| 0 Comments | 175 Views

Card Image

Pemanasan Global

Global warming itu merupakan sebuah fenomena naiknya suhu rata-rata permukaan bumi akibat jumlah emisi gas rumah kaca yang makin meningkat di atmosfer. Global warming akan diikuti adanya perubahan iklim, contohnya naiknya curah hujan di beberapa belahan bumi kita walhasil menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi kita yang lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan karena kenaikan suhu.

Global warming terjadi akibat aktivitas manusia. Terutama yang berhubungan dengan pemakaian bahan bakar fosil (minyak bumi dan baru bara) dan kegiatan lain yang ada hubungannya dengan hutan, pertanian, dan peternakan. Dengan kata lain global warming terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas rumah kaca, yang terus beratambah di atmosfer. Kegiatan industri, khususnya yang menghasilkan CO2 dan chlorofluorocarbon juga terlibat menimbulkan global warming.

Informasi lain menyebutkan bahwa, pengundulan hutan, yang contohnya banyak terjadi di Indonesia, menjadi penyebab berkurangnya penyerapan karbon oleh pohon. Ini menyebabkan bertambahnya emisi karbon sebesar 20%, dan juga mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis, yang akhirnya mengurangi kesuburan tanah.

sumber : https://man1gunungkidul.sch.id/

Efek rumah kaca adalah penyebab, sementara global warming adalah akibat. Efek rumah kaca menyebabkan terjadinya akumulasi panas atau energi di atmosfer planet bumi kita ini. Dengan adanya akumulasi yang berlebihan tersebut, iklim global melakukan penyesuain. Penyesuain yang dimaksud tersebut salah satunya naiknya temperatur bumi, yang kemudian disebutlah global warming. Ini akan diikuti oleh adanya perubahan iklim regional seperti pola curah hujan, penguapan, pembentukan awan atau disebut juga perubahan iklim.

Efek rumah kaca dapat divisualkan sebagai sebuah proses. Senyatanya, di lapisan atmosfer terdapat selimut gas. Rumah kaca adalah analogi atas bumi yang dikelilingi gelas kaca. Panas matahari masuk ke bumi dengan menembus gelas kaca tersebut berupa radiasi gelombang pendek. Sebagian diserap oleh bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang. Namun, panas yang seharusnya dapat dipantulkan kembali ke angkasa menyentuh permukaan gelas kaca dan terperangkap di dalam bumi. Layaknya proses dalam rumah kaca di pertanian dan perkebunan, gelas kaca memang berfungsi menahan panas untuk menghangatkan rumah kaca.

Efek rumah kaca terjadi alami karena memungkinkan kelangsungan hidup semua mahluk di bumi. Tanpa gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4) atau dinitro oksida (N2O), suhu permukaan bumi akan 33 derajat lebih dingin. Sejak awal jaman industrialisasi, awal akhir abad ke-17, konsentrasi gas rumah kaca meningkat drastis. Diperkirakan tahun 1880 temperatur rata-rata bumi meningkat 0,5-0,6 derajat celcius akibat emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia.

sumber : https://blog.satuplatform.com/

Masalah lingkungan dan kesehatan manusia yang terkait dengan penipisan lapisan ozon sesungguhnya berbeda dengan resiko yang dihadapai manusia dari akibat pemanasan global. Namun, kedua fenomena tersebut saling berhubungan. Beberapa polutan memberikan kontribusi yang sama terhadap penipisan lapisan ozon dan pemanasan global.

Indonesia, didaulat sebagai negara keempat pembuang emisi gas rumah kaca di dunia, menurut keterangan Kepala Ekonomi dan Penasihat Pemerintah Inggris untuk Urusan Efek Ekonomi Perubahan Iklim dan Pembangunan, Sir Nicholas Stern. Stern menuturkan, setiap tahunnya aktivitas dan pemakaian energi, pertanian dan limbah di Indonesia membuang emisi 451 juta ton kabon dioksida atau setara (MtCO2e). Negara pembuang emisi gas rumah kaca pertama diduduki Amerika Serikat, disusul China dan Uni Eropa yang merangkum 25 negara. Sementara di bawah Indonesia ada Brasil, Rusia dan terakhir India. Meningkatnya emisi gas rumah kaca menyebabkan perubahan iklim, dan sebagai negara pertanian, perubahan iklim ini berdampak buruk bagi Indonesia. Sebab dengannya kerap terjadi perubahan cuaca secara mendadak, termasuk hujan lebat yang sulit diprediksi.

Sumber: https://blog.satuplatform.com/

Working group III—IPCC membuat studi teknologi dan ekonomi secara literatur untuk menunjukkan kebijakan berorientasi pasar yang dirancang sungguh-sungguh agar dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sekaligus kebijakan pembiayaan untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Studi ini dibuat agar akibat dari pemanasan global dan perubahan iklim tetap dapat memberikan manfaat ekonomi, termasuk lebih banyak sistem energi yang cost effective, terjadinya inovasi teknologi yang lebih cepat, mengurangi pengeluaran untuk subsidi yang tidak tepat, dan pasar yang lebih efisien.

Intinya negara-negara di dunia harus berusaha melakukan efiesiensi energi dan memasyarakatkan penggunaan energi yang dapat diperbaharui untuk mengurangi atau bahkan menghentikan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Denmark adalah salah satu negara yang tetap menikmati pertumbuhan ekonomi yang kuat meskipun harus mengurangi emisi gas rumah kaca.


Leave a Comment