| 0 Comments | 61 Views
Minyak goreng naik itu lumrah, PPN naik saat rakyat (masih) sedang susah itu juga kaprah. Ya (masih) karena sebelumnya pemerintah sudah babak belur dengan dana untuk penanggulangan covid...Duitnya dari mana? Tentu saja pemerintah tidak tiba-tiba ngeprint duit, ada mekanisme yang harus dijalani. Dan itu diatur dalam skema sistem moneter yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun. Sistem moneter berbasis FIAT money memang bisa menjadi bumerang, karena cenderung menimbulkan inflasi, dan ini yang dijaga oleh BI. Tapi ya gimana lagi, memang kondisinya begini.
Utang yang diambil pemerintah untuk program, juga tetap harus dibayar. Pakai apa ya pakai duit. Dari mana duitnya? Ya dari RAKYAT lah. Itu sudah jadi skema berkeuangan negara. Pajak dalam konteks bernegara saat ini adalah basis utama pendapatan negara. Berbagai jenis pajak memang bikin pusing, PPh, PPn, PPnBM, PBB, bea cukai, retribusi dll, adalah cara negara mendapatkan uang. Tentu untuk pembangunan, pemerataan, penyediaan fasilitas umum, dll. Jadi bukan untuk diKorupsi, juga bukan untuk BERHIDUP MEWAH para pejabat negara. Kalau rakyat masih hidup susah, kenapa pejabat Hobinya pakai Hotel Mewah dan Pesawat Berkelas untuk sebuah tujuan pelayanan. Udah gitu banyak gaya pula, pakai duit negara, Suka pamer foto kemewahan dg jalan DINAS.
Supply dan demand juga tidak natural, karena ada manusia-manusia rakus dalam berproduksi. Di tambah sistem pasar yang Oligopolistik, membuat bernegara Ini semakin tidak sehat.
EKONOMI ISLAM, sebenarnya punya konsepsi sendiri. Berekonomi Islam bisa menjadi solusi. Jangan anda bayangkan bahwa ekonomi Islam itu ribet..Kagak. ekonomi Islam itu gampang. Cukup pakai etika dan moral dalam berekonomi, baik produksi maupun konsumsi, maka anda sudah berekonomi Syariah. Di Al-Quran diatur bahwa ketika mengkonsumsi barang jangan berlebihan tetapi jangan pelit pula. Karena berlebihan itu perbuatan syetan, dan pasti menyesatkan. Pengeluaran harus sesuai kebutuhan, utamakan yang urgen. Soal pindah ibukota bisa dipikir nanti aja setelah kondisi keuangan negara baik-baik saja. Jangan kegedean angan-angan.
Pasar dalam ekonomi Islam itu dasarnya adalah persaingan sempurna. Kecuali, ada mental jahat yang berusaha melakukan pengendalian harga oleh segelintir orang. Maka Ihtikar, atau menimbun salam ekonomi Islam dilarang keras. Mekanisme pasar harus dikawal dengan baik oleh negara. Negara jangan kalah dengan pengusaha. Masak iya, kalah sama pengusaha minyak goreng.
Juga penting, ekonomi Islam banyak bersinggungan dengan ekonomi Sufistik yang sangat mengedepankan pengendalian nafsu untuk kepentingannya pribadi. Makanya, ada zakat, wakaf, bahkan ada aturan upah dll. Ya. Tapi, ekonom syariah hari ini suka banget bicara ZISWAF, tanpa mendorong ummatnya jadi kaya. Kaya dulu baru zakat.
Tapi, semuanya gak ada wujudnya. Ekonomi Islam masih seperti utopia. Atau jangan-jangan ekonomi Islam sudah jadi kapitalis juga???? Haha...mungkin.
Leave a Comment