| 0 Comments | 50 Views

AWAL MULA KIMIA



Sejak abad ke-9 Masehi dan seterusnya, Kimiawan Muslim banyak menentang kajian Alkemi yang dilakukan oleh Alkemis. Kajian-kajian Alkemis lebih bersifat takhayul dan mistis. Sifat kajian-kajian Alkemis yang mistis dan takhayul ini kemudian dipatahkan oleh kajian-kajian saintifik yang mulai diperkenalkan oleh Kimiawan Muslim pada saat itu. Kalau dilihat dari sisi sejarahnya, Kimiawan Muslim inilah yang meletakkan fondasi Ilmu Kimia dimasa sekarang sekaligus juga mengubah kajian Alkemis yang tidak masuk akal menjadi kajian Kimia yang masuk akal dan dapat dibuktikan berdasarkan fakta-fakta atau temuan-temuan ilmiah.

 

Will Durant (The Story of Civilization IV: The Age of Faith): “Ilmu Kimia merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang dikreasi oleh orang-orang Muslim. Kimiawan Muslim memperkenalkan observasi atau pengamatan yang tepat, eksperimen yang terkontrol dan catatan hasil eksperimen yang cermat. Kimiawan Muslim menemukan peralatan alembic (al-anbiq), zat-zat yang jumlahnya sangat banyak di analisis secara kimiawi, membedakan asam dan basa, mempelajari dan membuat ratusan jenis obat. Kimiawan Muslim memberikan kontribusi pada Alkemi dengan penemuan-penemuan dan metode-metode yang lebih saintifik.”

 

Fakta-fakta atau temuan-temuan ilmiah ini diperoleh dari eksperimen atau kajian alam secara langsung. Kimiawan Muslim sudah menggunakan peralatan-peralatan sederhana untuk melakukan eksperimen di laboratorium. Peralatan-peralatan ini kemudian disempurnakan oleh kimiawan-kimiawan setelahnya sampai seperti yang dikenal saat ini.

 

Adalah Jabir Ibnu Hayyan (721-815 M) (seringkali juga dikenal sebagai Geber) yang telah memberikan kontribusi pertama dan kunci pada penemuan-penemuan ilmiah pada awal perkembangan Kimia sebagai sebuah kajian eksperimen ilmiah. Pada abad ke-9 M, Jabir Ibnu Hayyan memperkenalkan metode eksperimetal untuk Ilmu Kimia termasuk alat-alat yang digunakan pada eksperimennya.

 

Jabir Ibnu Hayyan diakui sebagai The Father of Chemistry

 

Jabir Ibnu Hayyan memperkenalkan peralatan-peralatan laboratorium seperti alembic (peralatan destilasi), still (alat destilasi untuk memisahkan cairan yang bercampur atau tidak bercampur dengan pemanasan), retort (alat gelas untuk destilasi) dan juga memperkenalkan proses-proses kimiawi seperti proses pencairan (liquefaction), kristalisasi, pemurnian (purification), oksidasi dan penguapan (evaporation). Jabir juga memperkenalkan dan menjelaskan proses filtrasi.

 

Destilasi sudah dikenal sebelum masa Jabir, sudah dikenal sejak zaman Babilonia, Yunani kuno dan Mesir kuno. Akan tetapi, Jabir merupakan orang pertama yang memperkenalkan peralatan dan teknik destilasi yang menghasilkan zat-zat yang lebih murni. Kemudian setelahnya, hal ini menghasilkan proses pembuatan beberapa bahan kimia. Karena inilah, kemudian Jabir Ibnu Hayyan dianggap sebagai Bapak Ilmu Kimia.

 

Jabir Ibnu Hayyan membantah Alkemis melalui berbagai percobaan dan menghasilkan kajian yang berifat ilmiah dibandingkan Alkemi. Selain Jabir terdapat juga Filsuf Islam yang membantah kajian-kajian Alkemis, Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi (801-873 M) (dikenal juga dengan nama Alkindus) juga membantah kajian-kajian Alkemi tradisional yang mistis dan membantah teori transmutasi dari logam-logam yang lebih murah menjadi logam-logam yang berharga tinggi seperti emas dan perak.

 

Selain Al-Kindi, terdapat juga ilmuwan-ilmuwan muslim lainnya yang membantah teori transmutasi logam ini, diantaranya adalah Abu Raihan Al Biruni (973-1048 M), Abu Ali al Husain Ibnu Abdillah Ibnu Sina (980-1037 M) (dikenal juga dengan nama Avicenna) dan Abu Zayd Abbd al-Rahman Ibnu Muhammad Ibnu Khaldun (1332-1406 M).

 

Kimiawan Muslim yang penting lainnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Ar-Razi (dikenal juga dengan nama Rhazes) (854-923 M). Ar-Razi melakukan percobaan dengan cara memasukkan cairan dengan suhu yang berbeda kedalam tubuh. Hasilnya terjadi pemanasan dan penurunan panas tubuh. Ar-Razi mencatat bahwa minuman hangat akan menghangatkan tubuh sampai batas tertentu melebihi suhu alaminya, sehingga minuman tersebut akan memicu respon dari tubuh.

 

Percobaan-percobaan kimia yang dilakukan Ar-Razi juga menghasilkan pengetahuan tentang kualitas suatu zat seperti sifat minyak atau sifat sulfur dalam suatu zat, sifat mudah terbakar, dan salinitas.

 

Ar-Razi adalah orang pertama yang memperkenalkan destilasi minyak bumi secara sederhana, menemukan minyak tanah dan membuat lampu minyak tanah, menemukan sabun bantangan dan formula sabun, membuat antiseptik dan menemukan beberapa metode proses kimiawi seperti sublimasi.

 

Fielding H. Garrison (History of Medicine): “Ilmuwan Muslim tidak hanya mencetuskan aljabar, kimia dan geologi; tetapi juga banyak melakukan perbaikan dan penyempurnaan peradaban manusia melalui lampu-lampu jalanan, kaca jendela, kembang api, alat musik gesek, buah-buahan yang dibudidayakan, parfum, rempah-rempah, dan lain sebagainya.”

 

Pada abad ke-13, Nasiruddin at-Thusi (1201-1274 M) menyatakan versi awal dari hukum konservasi massa bahwa suatu benda dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat menghilang. Tulisan-tulisan Jabir, Al-Kindi, Ar-Razi dan Ibnu Sina kemudian dikenal luas di Eropa melalui upaya penerjemahan dokumen-dokumen tersebut.

 

George Sarton (Introduction to the History of Science): “Kita dapat menemukan dalam tulisan-tulisan Geber (Jabir) sebuah pandangan tentang metode penelitian kimia, teori pembentukan logam secara geologis dan preparasi berbagai zat seperti timbal karbonat, arsen sulfida dan antimon sulfida.”


Bersambung ke Bagian 3 : https://blog.uin-suka.ac.id/irwan.nugraha/alkemi-kimia-dan-islam-bagian-3


Leave a Comment