| 0 Comments | 73 Views

SPIRIT MUHARRAM DI MASA PANDEMI

 

Spirit muharram termasuk moment yang istimewa. Terlebih saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Spirit muharram mengingatkan spirit persatuan dan ketenangan dengan tetap berusaha maksimal. Nabi Muhammad melalui “strategi hijrah” membawa dampak luar biasa. Hijrah adalah strategi super jitu, karena beberapa tahun setelah hijrah kemudian Nabi Muhammad kembali ke Mekah tanpa kekerasan (Fathu Makah). Spirit hijrah ini menunjukkan Agama Islam penuh kedamaian, persatuan dan usaha maksimal dengan tetap berserah diri kepada Allah. Pandemi Covid-19 membutuhkan usaha bersama dalam menjaga persatuan, usaha maksimal dan ketenangan.

Muharram adalah salah satu bulan mulia selain Dzulhijjah, Dzulqa’dah, dan Rajab. Dalam sejarah Islam, Muharram menjadi momentum perubahan. Hijrah berarti merubah sifat tercela menuju sifat yang terpuji sesuai akhlak para Nabi. Para Nabi mengajarkan kasih sayang dan menebarkannya bagi semesta alam. Kepedulian diri menjaga protokol kesehatan adalah salah satunya. Sifat terpuji di masa pandemi diantaranya adalah bermasker secara baik dan benar. Memastikan bahwa masker tersebut memenuhi kriteria minimal perlindungan diri dan orang lain. Benar berarti menutup mulut dan hidung. Masker yang benar, tidak hanya menutup mulut menjaga keluarnya percikan droplet tetapi juga menutup hidung yang menjaga terhirupnya droplet.

Para ulama juga menjelaskan beberapa keistimewaan di hari ‘Asyura (hari yang kesepuluh bulan Muharram), yaitu antara lain kemenangan Nabi Musa atas Fir’aun, pendaratan kapal Nabi Nuh, keselamatan Nabi Yunus dengan keluar dari perut ikan, ampunan Allah untuk Nabi Adam, keselamatan Nabi Yusuf dengan keluar dari sumur pembuangan, kelahiran Nabi Isa, Nabi Ya’qub dapat kembali melihat, kesembuhan Nabi Ayub dari penyakit, dan pengangkatan Nabi Sulaiman menjadi raja. Bulan muharram menjadi momentum untuk meniru akhlak para nabi, akhlak yang mulia. Kebiasaan para Nabi dalam melakukan usaha maksimal, dan tetap tenang.

Dalam Surat Ar-Ra’d, ayat 11 yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Ayat ini menegaskan bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu, misalnya perubahan nasib dan terjaga kesehatan, maka ia harus melakukan suatu usaha secara aktif dan nyata, dan inilah yang disebut dengan ikhtiar atau usaha lahiriah. Berikhtiar atau berusaha adalah wajib. Maka barangsiapa mau berikhtiar, ikhtiarnya akan dicatat sebagai ibadah. Jika ikhtiarnya membuahkan hasil, maka setidaknya ia akan mendapat 2 (dua) keuntungan. Pertama, ia akan memperoleh pahala. Kedua, ia mendapat hasil keberhasilan atau manfaat dari apa yang telah ia usahakan. Tetapi jika ikhtiarnya belum berhasil, maka setidaknya ia akan mendapat pahala dari Allah. Jika ia sabar, maka ia akan mendapatkan pahala yang berlipat.

Muslim selalu berdoa sebagai usaha batiniah. Allah berfirman “Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannnya”. Allah akan memberikan jawaban atau merespons apa yang menjadi keinginan atau usaha kita. Hikmah berdoa dalam kaitannnya dengan ikhtiar adalah bahwa doa akan mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dengan berdoa, kita akan terhindar dari klaim bahwa keberhasilan kita semata-mata karena usaha/ikhtiar kita. Anggapan bahwa keberhasilan tanpa campur tangan dari Allah akan mejadi kesombongan yang luar biasa sebagaimana disebutkan dalam ayat berikutnya. Karena dalam  “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (QS al-Mu’min: 60). Berdoa menunjukkan kerendahan dan pengakuan betapa kecil dan lemahnya kita di depan Allah.

Surat Ali Imran, ayat 159, Allah berfirman “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal pada-Nya.” Jadi memang usaha maksimal dan doa sesungguhnya perlu disertai tawakal atau berserah diri kepada Allah. Tawakal memiliki peran penting dalam hidup ini, terutama terkait dengan usaha dan doa kita. Mungkin sering kita alami bersama bahwa tidak setiap yang kita usahakan atau inginkan akan tercapai sebagaimana kemauan kita, sebab memang bukan manusia yang mengatur hidup ini. Allah-lah yang mengatur seluruh alam. Allah Maha Tahu. Allah Maha Adil dan Bijaksana dengan semua rencana dan keputusan-Nya.

Bertawakal kepada Allah berarti bersiap menerima kenyataan. Orang yang bertawakal tidak akan putus asa karena menyadari sepenuhnya bahwa Allah-lah Yang Maha Tahu kapan usaha dan doanya akan terkabul. Bila usaha dan doanya telah terkabul, mereka bersyukur dan menyadari sepenuhnya keberhasilannya berasal dari Allah. Demikianlah spirit hijrah di masa pandemi, Semoga Allah senantiasa membimbing kita dan Covid-19 segera dapat terkendali. Amin... amin......

 

Adhi Setiyawan


(Tulisan ini dimuat di Koran Kedaulatan Rakyat, Jum'at 6 Agustus 2021 di kolom Mutiara Jum'at)


Leave a Comment