| 0 Comments | 247 Views
MAJALAH TRUBUS NO 549 AGUSTUS 2015
Pemurnian menggunakan bentonit meningkatkan kadar patchouli alkohol dalam minyak nilam hingga 7%.
Indonesia produsen dan eksportir minyak asiri yang diperhitungkan di dunia. Negara tujuan ekspor antara lain Jepang dan Amerika Serikat. Di negara itu minyak asiri dari tanahair kembali diproses secara kimiawi lalu menjadi barang jadi atau setengah jadi. Selanjutnya industri obat-obatan, parfum, pewangi, serta flavour untuk makanan dan minuman memanfaatkan minyak asiri sebagai salah satu bahan baku.
Minyak asiri yang diekspor antara lain minyak sereh, minyak cengkih, minyak nilam, minyak kenanga, dan minyak, akar wangi. Minyak nilam salah satu komoditas minyak asiri yang pasarnya cukup besar di dalam negeri dan mancanegara. Permintaan minyak nilam semakin tinggi karena beragamnya produk parfum dan kosmetik, meningkatnya kebutuhan industri obat-obatan, serta belum berkembangnya substitusi minyak asiri yang bersifat pengikat dalam industri parfum dan kosmetik.Kualitas rendah
Salah satu kendala industri minyak
nilam di Indonesia yakni kualitasnya rendah. Musababnya penyuling kerap
mencampur minyak nilam dengan minyak nabati lain. Mayoritas produsen
juga masih menggunakan perangkat penyulingan yang terbuat dari besi.
Akibatnya minyak nilam berwarna gelap dan keruh karena terjadi reaksi
antara besi dan minyak. Tentu saja itu mengurangi kualitas minyak nilam
sehingga harganya pun lebih rendah dibandingkan dengan minyak nilam dari
negara lain.
Kandungan patchouli alkohol menjadi acuan utama penentu kualitas minyak nilam. Makin tinggi kadar patchouli alkohol, semakin tinggi kualitas minyak nilam. Berdasarkan Standar Nasional indonesia (SNI) 06-2385-2006 kandungan patchouli alkohol (C15H26O) dalam minyak nilam minimal 30%. Parameter lain yang sesuai SNI yakni berwarna kuning muda hingga cokelat kemerahan, bobot jenis antara 0,950—0,975 pada suhu 25°C, bilangan asam maksimal 8, bilangan ester maksimal 20, dan kandungan besi maksimal 25 mg per kilogram minyak.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas minyak nilam. Salah satunya menggunakan zat penyerap atau adsorben pada proses pemurnian minyak nilam. Yang dimaksud proses pemurnian adalah memisahkan atau mengambil zat-zat pengotor selain patchouli alkohol yang terdapat dalam minyak nilam. Pemurnian bisa mengurangi atau menghilangkan zat pengotor sehingga kadar patchouli alkohol meningkat.
Singkat kata pemurnian meningkatkan kualitas minyak nilam. Salah satu zat penyerap kotoran dalam proses pemurnian minyak nilam yakni bentonit. Penelitian difokuskan pada metode pemurnian minyak nilam menggunakan bentonit. Parameter utama keberhasilan penelitian adalah kadar patchouli alkohol dalam minyak nilam. Minyak nilam dari Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Yogyakarta digunakan sebagai objek penelitian.
Pemeriksaan menggunakan alat Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS) menunjukkan kadar patchouli alkohol dalam minyak nilam asal Samigaluh sebesar 25,93%. Komponen lain dalam minyak nilam itu adalah senyawa azulene (15,02%), alpha-patchoulene (11,41%), dan sisanya senyawa-senyawa lain dalam jumlah yang relatif sedikit.
Tingkatkan mutu
Sebelum digunakan sebagai zat
penyerap, bentonit diaktivasi menggunakan asam nitrat dan asam klorida.
Setelah itu bentonit dimasukkan ke dalam minyak nilam. Jumlah bentonit
3% dari total minyak nilam yang dimurnikan. Artinya diperlukan 3 g
bentonit untuk memurnikan 100 ml minyak nilam. Penggunaan bentonit tidak
boleh berlebih karena berpotensi menyerap patchouli alkohol.
Setelah pengadukan selama 30 menit, bentonit dipisahkan dari minyak nilam dengan cara disaring. Selanjutnya peneliti menganalisis kandungan patchouli alkohol minyak nilam hasil pemurnian menggunakan alat GC-MS. Hasilnya kadar patchouli alkohol minyak nilam hasil pemurnian 32,18% dan 32,88%. Yang disebut pertama kadar patchouli alkohol menggunakan bentonit yang diaktivasi dengan asam nitrat, sedangkan yang kedua berasal dari bentonit yang diaktivasi asam sulfat.
Hasil penelitian menunjukkan, kadar patchouli alkohol minyak nilam meningkat 7% setelah melalui proses pemurnian menggunakan bentonit. Hasil riset juga mengungkapkan kadar azulene dan alpha-patchoulene menurun drastis. Kedua zat itu termasuk pengotor dalam minyak nilam. Hasil penelitian membuktikan bentonit dapat digunakan pada proses pemurnian minyak nilam dan meningkatkan kualitas minyak.
stilah bentonit pertama kali dikemukakan ahli geologi, Wilbur C Knight, pada 1898 di dekat Fort Benton, Wyoming, Amerika Serikat. Jenis tanah liat itu menunjukkan sifat koloid yang tinggi dan memiliki sifat dapat mengembang (swelling) ketika bersentuhan dengan air. Bentonit juga sering disebutkan sebagai nama dagang untuk menunjukkan mineral lempung yang mengandung komponen utama berupa mineral montmorillonit.
Kandungan montmorillonit dalam bentonit lebih dari 85% dan sisanya berupa mineral lain seperti kaolinit, illit, feldspar, mika, gipsum, kalsium karbonat, dan kuarsa. Mineral lain selain montmorillonit ini seringkali dianggap pengotor dalam bentonit. Montmorillonit unik karena memiliki struktur kristalin berupa partikel flake (serpihan). Ukuran flake sangat kecil mencapai 0,01—10 μm. Satu gram montmorillonit memiliki luas permukaan setara 750 m2.
Multibidang
Bentonit mampu menyerap zat organik dan
anorganik. Musababnya ukuran partikel bentonit sangat kecil, berpori,
dan memiliki kapasitas penukar ion yang tinggi. Permukaan partikel
montmorillonit bermuatan negatif yang diimbangi kation (ion bermuatan
positif) sehingga dapat dipertukarkan dengan kation lain. Dampaknya
montmorillonit dapat memisahkan logam dari air dan memisahkan
senyawa-senyawa organik dari suatu campuran melalui mekanisme pertukaran
ion.
Berdasarkan kemampuan menyerap zat-zat lain itulah bentonit kerap digunakan dalam berbagai aplikasi industri. Misal sebagai pengembang pestisida dan pupuk, adsorben kotoran binatang, katalis, serta adsorben zat warna dan logam yang terdapat dalam limbah industri dan farmasi. Selain itu, bentonit juga berperan dalam proses pemurnian dan pemucatan minyak nabati sebagai decolorizing agent.
Bentonit yang banyak digunakan sebagai decolorizing agent minyak nabati sering kali disebut dengan tanah pemucat (bleaching earth). Bentonit merupakan endapan hasil pelapukan, transformasi, alterasi, dan sedimentasi yang terbentuk karena perubahan batuan vulkanik pada proses hidrotermal (air panas alam). Endapan bentonit yang ditemukan di Indonesia lazimnya berupa kalsium bentonit dan natrium bentonit. Kondisi geografis mempengaruhi kualitas bentonit alami. Itu terlihat dari bentuk fisik dan kandungan mineral ikutan yang terdapat dalam bentonit. (Irwan Nugraha, Khamidinal, Norra Gus Priambodo, dan Kurnia Putri Amalia, Periset di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta)
Leave a Comment