| 0 Comments | 154 Views

#kemenag, #moderasi beragama, #LPM #uinsuka, #PKDP2024

Moderasi beragama harus selalu berlandaskan pada prinsip kemanusiaan, yang menempatkan martabat manusia sebagai hal yang paling utama. Setiap agama mengajarkan untuk menghormati kehidupan, saling peduli, dan merawat sesama. Contohnya adalah ajaran Islam yang memerintahkan umatnya untuk membantu orang miskin dan menghormati hak-hak sesama, atau ajaran Kristen yang mengajarkan kasih sayang tanpa membedakan. Jika prinsip kemanusiaan ini diabaikan, bisa timbulnya kekerasan, ketidakadilan, dan pengabaian terhadap hak asasi manusia, yang menyebabkan perpecahan dan ketegangan sosial.

Kata kunci kedua adalah kemaslahatan umum yang dapat dimaknai dengan kebaikan bersama yang mendukung kesejahteraan sosial. Agama bukan hanya untuk kepentingan individu, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang adil dan damai. Misalnya, kebijakan-kebijakan yang mendukung keberagaman agama di Indonesia seperti pembangunan rumah ibadah yang adil dan akses pendidikan agama yang terbuka untuk semua. Jika tidak memperhatikan kemaslahatan umum, maka kehidupan beragama bisa terdistorsi menjadi ajang persaingan, ketidakadilan, dan bahkan ketegangan antar kelompok yang merugikan semua pihak.

Moderasi beragama mengajarkan bahwa setiap orang harus diperlakukan dengan adil, tanpa adanya diskriminasi. Keadilan dalam beragama berarti memberikan hak yang sama untuk semua pemeluk agama tanpa membedakan. Misalnya, memberikan kebebasan beribadah dan hak untuk mendirikan tempat ibadah di mana pun tanpa adanya pembatasan atau penghalangan. Jika prinsip ini tidak dijalankan, akan muncul ketimpangan sosial dan rasa ketidakpuasan yang berujung pada ketegangan, perpecahan, dan potensi kekerasan antarkelompok agama.

Kata kunci berimbang dalam moderasi beragama menuntut kita untuk tidak ekstrem dalam menjalankan ajaran agama, tetapi sebaliknya mengedepankan sikap yang rasional dan terbuka terhadap perbedaan. Sebagai contoh, seorang Muslim yang mendalami ajaran agamanya tidak mengharuskan orang lain untuk mengikuti cara beribadah yang sama, namun tetap menjaga komunikasi yang baik dan saling menghormati. Jika prinsip ini diabaikan, maka akan muncul pemahaman agama yang rigid dan fanatik, yang berpotensi menumbuhkan intoleransi dan ketegangan.

Sebagai warga negara, moderasi beragama menuntut kita untuk taat konstitusi, yakni menjalankan ajaran agama dengan tetap menghormati hukum dan peraturan yang ada di negara ini. Contoh konkret adalah ketika umat beragama menyelaraskan ibadah dan perayaan agama dengan waktu yang tidak mengganggu kepentingan umum atau aktivitas negara, seperti peraturan tentang jam ibadah dan kegiatan keagamaan. Jika prinsip taat konstitusi tidak dijalankan, maka bisa menimbulkan perpecahan antara kewajiban agama dan kepentingan negara, serta dapat merusak stabilitas hukum dan ketertiban umum.

Moderasi beragama harus tetap berpegang pada komitmen kebangsaan, di mana keberagaman agama di Indonesia menjadi landasan untuk membangun persatuan. Setiap pemeluk agama harus mampu melihat bahwa beragama dengan baik berarti juga menjaga persatuan bangsa. Misalnya, dalam situasi politik atau sosial yang panas, umat beragama bisa berperan menjadi penyejuk dan meredakan ketegangan dengan menegakkan prinsip persatuan. Tanpa komitmen kebangsaan, agama bisa dijadikan alat untuk merusak persatuan, yang berujung pada konflik horizontal dan mengancam keutuhan negara.

Toleransi adalah sikap menerima dan menghargai perbedaan dalam beragama dan dalam kehidupan sosial. Misalnya, umat Kristen yang menghargai puasa Ramadan umat Muslim, atau umat Hindu yang turut merayakan Idul Fitri dengan tetangga Muslim mereka. Toleransi dalam agama juga mengajarkan untuk tidak menghakimi orang lain berdasarkan keyakinan agamanya. Tanpa toleransi, agama bisa menjadi penyebab utama perpecahan dan konflik, dengan terjadinya intoleransi yang menindas kelompok agama tertentu.

Moderasi beragama menuntut setiap pemeluk agama untuk anti kekerasan, mengutamakan perdamaian dan dialog dalam menyelesaikan perbedaan. Sebagai contoh, bila terjadi ketegangan antar agama, maka sebaiknya diupayakan penyelesaian melalui diskusi yang terbuka dan penuh penghormatan. Jika prinsip anti kekerasan ini tidak diterapkan, maka agama bisa disalahgunakan untuk membenarkan tindakan kekerasan, baik dalam bentuk terorisme, radikalisasi, atau diskriminasi, yang menghancurkan kedamaian dan merusak hubungan antar umat beragama.

Pentingnya penghormatan kepada tradisi adalah untuk menjaga keberagaman budaya dan adat istiadat yang tumbuh di dalam masyarakat. Dalam konteks moderasi beragama, penghormatan ini berarti menerima berbagai tradisi keagamaan yang ada di masyarakat, seperti perayaan hari besar agama atau tradisi keagamaan lokal yang sudah berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Jika tradisi ini tidak dihargai, maka bisa timbul kecenderungan untuk menghapuskan kebudayaan lokal demi kepentingan agama tertentu, yang berpotensi menimbulkan gesekan sosial dan kehilangan identitas budaya masyarakat.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, moderasi beragama tidak hanya dapat memperkuat kedamaian, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih inklusif dan sejahtera. Namun, jika salah satu prinsip ini diabaikan, dapat menimbulkan ketegangan, konflik, dan kerusakan dalam tatanan sosial dan negara.



Leave a Comment