| 0 Comments | 9911 Views
Kali ini saya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang sering muncul ketika kami berdiskusi tentang gender, terutama dengan para
pemula yang baru belajar tentang gender. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini
muncul dari teman-teman mahasiswa di kelas saya.
Apakah gender sama dengan perempuan?
Jawab: Istilah gender dibedakan dari jenis kelamin yang
sering juga diistilahkan dengan seks, karena gender digunakan untuk menunjukkan
sesuatu yang merupakan hasil konstruksi social, bukan sesuatu yang bersifat
biologis, natural atau takdir. Jelas ini beda dengan jenis kelamin perempuan
atau jenis kelamin laki-laki, karena jenis kelamin laki-laki atau jenis kelamin
perempuan adalah bagian dari ketentuan yang bersifat taken for granted,
bersifat biologis, atau dalam bahasa agama biasa disebut sebagai takdir. Kita
tidak bisa meminta untuk dilahirkan “menjadi laki-laki” atau menolak bahkan
meminta “menjadi perempuan.” Jadi, gender tidak sama dengan “perempuan” tapi
berkaitan dengan konstruksi menjadi perempuan dan menjadi laki-laki. Namanya
saja konstruksi, tentu dibentuk oleh masyarakat dan bisa berubah dari waktu ke
waktu, bahkan dalam konteks dan ruang yang berbeda konstruksi menjadi laki-laki
dan atau menjadi perempuan bisa berbeda.
Apakah gender hanya urusan perempuan? Kenapa yang sering dibicarakan
perempuan?
Jawab:
Gender itu adalah teori social yang berkaitan dengan teori konstruksi social.
Namun, gender berbeda dengan teori konstruksi social yang digagas Peter Berger,
karena teori gender khas berkaitan dengan konstruksi social tentang pembedaan
laki-laki dan perempuan. Nah, gender dengan demikian mencakup kontruksi tentang
menjadi perempuan maupun menjadi laki-laki. Dengan kata lain, istilah gender
berkaitan bukan hanya dengan perempuan tetapi juga laki-laki. Kenapa seolah
yang sering dibicarakan perempuan? Bisa jadi karena beberapa hal, pertama,
konstruksi gender menjadi masalah karena melahirkan ketidakadilan (yang kemudian
disebut ketidakadilan gender), dan perempuan adalah kelompok yang paling sering
atau paling banyak mendapatkan ketidakadilan gender, maka wajar jika sering
menjadi topik pembicaraan. Kedua, banyak orang yang masih keliru berfikir bahwa
gender sama dengan perempuan dan isu gender berkaitan dengan masalah perempuan
saja. Ketiga, bagi mereka yang memegang paradigma feminis liberal meyakini
bahwa perempuan dan laki-laki diciptakan sama, mempunyai hak yang sama, dan
harus mempunyai kesempatan yang sama. Keadilan dapat terwujud jika perempuan
mendapatkan hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki, dan karena masih
banyak perempuan yang belum mendapatkan hak yang setara maka harus sering
disuarakan dan diperjuangkan. Maka wajar jika perempuan sering menjadi tema
sentral dalam pembicaraan.
Mengapa teori gender penting?
Jawab:
Teori gender penting untuk dapat melihat konstruksi masyarakat tentang sifat,
peran, tanggung jawab, status, dan pembedaan-pembedaan lainnya yang dibangun
berdasarkan perbedaan jenis kelamin, yang tidak dilihat oleh teori social
lain. Konstruksi gender penting
dideteksi karena melahirkan ketidakadilan dan dapat merugikan baik perempuan
maupun laki-laki.
Dalam menjalani sebuah hubungan pernikahan tentunya ada yg namanya
kesepakatan. Ketika suami dan istri sudah sepakat untuk melanggengkan konstruk
yg ada dalam masyarakat (contoh: perempuan menerima beban ganda dan tidak
merasa keberatan). Apakah itu juga sebagai bentuk diskriminasi?
Jawab: Diskriminasi,
disadari atau tidak, adalah diskriminasi, dan merugikan karena menghambat
kesempatan seseorang untuk tidak disikriminasi. Kesepakatan untuk menerima
diskriminasi tentu saja bertentangan dengan tujuan pernikahan itu sendiri,
termasuk pernikahan dalam Islam. Tujuan pernikahan dalam agama Islam adalah
untuk menciptakan keluarga yang penuh mawaddah, rahmah dan sakinah, yang dapat
dicapai dengan menjunjung konsep kafa’ah, atau kufu’ yang artinya sepadan.
Sepadan atau setara ini tentu menggambarkan keseimbangan antara dua sosok yang
akan membangun sebuah keluarga. Nah, bagaimana bisa seimbang jika salah satunya
harus didiskriminasi? Bagaimana bisa membentuk keluarga yang penuh rahmah dan
mawaddah jika salah satu ada yang selalu melayani dan yang lain selalu
dilayani? Keseimbangan dapat terwujud jika yang menjadi spirit dalam keluarga
adalah kesalingan: saling melayani, saling membantu dan saling bekerjasama
berbagi pekerjaan, sehingga tidak ada yang harus menanggung beban berlebih.
Bentuk
diskriminasi bisa macam-macam, diantaranya adalah beban ganda atau berlebih.
Jadi, ketika dalam kehidupan keluarga perempuan mendapatkan beban berlebih maka
berarti ada diskriminasi di dalam keluarga tersebut.
Apa sih makna sakinah, mawaddah dan rahmah?
Jawab:
Mawaddah dalam banyak tafsir, misalnya tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab,
diartikan sebagai cinta yang membuat seseorang mampu mengosongkan keinginan
pribadinya, mengosongkan diri dari kehendak dan kepentingan dirinya. Seseorang
yang punya mawaddah, hanya ingin memenuhi keinginan orang yang dicintainya,
mewujudkan kepentingan dan kebahagiaan orang yang dicintainya dan membunuh
egoismenya. Nah, jika seseorang yang mengaku cinta tapi banyak menuntut, selalu
minta dilayani, possessive dan mengekang orang yang dicintainya, maka
sebenarnya itu bukan mawaddah. Dia hanya mencintai dirinya sendiri, hanya ingin
orang lain mencintainya dan menjadi budak yang tidak boleh merdeka. Sebaliknya,
mawaddah akan membuat seseorang hanya berkeinginan membahagiakan orang yang
dicintainya, dipenuhi rahmah. Ketika dua orang yang saling mencintai
berkomitmen untuk menikah, maka mereka akan saling berlomba untuk membahagiakan
satu sama lain, dan akan tangguh menghadapi masalah apapun yang dihadapi.
Inilah yang disebut sebagai sakinah, yaitu ketenangan yang didapatkan ketika
pasangan dalam keluarga sukses, berhasil menghadapi goncangan keras.
Banyak orang yang menanyakan sebenarnya keadilan dan kesetaraan yang
bagaimana yang ingin dituntut oleh orang yang mengagungkan keadilan atau
kesetaraan gender?
Jawab:
Keadilan dan kesetaraan gender adalah bagian dari inti dari beragama, karena
diantara prinsip fundamental dari ajaran agama adalah keadilan dan kesetaraan,
“berbuatlah adil, karena keadilan adalah yang paling dekat dengan Ketakwaan”
(al-Maidah: 8). Bagaimana kita bisa beragama secara baik, jika kepada orang
terdekat kita saja, kita tidak berbuat adil? Bagaimana kita mengaku bertakwa
jika orang-orang yang di sekitar kita saja didiskriminasi? Jadi keadilan dan
kesetaraan yang bagaimana? Ya tentu keadilan dan kesetaraan yang membuat semua
orang, apalagi orang-orang di sekitar kita, merasa bahagia dan terbebas dari
ketidakadilan.
To be continued….
By
Inayah Rohmaniyah, Desember 21, 2021
Leave a Comment