| 0 Comments | 47 Views

Penutup

 

Perkembangan ilmu kimia diawali dari cara berfikir logis dan saintifik dari para pendiri kimia untuk mematahkan sesuatu yang bersifat mistik dan takhayul, dalam hal ini lebih spesifik adalah Kimiawan Muslim dengan Jabir Ibnu Hayyan sebagai pelopornya. Kimiawan kimia menjadikan alam semesta ini sebagai “laboratorium besar” dan kemudian dibuat ‘laboratorium kecil” dengan seperangkat peralatan pendukungnya untuk memastikan fakta-fakta yang lebih spesifik dalam kajian tertentu. Dari situlah muncul ilmu kimia sebagai sebuah kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan hidup manusia saat itu yang pada gilirannya mempengaruhi dan dipengaruhi peradaban manusia, bahan sampai sekarang.

 

Tidak bisa dipungkiri bahkan harus diakui bahwa Peradaban Islam memegang peranan penting dan mewarnai awal berdirinya kimia sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Tradisi, ritual dan syariat Islam banyak mempengaruhi perkembangan kimia. Untuk bab awal dalam fiqih yang selalu diajarkan kepada anak-anak semenjak kecil, Bersuci atau Thaharah, begitu besar pengaruhnya pada penemuan-penemuan di bidang kimia.

 

Lalu mengapa sekarang ilmu Kimia menjadi asing bagi orang-orang Muslim?

 

Rangkaian kata-kata sederhana yang disusun dari berbagai sumber ini tidak ditujukan untuk bernostalgia ke era keemasan Kimiawan Muslim, bukan pula sebagai sarana berbangga diri bahwa Dunia Islam pernah menguasai Kimia di masa kejayaannya.

 

Ini disusun hanya untuk mengingatkan kembali akan hal-hal yang sudah terlupakan atau bahkan nyaris menghilang, sehingga bersemangat kembali untuk mempelajari alam semesta yang diciptakan Tuhan untuk manusia sebagai pengelolanya ini; dan juga mempelajari diri kita sendiri sebagai bagian dari alam semesta itu sendiri.

 

Mempelajari ilmu pengetahuan alam termasuk kimia didalamnya, baik formal atau informal, dasarnya adalah mempelajari diri kita sendiri sebagai bagian dari alam semesta, untuk mengetahui kita ini apa? terbuat dari apa kita ini? bagaimana wujud kita? bagaimana sifak fisik dan kimia kita ini? bagaimana interaksi kita dengan alam? Berasal dari mana kita ini?  Bagaimana kita berawal? dan tentunya Bagaimana kita akan berakhir nanti? Yang pada akhirnya nanti akan tahu siapa diri kita yang sebernarnya.

 

“Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhan-Nya”

 

 

Kota Kipas, Karlsruhe. Awal Musim Semi 2022.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*Philosopher’s Stone atau Batu Filsuf merupakan sebuah zat legendaris, konon batu ini dapat mengubah logam lain yang harganya murah menjadi logam emas. Batu ini, pada masa Alkemi, dipercaya sebagai batu yang mampu menjadikan seseorang awet muda, meskipun tidak menjadikan seseorang menjadi kekal hidup selamanya. Untuk beberapa waktu sebelum munculnya kimia sebagai sebuah kajian yang empiris dan saintifik (terutama era alkemi barat, sebelum era alkemi Islam) sering dianggap sebagai sebuah “Holy Grail” dunia Alkemi Barat pada Abad Pertengahan.

 

**Kalau ada yang pernah membaca Novel Best Seller “Sang Alkemis” karya Paulo Coelho (Penulis asal Brasil), itulah sedikit gambaran tentang seorang Alkemis dan Dunia Alkemi yang mistis pada saat seorang Santiago mencari harta karun, dapat juga dianggap mencari sebuah Philosopher’s Stone, dari tanah Andalusia (Spanyol) sampai tanah Arab.

 


Leave a Comment