| 0 Comments | 50 Views

Card Image

Dokumentasi Webinar Intelektualitas diselenggarakan oleh HMJ MPI UIN Antasari Banjarmasin

SABTU, 30 Oktober 2021, Nora Saiva Jannana sharing bersama mahasiswa program studi Manajemen Pendidikan Islam di UIN Antasari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kegiatan tersebut dikemas dalam webinar intelektualitas dengan tema "URGENSI & OPTIMALISASI EKSISTENSI MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM STRATEGI PEMBELAJARAN DI ERA 5.0". Pada kesempatan ini, disampaikan mengenai "Schools of the future: Defining new models of education for fourth industrial revolution", yang merupakan laporan Forum Ekonomu Dunia tahun 2020.

Era 5.0 merupakan periode atau zaman dimana masyarakat 5.0 hidup. Masyarakat 5.0 atau society 5.0 diperkenalkan pada dunia dalam Forum Ekonomi Dunia tahun 2019 oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, sebagai respon dari menurunnya populasi manusia produktif di Jepang. Society 5.0 dapat diartikan sebagai masyarakat yang menyelesaikan permasalahannya dengan melibatkan teknologi dan informasi hasil dari revolusi industri 4.0. Kehidupan society 5.0 sarat melibatkan unsur big data, internet of things, dan artifical intelligence. Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan di Indonesia, guna membekali generasi yang hidup di era ini, mereka dilatih untuk memiliki keterampilan abad 21. Di satuan pendidikan menengah, kita sangat mengenal dengan istilah 4C, yakni creativity, critical thinking, communication, & collaboration. Keterampilan 4C inilah yang diimplementasikan untuk diberikan kepada siswa dengan penerapan pembelajaran berorientasi pada HOTS (Higher Order Thinking Skill). 

Pada laporan Forum Ekonomi Dunia 2020, disebutkan bahwa akan ada variasi pekerjaan baru yang membutuhkan keterampilan baru di masa depan. Sekolah memiliki peranan penting dalam mempersiapkan masyarakat dan tenaga kerja masa depan. Berdasarkan laporan tersebut, terdapat 8 karakteristik penting dalam konten pembelajaran dan pengalaman untuk mendukung pembelajaran berkualitas tinggi di revolusi industri 4.0. Terjadi pergeseran mengenai konten pembelajaran dan pengalaman belajar untuk siswa dalam mempersiapkan diri di masa depan.

  1. Keterampilan kewarganegaraan global. Keterampilan ini fokus pada pembangunan kesadaran tentang dunia yang sangat luas, keberlanjutan dan keikutsertaan aktif dalam komunitas global. Globalisasi dan teknologi memberikan kesempatan kepada masyrakat untuk saling berinteraksi tanpa batas, memungkinkan dunia yang lebih kohesif. Sistem sekolah harus membantu anak-anak dalam mengembangkan diri, sadar tentang isu-isu global, dan berperan aktif dalam komunitas global.
  2. Keterampilan inovasi dan kreativitas. Keterampilan ini fokus pada keterampilan yang dibutuhkan untuk inovasi termasuk pemecahan masalah yang kompleks, berpikir analitis, dan kreatif. Berinovasi, fleksibel, dan beradaptasi menjadi keharusan untuk mampu tumbuh di masa depan.
  3. Keterampilan teknologi. Guna mencapai keterampilan ini, perlu dimasukkan konten mengenai pengembangan keterampilan digital, termasuk pada pemrograman, tanggung jawab digital, dan penggunaan teknologi. Keterampilan mendesain teknologi, melakukan pemrograman, dapat menjadi keterampilan yang memiliki permintaan tinggi di masa depan.
  4. Kemampuan interpersonal. Pada poin ini, dapat dicapai dengan memberikan konten pembelajaran yang berfokus pada kecerdasar emosional interpersonal, misalnya empati, kerjasama, negosiasi, kepemimpinan dan kesadaran sosial.
  5. Personalisasi dan pembelajaran mandiri. Pergeseran terjadi dari sistem yang sangat kaku, menjadi sistem yang dibuat berdasarkan kebutuhan individu masing-masing peserta didik. Kebutuhan individu sangat beragam, sehingga memungkinkan setiap siswa tumbuh sesuai langkah mereka dengan dasar pengalaman yang telah mereka miliki.
  6. Pembelajaran yang dapat diakses dan inklusif. Sebuah sistem dimana setiap orang memiliki akses untuk belajar dan mengakomodasi kebutuhan khusus bagi para pelajar.
  7. Pembelajaran berbasis masalah dan kolaboratif. Melalui pembelajaran berbasis masalah dan berkolaborasi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali keterampilan kreatif mereka dan melakukan inovasi. Kreatifitas dan inovasi tidak bisa ditiru dari para pendidik. Keterampilan tersebut bisa dilatihkan kepada siswa dengan memberikan pengalaman belajar yang membutuhkan problem solving dan membutuhkan orang lain untuk untuk bekerjasama.
  8. Pembelajaran seumur hidup dan student centered learning. Sebuah sistem dimana setiap orang akan terus menerus meningkatkan keterampilan yang ada dan memperoleh keterampilan baru sesuai kebutuhan mereka. 



Leave a Comment