| 0 Comments | 229 Views
Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang membacanya merupakan ibadah. Seorang muslim yang membaca Al-Qur’an dijanjikan akan mendapat pahala meskipun dia tidak mengetahui atau memahami arti dan maknanya sekalipun. Bahkan seorang muslim yang hanya mendengarkan bacaan Al-Qur’an pun tetap dicatat sebagai ibadah dan akan memperoleh pahala. Begitu besarnya manfaat membaca Al-Qur’an sehingga amaliyah ini sangat dianjurkan untuk dilaksanakan secara rutin oleh umat Islam baik anak-anak, remaja dan lebih-lebih orang tua. Membaca Al-Qur’an dapat dilakukan secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan saling menyimak (sema’an).
Perkembangan teknologi yang
sangat maju saat ini membawa perubahan cara hidup umat Islam termasuk dalam hal
cara membaca Al-Qur’an khususnya bagi generasi Milenial, generasi Z, bahkan
generasi A (Alfa). Mereka terbiasa membaca Al-Qur’an melalui perangkat gawai,
yaitu telepon pintar (smartphone) yang hampir selalu mereka bawa.
Tersedianya aplikasi Al-Qur’an dalam smartphone membuat Al-Qur’an dapat dibaca
setiap saat, baik dalam rangka mendaras (tadarus) maupun ketika sekedar mencari ayat tertentu
yang sedang dibutuhkan tanpa harus membawa mushaf Al-Qur’an.
Membaca dengan
menyentuh mushaf Al-Qur’an tidak diperkenankan kecuali bagi orang yang suci
dari hadas besar maupun hadas kecil. Larangan tersebut tertuang dalam Q.S. al-Waqi’ah(56):79:
“tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan”. Begitu juga
ditegaskan oleh baginda Nabi Muhammad s.a.w dalam hadisnya: “Tidak boleh
menyentuh Al-Qur’an kecuali engkau dalam keadaan suci”. Ulama empat mazhab
menyepakati orang yang sedang berhadas baik hadas besar ataupun kecil tidak
boleh menyentuh Al-Qur’an. Namun tentang membaca Al-Qur’an tanpa menyentuh,
mereka sepakat memperbolehkannya. Menyentuh mushaf menurut mayoritas ulama
adalah menyentuhnya dengan bagian dalam telapak tangan maupun bagian tubuh
lainnya.
Jika orang yang sedang berhadas dilarang untuk menyentuh mushaf Al-Qur’an, lalu bagaimana dengan membaca (menyentuh) Al-Qur’an via smartphone tanpa wudu, bolehkah? Penulis tidak akan menjawab pertanyaan ini dengan mengkaji dalil-dalil dari sumber-sumber hukum Islam, namun dalam tulisan ini akan disajikan tinjauan terhadap elemen-elemen grafis digital dan kondisi-kondisi dalam siklus hidup (lifecycle) aplikasi Al-Qur’an digital, sehingga dapat disimpulkan pada kondisi apa Al-Qur’an digital dapat disamakan dengan mushaf Al-Qur’an.
Mushaf Al-Qur’an versus Al-Qur’an Digital
Mushaf secara harfiah
berarti nama untuk kumpulan dari lembaran yang tertulis dan diapit dua
sampulnya. Kata mushaf tidak disebutkan dalam Al-Qur'an namun jamaknya
"suhuf" (dari akar "sahifah", dari mushaf juga berasal)
disebutkan dalam beberapa ayat.
Secara fisik, mushaf terdiri
dari lembaran-lembaran kertas yang dituliskan diatasnya seluruh ayat-ayat
Al-Qur’an yang terdiri dari 30 juz dan 114 surat. Ayat Al-Qur’an dalam mushaf ditulis
menggunakan tinta yang dapat merupakan tulisan tangan atau hasil cetakan mesin.
Tulisan dalam mushaf bersifat permanen sehingga tidak bisa dengan mudah dihapus
dan ditulis kembali. Hal ini berbeda dengan Al-Qur’an digital yang dapat secara
mudah tampil dan hilang dari layar smartphone pengguna.
Aplikasi Al-Qur’an
digital adalah aplikasi yang dapat menampilkan ayat-ayat Al-Qur’an di layar
smartphone berdasarkan surat dan ayat yang dipilih oleh pengguna dari menu yang
disediakan. Biasanya menu berupa nama surat dan kadang disertai nomor ayat. Selain
ayat-ayat, aplikasi ini juga menampilkan terjemah dan kadang juga tafsir dari
ayat yang ditampilkan. Tersedia banyak pilihan aplikasi Al-Qur’an digital yang
dapat diunduh dari toko/pasar aplikasi (application store/market) baik
yang berbasis Android maupun IOS.
Berbeda dengan mushaf,
ayat-ayat Al-Qur’an ditampilkan di layar aplikasi dalam bentuk citra digital (digital
image). Citra digital disusun dari sekumpulan piksel (pixel) yang
memiliki warna tertentu, misal warna hitam untuk objek dan warna putih untuk
latar belakang. Piksel adalah unsur gambar atau representasi sebuah titik
terkecil dalam sebuah gambar grafis yang dihitung per inci. Layar terdiri dari
ribuan piksel yang terbagi dalam baris-baris dan kolom-kolom. Jumlah piksel
yang terdapat dalam sebuah monitor dapat kita ketahui dari resolusinya. Jika resolusinya
adalah 1024x768 (1024 baris kali 768 kolom), maka jumlah piksel yang ada dalam
layar monitor tersebut adalah 786432 piksel. Semakin tinggi jumlah piksel yang
tersedia dalam layar, semakin tajam gambar yang mampu ditampilkan. Banyaknya
ayat yang dapat ditampilkan di layar dalam satu waktu bergantung pada ukuran
layar dari smartphone. Ukuran layar biasanya dalam satuan inci. Ukuran layar
yang lebih besar akan dapat menampilkan ayat dengan jumlah lebih banyak dalam
satu waktu.
Aplikasi Al-Qur’an
digital bekerja dengan mengeksekusi perintah-perintah program (machine code),
oleh prosesor, yang tersimpan dalam memori internal. Prosesor menjalankan
perintah berdasarkan menu yang dipilih oleh pengguna (interaksi pengguna).
Misal ketika pengguna memilih menu surat al-Fatihah, maka prosesor akan
menjalankan perintah program untuk menampilkan ayat-ayat surat al-Fatihah pada
layar. Layar yang menampilkan ayat-ayat tersebut sama seperti selembar kertas
yang tertulis ayat-ayat Al-Qur’an menggunakan tinta. Ketika pengguna memilih
surat yang lain, misal al-Baqarah, maka prosesor akan menjalankan perintah
menampilkan/menulis ayat-ayat dalam surat al-Baqarah pada layar yang sama. Hal
ini seperti membuka lembaran lain dalam mushaf yang berisi surat al-Baqarah.
Tiga Kondisi
Jika diamati ada tiga
kondisi (state) dalam aplikasi Al-Qur’an digital terkait tampilnya
ayat-ayat Al-Qur’an pada layar. Yang pertama adalah saat aplikasi baru
diaktifkan (onCreate dan onStart) dan layar menampilkan ayat-ayat
Al-Quran sesuai pilihan pengguna. Kedua adalah saat aplikasi lain dijalankan
sehingga ayat-ayat Al-Quran yang sebelumnya tampil menjadi tersembunyi dibawah/
tertutup oleh tampilan aplikasi lain (onPause dan onStop). Ketiga
adalah saat pengguna menutup aplikasi Al-Qur’an digital (onDestroy),
maka benar-benar ayat-ayat yang sedang tampil ataupun yang tertutup aplikasi
lain, hilang. Pada kondisi ketiga ini hanya machine code dari aplikasi
Al-Qur’an digital yang masih ada dalam penyimpanan internal smartphone yang
sewaktu-waktu akan dieksekusi lagi dan aplikasi akan masuk kondisi onStart
lagi.
Pada kondisi pertama,
ketika pengguna menyentuh smartphone yang menampilkan surat Al-Fatihah misalnya,
maka sama dengan dia menyentuh mushaf Al-Qur’an pada bagian lembaran surat
Al-Fatihah. Jika menyentuh lembaran mushaf yang tertuliskan surat al-Fatihah
harus berwudu, maka menyentuh layar smartphone pada kondisi pertama ini juga
harus berwudu. Termasuk dalam kondisi pertama adalah ketika aplikasi masuk
status onResume setelah onPause atau onRestart setelah
onStop yaitu kondisi dimana aplikasi menampilkan kembali ayat-ayat
Al-Qur’an setelah sebelumnya tertutup dibawah aplikasi lain.
Pada kondisi kedua,
saat pengguna menyentuh smartphone maka dia seperti menyentuh benda, misal
buku/koran yang dibawahnya ada mushaf Al-Qur’annya dan mungkin ada juga
buku-buku lain. Jika menyentuh buku/koran yang dibawahnya ada mushaf Al-Qur’an
(sehingga mushaf tersentuh secara tidak langsung) harus berwudu, maka menyentuh
layar smartphone pada kondisi kedua ini juga harus berwudu.
Pada kondisi ketiga, saat pengguna menyentuh smartphone, maka sama seperti dia menyentuh daftar perintah yang sangat banyak jumlahnya (karena dalam smartphone terpasang beraneka macam aplikasi), yang salah satunya adalah perintah untuk menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an (ingat hanya perintahnya, bukan tulisan ayat Al-Qur-an). Menurut logika sederhana, menyentuh kertas atau benda lain berisi perintah untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an tidak sama dengan menyentuh ayat-ayat Al-Qur’an (mushaf) itu sendiri. Dengan demikian membawa/menyentuh smartphone yang terinstal aplikasi Al-Qur’an digital, selama sedang tidak diaktifkan/di-run, maka tidak bisa disamakan dengan membawa/menyentuh mushaf Al-Qur’an. Wallohu A’lamu bi as-Showab.
Nurochman
Email: nurochman[at]uin-suka[dot]ac[dot]id
Dosen Prodi S1-Teknik Informatika
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
*Artikel ini juga bisa dibaca di website http://informatika.uin-suka.ac.id
Leave a Comment