| 0 Comments | 1525 Views
Publikasi penelitian bukan sekadar wadah data atau temuan. artikel yang kita tulis menyampaikan narasi yang menjelaskan mengapa pertanyaan layak diajukan; apa arti jawaban yang diberikan; bagaimana jawaban ini dicapai; mengapa artikel kita dapat dipercaya; dan banyak lagi. Publikasi ilmiah yang kita tulis juga bertindak sebagai pendukung untuk studi lain yang akan datang. Setiap elemen artikel didukung oleh tautan ke studi lain, dan setiap tautan itu adalah hasil dari pilihan aktif penulis dalam konteks tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu mengutip dan saling mengutip dalam tulisan ilmiah itu sangat penting dilakukan.
Sebab, mengutip pendapat orang lain adalah tindakan memperkuat pendapat kita sendiri. Jadi dalam upaya memperkenalkan ide, konsep atau pendapat tertentu kita membutuhkan setidaknya dua hal: data/ fakta atau pendapat orang lain yang sependapat dengan kita. Pada dasarnya dalam mengungkapkan pendapat, bisa jadi itu bermakna (1) menolak pendapat orang lain; (2) memperkuat pendapat orang lain; atau bisa juga (3) menawarkan sebuah model baru (yang bisa jadi dikembangkan dari model orang lain); atau bahkan (4) menawarkan sesuatu yang betul betul baru (dalam kenyataannya pada sebagian besar ilmu pengetahuan ini jarang terjadi). Pada intinya mengutip pendapat orang lain akan menunjukkan (1) asal usul pendapat yang kita ungkapkan, atau (2) asal usul bagaimana kita mengkontruksi pendapat kita, atau (3) bagaimana kita hendak membuktikan bahwa pendapat kita itu benar karena didukung oleh data/ fakta yang akurat dan pendapat orang lain yang terbukti akurat dan relevan.
Setelah menimbang berbagai tujuan dan manfaat dari mengutip pendapat orang lain tersebut maka seharunya kita sudah bisa menyusun aturan dalam mengutip atau kemudian dikenal sebagai mensitasi artikel atau tulisan orang lain:
1. Baca publikasi yang dikutip
Mengutip tulisan orang lain bukanlah semata bertujuan agar tulisan kita terlihat ilmiah, dan tidak berarti yang jumlah referensi atau kutipannya itu selalu bisa disebut sebagai tulisan yang.
- Seperti yang sudah dijelaskan bisa mengutip sebuah tulisan atas berbagai alasan: mulai dari karena kebutuhan kita dalam memperkuat data, atau hendak menduplikasi atau mereplikasi sebuah metode yang digunakan dalam penelitian orang lain. Sehingga bisa jadi kita mengutipnya untuk tujuan membantah tulisan tersebut atau menyetujui atau bahkan untuk memperkuat pendapat pada tulisan tersebut. Oleh karena itu kita sangat penting untuk membaca dengan serius tulisan yang kita kutip, sehingga kita paham betul apakah benar tulisan tersebut relevan mendukung atau menolak pendapat yang kita ajukan. Tanpa membacanya secara lengkap, sangat mungkin kita salah paham dan membuat tulisan dan para pembaca tulisan kita menjadi tersesat.
- Kumpulan kutipan yang disertakan untuk mendukung pendapat kita tersebut akan menunjukkan kredibilitas tulisan. Itulah sebabnya mungkin anda pernah dimarahi oleh supervisor atau pembimbing anda ketika menulis tesis atau disertasi ketika anda mengutip atau menjadikan skripsi yang ditulis oleh seorang calon sarjana! itulah pula bisa kita pahami kenapa reviewer sering rewel dengan meminta kita mensitasi artikel dari jurnal yang terindeks dan bereputasi. Sebab sumber atau referensi menunjukkan kualitas apa yang anda baca, sehingga memastikan penilaian kualitas apa yang anda tulis.
"Kualitas anda adalah apa yang anda baca"
- Jadi jika tulisan anda kemudian dikritik, dikoreksi, atau dibantah oleh penulis lain itu artinya tulisan anda cukup layak untuk dibaca dan dikritik. Tanggapi dengan santai setiap prosesnya.
2. Sertakan kutipan yang relevan
Tulisan kita harus mampu menunjukkan bahwa setiap langkah yang dilakukan memang relevan dengan maksud dan tujuan awal penelitian/ tulisan itu dibuat. Hal itu kemudian membutuhkan kutipan artikel sebelumnya yang relevan. Mengabaikan referensi semacam itu dapat secara keliru menunjukkan bahwa publikasi kita adalah asal mula sebuah ide, pertanyaan, metode, atau pembahasannya, sehingga secara tidak sah mengakui apa yang tidak sebenarnya. Kutipan mengidentifikasi dari mana ide berasal. Tetapi tentu saja anda tidak perlu menuliskan segala sumber atas apa yang anda ketahui. Jika hal itu sudah dianggap pengetahuan umum, pengutipan itu akan menjadi tidak relevan lagi.
3. Mengutip diri sendiri bila diperlukan
Dalam konteks diskusi kritis kutipan dan evaluasi metrik berbasis kutipan, kutipan sendiri hampir menjadi hal yang tabu. Namun, penting untuk disadari bahwa kutipan diri memiliki fungsi penting dengan menunjukkan kemajuan iteratif inkremental dari pekerjaan yang kita lakukan. Sangat mungkin kita memang terpaku pada meneliti suatu konsep tertentu, sehingga kemudian penelitian tersebut butuh pendalaman dan perluasan konten. Oleh karena itu menjelaskan apa yang sudah kita kerjakan menjadi sangat relevan kita tulis. Banyak atau sedikitnya yang kita tulis akan sangat bervariasi ditanggapi oleh lingkungan komunitas tertentu, sehingga mengutip diri sendiri itu bukannya tanpa masalah. Kutipan yang berlebihan seringkali tidak diterima karena dicurigai sekedar untuk meningkatkan sitasi atas tulisan kita sendiri. Terkadang kita juga akan berhadapan dengan penerbit atau redaktur jurnal yang tidak suka jika kita dengan maksud prabrikasi tulisan dengan sengaja memotong motong hasil riset kita agar bisa diterbitkan diberbagai jurnal. Jenis tulisan ini dianggap oleh mereka tidak memberikan gambaran yang utuh atas hasil penelitian
4. Evaluasi kutipan
Kalimat menarik soal mengutip dari Penders B (2018) "Sebagai catatan penutup, sebagai manusia, saya juga sangat mungkin merujuk secara tidak sempurna dalam karya saya sebelumnya."
Leave a Comment