| 0 Comments | 7768 Views

Card Image

Kali ini saya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul ketika kami berdiskusi tentang gender, terutama dengan para pemula yang baru belajar tentang gender. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini muncul dari teman-teman mahasiswa di kelas saya.

 

Apakah gender sama dengan perempuan?

 

Jawab: Istilah gender dibedakan dari jenis kelamin yang sering juga diistilahkan dengan seks, karena gender digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang merupakan hasil konstruksi social, bukan sesuatu yang bersifat biologis, natural atau takdir. Jelas ini beda dengan jenis kelamin perempuan atau jenis kelamin laki-laki, karena jenis kelamin laki-laki atau jenis kelamin perempuan adalah bagian dari ketentuan yang bersifat taken for granted, bersifat biologis, atau dalam bahasa agama biasa disebut sebagai takdir. Kita tidak bisa meminta untuk dilahirkan “menjadi laki-laki” atau menolak bahkan meminta “menjadi perempuan.” Jadi, gender tidak sama dengan “perempuan” tapi berkaitan dengan konstruksi menjadi perempuan dan menjadi laki-laki. Namanya saja konstruksi, tentu dibentuk oleh masyarakat dan bisa berubah dari waktu ke waktu, bahkan dalam konteks dan ruang yang berbeda konstruksi menjadi laki-laki dan atau menjadi perempuan bisa berbeda.

 

Apakah gender hanya urusan perempuan? Kenapa yang sering dibicarakan perempuan?

 

Jawab: Gender itu adalah teori social yang berkaitan dengan teori konstruksi social. Namun, gender berbeda dengan teori konstruksi social yang digagas Peter Berger, karena teori gender khas berkaitan dengan konstruksi social tentang pembedaan laki-laki dan perempuan. Nah, gender dengan demikian mencakup kontruksi tentang menjadi perempuan maupun menjadi laki-laki. Dengan kata lain, istilah gender berkaitan bukan hanya dengan perempuan tetapi juga laki-laki. Kenapa seolah yang sering dibicarakan perempuan? Bisa jadi karena beberapa hal, pertama, konstruksi gender menjadi masalah karena melahirkan ketidakadilan (yang kemudian disebut ketidakadilan gender), dan perempuan adalah kelompok yang paling sering atau paling banyak mendapatkan ketidakadilan gender, maka wajar jika sering menjadi topik pembicaraan. Kedua, banyak orang yang masih keliru berfikir bahwa gender sama dengan perempuan dan isu gender berkaitan dengan masalah perempuan saja. Ketiga, bagi mereka yang memegang paradigma feminis liberal meyakini bahwa perempuan dan laki-laki diciptakan sama, mempunyai hak yang sama, dan harus mempunyai kesempatan yang sama. Keadilan dapat terwujud jika perempuan mendapatkan hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki, dan karena masih banyak perempuan yang belum mendapatkan hak yang setara maka harus sering disuarakan dan diperjuangkan. Maka wajar jika perempuan sering menjadi tema sentral dalam pembicaraan.

 

Mengapa teori gender penting?

 

Jawab: Teori gender penting untuk dapat melihat konstruksi masyarakat tentang sifat, peran, tanggung jawab, status, dan pembedaan-pembedaan lainnya yang dibangun berdasarkan perbedaan jenis kelamin, yang tidak dilihat oleh teori social lain.  Konstruksi gender penting dideteksi karena melahirkan ketidakadilan dan dapat merugikan baik perempuan maupun laki-laki.

 

Dalam menjalani sebuah hubungan pernikahan tentunya ada yg namanya kesepakatan. Ketika suami dan istri sudah sepakat untuk melanggengkan konstruk yg ada dalam masyarakat (contoh: perempuan menerima beban ganda dan tidak merasa keberatan). Apakah itu juga sebagai bentuk diskriminasi?

 

Jawab: Diskriminasi, disadari atau tidak, adalah diskriminasi, dan merugikan karena menghambat kesempatan seseorang untuk tidak disikriminasi. Kesepakatan untuk menerima diskriminasi tentu saja bertentangan dengan tujuan pernikahan itu sendiri, termasuk pernikahan dalam Islam. Tujuan pernikahan dalam agama Islam adalah untuk menciptakan keluarga yang penuh mawaddah, rahmah dan sakinah, yang dapat dicapai dengan menjunjung konsep kafa’ah, atau kufu’ yang artinya sepadan. Sepadan atau setara ini tentu menggambarkan keseimbangan antara dua sosok yang akan membangun sebuah keluarga. Nah, bagaimana bisa seimbang jika salah satunya harus didiskriminasi? Bagaimana bisa membentuk keluarga yang penuh rahmah dan mawaddah jika salah satu ada yang selalu melayani dan yang lain selalu dilayani? Keseimbangan dapat terwujud jika yang menjadi spirit dalam keluarga adalah kesalingan: saling melayani, saling membantu dan saling bekerjasama berbagi pekerjaan, sehingga tidak ada yang harus menanggung beban berlebih.

 

Bentuk diskriminasi bisa macam-macam, diantaranya adalah beban ganda atau berlebih. Jadi, ketika dalam kehidupan keluarga perempuan mendapatkan beban berlebih maka berarti ada diskriminasi di dalam keluarga tersebut.

 

Apa sih makna sakinah, mawaddah dan rahmah?

 

Jawab: Mawaddah dalam banyak tafsir, misalnya tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab, diartikan sebagai cinta yang membuat seseorang mampu mengosongkan keinginan pribadinya, mengosongkan diri dari kehendak dan kepentingan dirinya. Seseorang yang punya mawaddah, hanya ingin memenuhi keinginan orang yang dicintainya, mewujudkan kepentingan dan kebahagiaan orang yang dicintainya dan membunuh egoismenya. Nah, jika seseorang yang mengaku cinta tapi banyak menuntut, selalu minta dilayani, possessive dan mengekang orang yang dicintainya, maka sebenarnya itu bukan mawaddah. Dia hanya mencintai dirinya sendiri, hanya ingin orang lain mencintainya dan menjadi budak yang tidak boleh merdeka. Sebaliknya, mawaddah akan membuat seseorang hanya berkeinginan membahagiakan orang yang dicintainya, dipenuhi rahmah. Ketika dua orang yang saling mencintai berkomitmen untuk menikah, maka mereka akan saling berlomba untuk membahagiakan satu sama lain, dan akan tangguh menghadapi masalah apapun yang dihadapi. Inilah yang disebut sebagai sakinah, yaitu ketenangan yang didapatkan ketika pasangan dalam keluarga sukses, berhasil menghadapi goncangan keras. 

 

Banyak orang yang menanyakan sebenarnya keadilan dan kesetaraan yang bagaimana yang ingin dituntut oleh orang yang mengagungkan keadilan atau kesetaraan gender?

 

Jawab: Keadilan dan kesetaraan gender adalah bagian dari inti dari beragama, karena diantara prinsip fundamental dari ajaran agama adalah keadilan dan kesetaraan, “berbuatlah adil, karena keadilan adalah yang paling dekat dengan Ketakwaan” (al-Maidah: 8). Bagaimana kita bisa beragama secara baik, jika kepada orang terdekat kita saja, kita tidak berbuat adil? Bagaimana kita mengaku bertakwa jika orang-orang yang di sekitar kita saja didiskriminasi? Jadi keadilan dan kesetaraan yang bagaimana? Ya tentu keadilan dan kesetaraan yang membuat semua orang, apalagi orang-orang di sekitar kita, merasa bahagia dan terbebas dari ketidakadilan.

 

To be continued….

By Inayah Rohmaniyah, Desember 21, 2021

 

 


Leave a Comment