| 0 Comments | 20 Views
Sultan Mahmud Ghazan Khan adalah sultan ke-VII Dinasti Ilkhan. Dinasti Ilkhan sendiri merupakan salah satu dinasti Bangsa Mongol yang berpusat di Tabriz, Persia. Mendengar kata Mongol, tentu pikiran kita langsung tertuju pada satu nama, Hulagu Khan. Ya, orang bernama Hulagu Khan itulah yang menghancurkan Kota Baghdad dan menandai berakhirnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah pada tahun 1258.
Walaupun demikian, belum genap satu abad pasca penghancuran Kota Baghdad, keturunan Hulagu Khan ada yang memeluk Islam. Bahkan, mereka membangun kembali peradaban Islam yang pernah dihancurkan oleh bangsanya. Salah satu keturunan itu bernama Mahmud Ghazan Khan.
Profil Singkat
Ghazan Khan lahir tahun 1271 M di Asbakun.
Sebuah wilayah yang berada di sebelah tenggara Laut Kaspia. Ayahnya bernama
Arghun, penguasa Dinasti Ilkhan tahun 1284-1291. Ghazan menghabiskan masa
kecilnya bersama sang kakek, Abaga. Sejak kecil, ia sudah disiapkan oleh
kakeknya menjadi raja sekaligus penganut Budha yang taat. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut, ia diserahkan kepada biksu untuk diajari agama Budha.
Akan tetapi, takdir berkata lain. Ghazan Khan malah memeluk Islam dan menambahkan nama Mahmud di depan namanya. Salah seorang yang menjadi sebab Ghazan Khan masuk Islam adalah Syeik Sadr al-Din. Orang itulah yang kemudian mengabdikan hidupnya untuk Ghazan Khan.
Kebijakan Ghazan Khan
Tahun 1295, Ghazan Khan mulai memerintah
Dinasti Ilkhan. Ketika naik tahta, keadaan Dinasti Ilkhan sedang mengalami
kemerosotan di berbagai bidang. Banyak pejabat korup yang menghabiskan uang
negara hingga rakyat menderita. Meminjam bahasa sekarang, saat itu Dinasti
Ilkhan mengalami resesi ekonomi yang hebat.
Sejarawan asal Jerman, Spuler mengungkapkan
bahwa saat Ghazan naik tahta, kas negara kosong. Harta yang diperoleh berlimpah
hasil penaklukan Baghdad dicuri oleh penjaga, dan di gunakan semena-mena
sebelum Ghazan (sejak Abaqa sampai Arghun), bahkan sampai saat Ghazan naik
tahta, tidak tertinggal apa-apa. Bukan hanya itu saja, tarif pajak yang
setinggi langit, kriminalitas terjadi di mana-mana, dan keamanan yang tak
terkendali adalah sekian banyak masalah saat Ghazan bertahta.
Jika seperti itu keadaannya, lalu apa yang
membuat Ghazan mampu membawa negaranya berjaya?
Diceritakan bahwa setelah naik tahta, Ghazan
mencari tahu keunggulan wilayah kekuasaanya. Setelah melakukan kajian mendalam,
akhirnya ia tahu bahwa wilayahnya terdiri dari lahan pertanian yang subur.
Dibantu juru tulisnya, Syekh Rashid al-Din, Ghazan melakukan apa yang hari ini
disebut sebagai reformasi agraria.
Prof. Karim dalam bukunya yang berjudul Sejarah
Islam di Asia Tengah mengatakan bahwa hal pertama yang dilakukan Ghazan
adalah memperbaiki sistem keuangan yang lebih baik dan terkontrol. Ini
dilakukan untuk memberantas para koruptor di wilayah kekuasaanya.
Setelah itu, Ghazan memberikan motivasi kepada
para petani yang awalnya tidak mau menggarap sawah karena beban pajak tinggi
untuk kembali menggarap sawah. Tidak hanya sekadar memberikan motivasi, Ia
sekaligus mengambil kebijakan untuk mengurangi pajak hasil pertanian seminimal
mungkin agar para petani mau menggarap sawah lagi. Bahkan, Ia memberikan
bantuan bibit tanaman secara cuma-cuma. Ia pun meminta para pejabat yang
memiliki kekayaan berlimpah untuk membantu menyukseskan kebijakannya di bidang
pertanian, karena saat itu kas negara berada di titik nadir.
Kebijakan Ghazan disambut baik oleh para
petani. Mereka akhirnya mau menggarap sawah kembali. Tidak selesai sampai di
situ, Ghazan juga memperhatikan pengelolaan hasil pertanian. Ia membuat
database jenis-jenis komoditas pertanian dan peternakan. Sehingga hal tersebut
memudahkan bagi siapa saja untuk melihatnya dan membuat proses jual beli
jenis-jenis komoditas pertanian berjalan lancar.
Kebijakan terakhir yang dilakukannya di bidang pertanian adalah dengan mengirimkan
banyak utusan ke China dan India untuk mengumpulkan bibit lokal dan mempelajari
inovasi-inovasi terbaru di bidang pertanian. Bibit-bibit lokal yang didapat
kemudian dibawa pulang untuk dikembangkan dan diusahakan agar bisa di tanam di
negaranya.
Kebijakan-kebijakan Ghazan di bidang pertanian tersebut akhirnya menuai keberhasilan. Keuangan negara perlahan-lahan membaik dan berlimpah. Pejabat korup hampir tidak ada lagi, karena para pejabat diberikan gaji tinggi. Kriminalitas dapat ditekan karena rakyat makmur tanpa kekurangan. Negara pun aman, tenteram dan sejahtera .
Dampak Kebijakan
Sebenarnya Ghazan tidak hanya menuai
keberhasilan di bidang pertanian saja, Ia pun terhitung sukses memajukan ilmu
pengetahuan di masanya. Perlu diketahui bahwa Ia adalah seorang ilmuwan
yang ahli di berbagai bidang ilmu
pengetahuan, di antaranya sejarah, filsafat, kedokteran, sastra, astronomi dan
masih banyak lagi yang lainnya. Dengan modal tersebut, ia pun membangun banyak
madrasah dan tempat-tempat untuk mengkaji ilmu pengetahuan.
Kesuksesan Ghazan tersebut akhirnya mengundang
perhatian dunia, hingga banyak kepala negara datang ke ibu kota Ilkhan di Tabriz
untuk membangun hubungan bilateral. (Abdul Karim: 2006). Maka tak heran jika
kemudian masa Ghazan Khan disebut sebagai masa keemasan Islam setelah Baghdad
(The Golden Age Of Islam Post Baghdad).
Demikian semoga bisa menjadi pelajaran.
*Esai ini
pernah dimuat di laman islamkaffah.id pada 27 September 2020.
Leave a Comment