| 0 Comments | 6 Views
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam |
اَلْحَمْدُ
لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ |
Hamdalah memiliki 3 makna, yaitu:
Pertama, bentuk
sanjungan kita kepada Allah sebagai ungkapan rasa syukur (terimakasih) karena
telah memberi kita segala nikmat yang tidak terhitung jumlahnya.
Kedua, sebagai
pengingat bahwa rasa terimakasih tersebut haruslah diwujudkan dalam bentuk
menggunakan nikmat-nikmat tersebut sesuai dengan harapan Allah.
Ketiga, agar
kita selalu tawadhu’ dan tidak sombong, karena pada hakikatnya semua
yang kita miliki adalah pemberian dari Allah. Maka, setiap kali kita mendapat
pujian dari orang, kita harus kembalikan pujian tersebut kepada sang pemilik
aslinya, yaitu Allah Swt (dengan mengucap alhamdulillah).
Apa makna “Rabb” dan “Alamīn”?
Makna kata “Rabb” menunjukkan
tauhid rububiyah (perbuatan Allah kepada hamba) yang berarti Yang Maha Mengatur
segala urusan, Maha Memelihara semua makhluk-Nya, dan Maha Memberi segala
karunia dan nikmat.
Sementara makna “’Alam”
adalah semua yang ada selain Allah Swt, termasuk alam malaikat, alam jin, dan
alam manusia. Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Rabbul ‘Alāmin adalah Tuhannya jin dan manusia.
Manusia secara paralel juga
akan melalui lima alam, yaitu (1) alam ruh, (2) alam rahim, (3) alam dunia, (4)
alam kubur dan (5) alam akhirat.
Mengapa dalam ayat kedua ini
Allah memperkenalkan dirinya sebagai “Yang Maha Mengatur Seluruh Alam”?
Agar sebagai hamba-Nya kita yakin dan paham bahwa hidup kita ini dipelihara dan diatur oleh Allah, sehingga kita mau menyembahnya, mau tunduk dan taat pada aturan-Nya (tauhid uluhiyah). Seolah-olah Allah mengatakan kepada kita: “Akulah yang menciptakan kalian, Akulah yang memiliki kalian, Aku juga yang memelihara dan mengatur kalian, maka sudah sewajarnya kalian menyembah-Ku, tunduk dan taat pada-Ku. Bukan tunduk pada yang lainnya, dan juga bukan membuat-buat aturan sendiri.”
Yang
Maha Pengasih, Maha Penyayang. |
الرَّحْمٰنِ
الرَّحِيْمِ |
Apa makna ar-Rahman dan
ar-Rahim?
Muhammad Ali As-Shabuni
mengatakan bahwa “Ar-Rahman” merupakan sifat kasih sayang Allah yang banyak dan
besar (kualitas dan kuantitas) yang diberikan kepada seluruh makhluk perihal
pemberian rezeki dan kemaslahatan yang mencakup orang mukmin dan kafir), tetapi
hanya di dunia ini saja (tidak bersifat langgeng).
Sedangkan “Ar-Rahim” merujuk pada sifat kasih sayang Allah
yang diberikan untuk orang-orang yang beriman saja, dan bersifat langgeng dan
abadi (dunia dan akhirat).
Allah menyifati diri-Nya
dengan sifat Rahman dan Rahim setelah Rabbul ‘Alamin untuk menggabungkan kabar
gembira setelah peringatan. Karena dalam kalimat “Ar-Rabb” mengandung
peringatan dan dalam “Ar-Rahman Ar-Rahim” mengandung pemberian harapan.
Seolah-olah Allah ingin memberitahukan bahwa Allah mengurus alam semesta ini
tidak dengan menyiksa dan memaksa, tetapi atas dasar kasih-sayang-Nya.
Allah mengulang kalimat yang sama seperti dalam ayat pertama sebagai bentuk penegasan bagi hamba-hambaNya bahwa Allah itu memang benar-benar bersifat Maha Pengasih dan Penyayang, tidak menyeramkan dan haus darah. Dan juga sifat Penyayang-Nya Allah tidak pandang bulu, semua makhluk Allah beri rizki, Allah pelihara dan Allah jaga. Hanya saja seringkali hamba-Nya itu tidak sadar dan tidak berterimakasih.
Leave a Comment