , kemudian tulisan mereka berdua diterbitkan oleh majalah al Adab wal hadarah
al Islamiyyah pada tahun 2021 yang dimiliki oleh Universitas Amir Abdul Qadir
di kota Konstantinus Provinsi Aljazair Timur.
Dalam
artikel ini dijelaskan definisi sastra digital atau al Adab ar Raqmiyy adalah
sastra yang menggunakan cara baru dalam menampilkan karya sastra yakni melalui
sistem digital biner yang berbasis komputer dengan kata lain sastra ini
membutuhkan teknologi digital dalam proses penulisannya. Banyak istilah-istilah
lain yang digunakan ketika berbicara tentang sastra digital, seperti di Eropa terkenal dengan istilah al Adab ar Raqmiyy (numerique) dan al
Adab at Tafailiyy (interactif), sedangkan di Amerika menggunakan al Adab
al Mutarabith (hypertext), selain itu di negara Perancis sendiri
menggunakan istilah al Adab al Ma’lumatiy (informatique).
Pada
tahun 1996 ditemukan 2 novel hypertext berbahasa Perancis yang di simpan dalam
bentuk CD, yang pertama berjudul “Isyrina Fil Mi’ah Hubb Ziyadah” karya
Franscolon dan yang kedua berjudul “Az Zaman Al Qadzar” karya Frank Dufour. Di
dunia Arab sendiri karya sastra digital
tercipta pertama kali pada tahun 2001, melalui novel yang berjudul
“Dzilalul Wahid” tahun 2001, “Syatt” tahun 2005 dan “Shaqii” tahun 2006 karya
dari Muhammad Sanajla pelopor teknologi digital Arab dan penulis trilogi yang
unik.
Mereka
berdua berpendapat bahwa fenomena sastra Arab digital di dunia Arab merupakan
bentuk ekspresi baru yang sengaja dibangun di atas berbagai media seperti
gambar, suara, dan gerakan. Selain itu gabungan antara sastra dan elektronik
dapat menghadirkan standar dan karakteristik estetika baru yang sebelumnya
tidak tersedia dalam sastra cetak.
Sastra digital memberikan otoritas kepada pembaca lebih besar untuk
mereproduksi teks, dengan berkontribusi memberikan like dan komentar.
Dengan alasan alasan tersebut penulis artikel ini menyerukan agar
mempertimbangkan kembali rumusan teori genre sastra tetap berlaku agar dapat
mengakomodir genre sastra yang perlu dinaturalisasi, agar tidak dilabeli
sebagai teks lintas genre.
Review
artikel ini juga membuktikan bahwa negara negara Arab bagian barat seperti
Aljazair ini memiliki sifat progresif atau lebih terbuka terhadap perubahan
zaman. Alasannya adalah negara-negara Arab bagian barat memiliki letak
geografis yang bedekatan dengan negara-negara eropa yang juga terbuka terhadap
perubahan dan perkembangan teknologi.
Kata Kunci : interaktif; sasta; digital;
hypertext
Leave a Comment