| 0 Comments | 328 Views
“Tiada Hari Tanpa Sambel” atau “Makan Terasa
Hambar Tanpa Sambel”
Itulah jargon umum yang berlaku bagi kebanyakan dari kita. Sensasi pedas dibutuhkan untuk menambah selera makan atau menambah sedap makanan yang kita konsumsi.
Indonesia, surganya sambel. Ada sambel bawang, ada sambel tomat, ada sambel matah, ada sambel geprek, ada sambel goang, sambel ini… sambel itu… bahkan ada sambel original… ya dimakan langsung cabe-nya; yang paling enak… jika kita mau makan nasi hangat, metik dahulu cabe rawitnya langsung dari pohonnya di pekarangan.
Apapun makanan yang kita makan, seolah sambel atau cabe menjadi wajib sebagai pelengkap makanan. Makan Nasi pakai sambel. Makan Bakso pakai sambel. Makan gorengan, tidak ketinggalan cabe rawit (Achtung!!! Tuang Gehu atanapi Bala-bala teu apdol upami teu nganggo cengek!). Bahkan kadang ada diantara kita ada yang biasa makan nasi hangat cukup dengan taburan garam dan yang paling penting ada taburan bubuk cabe-nya.
Saking pentingnya kedudukan cabe, tantangan
makan cabe dengan level-level tertentu menjadi lumrah. Saking pentingnya
tingkat kepedasan cabe, sampai dibuat level-levelnya. Mirip sekolah saja yang
ada tingkatan kelasnya.
Sebenarnya apa sih yang menyebabkan cabe itu
digemari? Mengapa saat makan cabe kita memperoleh sensasi pedas dan panas? Ada apa
sebenarnya dalam cabe itu?
Pada buah cabe yang berasal dari tumbuhan genus
Capsicum, terdapat senyawa aktif
kelompok capsaicinoids. Sensasi pedas pada cabe ini disebabkan senyawa
ini.
Ada dua senyawa capsaicinoids yang biasa dijumpai pada cabe, yaitu capsaicin dan dihydrocapsaicin. Keduanya menimbulkan sensasi panas dan terbakar ketika kedua senyawa ini kontak dengan selaput lendir yang ada dalam lidah kita hasil intteraksi keduanya dengan syaraf indera perasa sakit dan panas dalam tubuh kita.
capsaicin
dihydrocapsaicin
Kadar capsaicinoids dalam tiap jenis cabe
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Semakain banyak jumlah senyawa
capsaicinoids dalam suatu jenis cabe, maka tingkat kepedasannya semakin tinggi.
Secara matematis, kadar capsaicinoids berbanding lurus dengan tingkat kepedasan
cabe tersebut.
Terdapat Skala Scovile yang digunakan sebagai
deteksi rasa pedas untuk menunjukkan rating atau tingkat kepedasan suatu jenis
cabe. Ada sebuah metode untuk mengekstrak capsaicinoids ini dan menggunakan
satuan unit Scoville. Cabe yang tidak mengandung sama sekali senyawa
capsaicinoid, pada Skala Scoville (SHU) nilainya nol.
Paprika memiliki 250-1000 SHU, Cabe Merah 30.000-50.000 SHU, Cabe Rawit 100.000 SHU, Cabe Gendot 350.000 SHU, Carolina Reaper (jenis cabe yang sering dipakai tantangan makanan pedas) 2.500.000 SHU.
Carolina Reaper
Pepper X
Capsaicin murni sendiri setara dengan
16.000.000 SHU; dan yang tidak kalah pedasnya adalah semprotan merica yang
dipakai polisi untuk melumpuhkan penjahat ada dikisaran 1.500.000 – 2.000.000
SHU (apalagi terkena dan disemprotkan
langsung ke mata, bayangkan saja perihnya mata… cukup dibayangkan tidak perlu
dipraktekkan, hehe). Sementara
ini, cabe terpedas yang diakui adalah Pepper X dengan tingkat kepedasan
3.200.000 SHU.
Itulah sebab musabab kenapa cabe berasa pedas,
ya karena si capsaicin ini… begitulah Kimia Cabe.
Jadi, apakah benar, makan tanpa sambel cabe
itu ga nendang?
Leave a Comment