| 0 Comments | 482 Views

Card Image

Efisiensi Anggaran, seolah menjadi kata kunci di era pemerintahan presiden Prabowo di awal beliau menjabat. Apakah kata ini mujarab atau tidak? Ya kita lihat aja nanti. Kebetulan saya ketua LPPM UIN SUNAN KALIJAGA, diminta pak Rektor. Anggaran penelitian tahun ini kayaknya 0 rupiah tuh. Dampak efisiensi anggaran. Saya sih santai aja. Kan kita ini bekerja menjalankan visi Presiden turun ke Menteri turun ke Rektor. Ya manut saja.

Tapi mari merenung dulu. Postur Belanja APBN 2025 kita ini, sekitar 2.700 Triliyun, dengan rincian 552T untuk belanja bunga Utang, 521T belanja Pegawai, 486T Belanja Barang, 300T Subsidi Energi, 140T Dana Perlindungan Sosial, dan 500T belanja lain-lain, belanja Modal hanya 200T. Jelas sekali postur APBN kita memang tidak sehat, dan ini sudah berlangsung lama. Belanja APBN kita didominasi untuk Belanja Pegawai dan Pembayaran Bunga Utang. 

Dari postur tersebut kita memahami, presiden Prabowo tidak memiliki ruang yang cukup untuk menjalankan program utama beliau, meliputi Makan Bergizi Gratis yang butuh 171T (bisa bertambah), Renovasi 22.000 Sekolah rusak yang kalau per sekolah dapat 1M maka butuh 22T, dan beberapa program lain. Ditambah lagi, penerimaan negara dari Pajak juga sangat sulit digenjot, ini butuh reformasi dan penataan menyeluruh, sementara Coretax yang digadang-gadang andalan juga masih kurang baik kondisinya.

Kembali ke angka 2.700T, itu sesungguhnya negara udh defisit 616T. Artinya kita memang boncos (bukan buncis ya). Tapi demikian lah kondisinya. Mau tetap kejar target, dan program dengan nambah utang (lagi) atau efisiensi??. Ya ini akan sangat diperdebatkan. Tapi saya sepakat dengan efisiensi, dengan catatan tepat dan akurat, dan hati-hati.

Tapi mari sejenak merenung, efisiensi jika dijalankan dengan tepat dan hati2, sebenarnya tidak akan membahayakan layanan umum dasar bagi masyarakat dan Mahasiswa (kasus Perguruan Tinggi). Pernahkan kita merenung, siapakah yang selama ini banyak menikmati anggaran negara?. Kan memang faktanya banyak seminar dan FGD yang kurang tepat sasaran (kritikan pak Prabowo benar, meski tidak semua benar). Bagaimana para pejabat dan ASN menikmati Perjalanan Dinas baik DN maupun luar negeri?. Itu bagi saya mengerikan. Ke Luar Negeri beberapa hari, gratis tiket dan hotel dari negara, Plus uang harian 4.000.000/ hari bagi syaa ini gak adil bagi rakyat banyak. Dan dalam hal ini selama jadi ASN, sy tidak pernah bersedia mengikuti acara seperti ini. Kecuali terpaksa.

Lihatlah pak tani di sawah yang mencangkul, atau melihat orang tua mahasiwa yang mencari uang untuk membayar UKT, SUsyah lho hidup mereka. Maka baiknya kita hati-hati memakai uang. TAPI, ada baiknya juga Uang dr UKT mahasiwa jangan diambil pusat, Karena kasihan mahasiwa juga, ini berkaitan dengan hak dasar layanan. 

Maka, pada akhirnya mari efisiensi secara akurat, dan mari sikapi dengan bijak. Efisiensi bagus, dan ini bisa jadi paradigma baru Anggaran kita. Tapi butuh keteladanan juga dari pusat. Dan terpenting hasil efisiensi anggaran dipakai dengan tepat. Jangan keluar mulut buaya masuk kandang harimau. Sama aja nanti. Optimisme saya sih, Presiden Prabowo sangat pro-rakyat, Ndak ada keraguan (jika merujuk dawuh Gus Dur).

Sudah gitu aja...selamat pagi dan nyruput kopi.


Leave a Comment