| 0 Comments | 108 Views

Card Image

Foto Pemberi Fatwa

MENGUCAPKAN “SELAMAT HARI NATAL” HUKUMNYA SUNNAH.
(Jika mengerjakannya maka mendapatkan pahala, dan jika meninggalkannya maka tidak berdosa)
Oleh: Ibnu Muhdir
Kata Natal dari bahasa Portugis berarti "kelahiran" atau berasal dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis yang berarti Hari Lahir (https://id.wikipedia.org/wiki/Natal). Hari Natal atau hari kelahiran dalam bahasa Arab disebut milad atau maulid. Oleh karena itu hari raya natal, dalam bahasa Arab disebut ‘Idul Milad (عيد الميلاد) (https://ar.wikipedia.org/wiki/عيد_الميلاد).
Yang dimaksud hari natal di sini adalah hari kelahiran Nabi Isa al Masih, yang jatuh pada tanggal 25 Desember. Peringatan hari natal ini sudah dimulai pada tahun 221 M, dan baru diterima secara luas pada abad ke-5 (http://id.wikipedia.org/wiki/Natal), jauh sebelum Nabi Muhammad lahir. Jadi, saat Nabi Muhammad saw. hidup, peringatan hari natal tanggal 25 Desember ini sudah ada dan sudah dirayakan, akan tetapi Al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw. tidak pernah mengkritik dan mengoreksinya.
Adapun ALASAN BAHWA MENGUCAPKAN SELAMAT HARI NATAL ADALAH SUNNAH, sbb.:
1. ALLAH, LEWAT AL-QUR’AN MEMBERIKAN UCAPAN SELAMAT HARI LAHIR ATAU HARI NATAL KEPADA NABI ISA AS. Perhatikan Firman Allah:
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا (33) ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ (34)
Artinya: (33) Dan Keselamatan (Dari Allah) semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari AKU DILAHIRKAN (DINATALKAN), pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. (34) Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (QS. Maryam: 33 dan 34)
Di dalam salah satu penafsiran dikatakan bahwa kata السَّلَامُ di dalam ayat tersebut, yang dimaksudkan adalah pemberian penghormatan atau ucapan selamat (المراد به التحية). (Fath al-Qadir Juz 3, hlm. 458). Adapun yang dimaksud وَالسَّلَامُ عَلَيَّ adalahالسلام عليَّ من الله تعالى (Salam dari Allah Ta’ala untukku). (Tafsir as-Samarqandi / Bahrul Ulum Juz 2, hlm. 323). Jadi menurut penafsiran ini, bahwa ayat tersebut (QS. Maryam: 33) adalah UCAPAN SELAMAT DARI ALLAH TA’ALA KEPADA NABI ISA, KETIKA NABI ISA DILAHIRKAN (DINATALKAN), ketika ia meninggal dan ketika ia dibangkitkan kembali. Firman Allah ini diucapkan melalui ucapan Nabi Isa as. Kemudian, Allah menegaskan akan kebenarannya pada ayat berikutnya, WALAUPUN BANYAK ORANG MERAGUKANNYA, dengan Firman-Nya: Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (QS. Maryam: 44).
2. NABI MUHAMMAD SAW. DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK dan AKHLAK NABI ADALAH AL-QUR’AN, perhatikan hadis berikut:
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلَانَ عَنْ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Manshur berkata; telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz bin Muhammad dari Muhammad bin 'Ajlan dari Al Qa'qa' bin Hakim dari Abu Shalih dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik." (HR. AHMAD, hadis no. 8595).
Perhatikan pula hadis berikut:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَارَةَ عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ أَخْبِرِينِي عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdurrozzaq dari Ma'mar dari Qotadah dari Zuroroh dari Sa'ad bin Hisyam berkata; saya bertanya kepada Aisyah, saya katakan; Tolong kabarkan kepadaku tentang akhlak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Aisyah menjawab; "Akhlak beliau adalah Al Quran." (HR. AHMAD, hadis no. 24139)
Nabi Muhammad saw. tidak mungkin menyalahi Al-Qur'an. Dalam kaitannya dengan ucapan selamat kepada nabi Isa as., dalam suatu riwayat tentang Hamah bin Him bin Laqis bin Iblis saat mendatangi Nabi Muhammad saw. dikisahkan:
وأن عيسى أمره أن يقرأ السلام على محمد صلى الله عليه وسلم إن لقيه فبكى صلى الله عليه وسلم ثم قال : وعلى عيسى السلام مادامت الدنيا وعليك السلام ياهامة بأداء الأمانة
Artinya: Dan sesungguhnya Isa menyuruhnya (menyuruh Hamah) untuk membacakan (mengucapkan) salam kepada Muhammad saw. jika ia bertemu dengannya. Maka Nabi Muhammad saw. menangis, kemudian bersabda: Dan SALAM UNTUK ISA SELAMA DUNIA INI MASIH ADA, dan salam kepadamu wahai Hamah karena engkau telah menyampaikan amanah.(Lihat: Al Fatawa al Hadisah li Ibn Hajar al Haitami, hlm. 70.)
Derajad hadis: Hadis ini diriwayatkan dari beberapa jalur riwayat dengan derajad HASAN. (Lihat: Al Fatawa al Hadisah li Ibn Hajar al Haitami, hlm. 70.) Akan tetapi Ibn Al Jauzi memasukkannya ke dalam hadis maudhu’. (Lihat: Al-Maudhu’at li Ibn al Jauzi, Juz 1 hlm. 208)
Dalam riwayat di atas, ucapan salam atau selamat dari Nabi Muhammad saw. kepada Nabi Isa as. ini sangat berbeda, karena bersifat langgeng, terus menerus, selama dunia ini masih ada (maa daamat ad dunya). Ucapan salam atau selamat yang langgeng seperti ini tidak pernah diucapkan oleh Nabi saw. kepada siapapun di dunia ini, kecuali kepada Nabi Isa as. Hal ini memberi gambaran kepada kita bahwa selama dunia ini masih ada, maka Nabi Isa berhak untuk diberi ucapan selamat, yang salah satunya adalah ucapan selamat hari lahir untuknya (selamat hari natal).
3. KITA DIPERINTAHKAN UNTUK TAAT KEPADA ALLAH DAN RASULULLAH SAW.
Banyak sekali nash yang menyuruh kita untuk taat kepada Allah dan Rasulullah saw., antara lain:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ تَسْمَعُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar. (QS Al-Anfaal: 20)
Lihat pula ayat ini:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31)
Artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran: 31)
Oleh karena itu, hukum mengucapkan selamat hari natal adalah sunnah, karena mengikuti Al-Qur’an dan Nabi saw. (ittiba’ Al-Qur’an dan ittiba’ An-Nabi saw.) dengan subernya yang jelas. Kita tidak boleh mengikuti sakwa sangka atau ittiba’ adh-dhann. Perhatikan ayat berikut:
قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكائِكُمْ مَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ قُلِ اللَّهُ يَهْدِي لِلْحَقِّ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يُتَّبَعَ أَمَّنْ لَا يَهِدِّي إِلاَّ أَنْ يُهْدى فَما لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ (35) وَما يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلاَّ ظَنًّا إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئاً إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِما يَفْعَلُونَ (36)
Artinya: Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekuturmu ada yang menunjuki kepada kebenaran?" Katakanlah "Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran". Maka Apakah Yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan? Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. Yunus: 35,36)
Berkaitan dengan buah kurma yang masak, orang banyak meragukan, apakah benar Nabi Isa as. lahir pada bulan Desember, padahal pada bulan Desember adalah musim dingin, dan bukan waktunya buah kurma masak. Mereka berdasar pada kisah Maryam saat melahirkan, Maryam diperintahkan oleh Allah untuk menggoyangkan pohon kurma, maka niscaya akan jatuhlah buah kurma yang masak (QS. Maryam: 25), ini dapat diterangkan sebagai berikut:
Dalam memahami kasus seperti di atas, kita tidak boleh mengesampingkan ayat lain yang berkaitan dengan ayat-ayat yang menerangkan tentang sejarah Maryam. Maryam, sejak kecil sudah diberi keistimewaan oleh Allah, yang salah satunya dia selalu diberi dan disediakan makanan oleh Allah:
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (QS. Ali Imran: 37).
Jadi, tidaklah mustahil, kalau Allah juga menyediakan kurma masak di pohon tempat Maryam bersandar pada saat ia melahirkan. Memang, masa itu adalah bukan waktunya buah kurma masak, sehingga Maryam tidak tahu kalau ada buah kurma masak di atasnya. Oleh karena itu, Allah memberi tahu kepadanya agar pohonnya digoyangkan, sehingga buah kurma masak itu jatuh. Kalau masa itu adalah musim buah kurma masak, pastilah Maryam sudah tahu kalau ada buah kurma yang masak di atasnya, dan pastilah dia akan menggoyangkan pohon tersebut agar ada buah kurma masak yang jatuh, tanpa harus ada pemberitahuan dari Allah. Allah Maha Kuasa terhadap segalanya, tapi terkadang banyak manusia yang merasa lebih kuasa dari Allah.
Inilah penjelasan hukum mengucapkan selamat hari natal bagi orang Islam, semoga bermanfaat. INILAH SALAH SATU BUKTI BAHWA ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN. (Oleh Ibnu Muhdir)

Leave a Comment