| 0 Comments | 32 Views
Hari Tasyriq adalah tiga hari setelah Idul Adha dalam
kalender Islam, yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Nama “Tasyriq” memiliki asal usul dan makna yang menarik dalam
tradisi Islam.
Kata “Tasyriq” berasal dari bahasa Arab “تَشْرِيْقٌ” yang berarti mengeringkan daging di bawah sinar
matahari. Pada zaman dahulu, di kalangan masyarakat Arab, setelah menyembelih
hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha, daging-daging tersebut akan dikeringkan
di bawah sinar matahari untuk pengawetan. Proses ini disebut dengan “tasyriiq”. Oleh karena itu, hari-hari setelah Idul Adha dikenal
sebagai Hari Tasyriq, di mana daging kurban diolah dan diawetkan.
Terdapat
beberapa hikmah dengan adanya Hari Tasyriq ini. Hari
Tasyriq adalah hari-hari untuk bersyukur atas nikmat Allah SWT. Larangan
berpuasa pada hari-hari ini menunjukkan bahwa umat Muslim dianjurkan untuk
menikmati makanan dan minuman sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas
segala karunia-Nya. Hal ini mengajarkan kita untuk selalu menghargai dan
mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari.
Dari
Nubaysyah al-Hudzali, bahwa Rasulullah
SAW bersabda: “Hari-hari Tasyriq adalah hari makan dan minum” (HR. Muslim).
Hari Tasyriq mengingatkan umat Muslim akan pengorbanan
Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Ketika mereka menunjukkan ketaatan dan
keikhlasan yang luar biasa dalam menjalankan perintah Allah, kita diajak untuk
meneladani sikap tersebut dalam kehidupan kita. Pengorbanan, keikhlasan, dan
ketaatan kepada Allah SWT adalah nilai-nilai yang ditekankan selama hari-hari
ini.
Dalam konteks ibadah haji, Hari Tasyriq adalah saat
para jamaah haji berkumpul di Mina untuk melaksanakan ritual melempar jumrah.
Aktivitas ini mencerminkan kebersamaan, persaudaraan, dan solidaritas di antara
umat Muslim dari seluruh dunia. Melalui kegiatan bersama ini, umat Muslim
diingatkan untuk memperkuat ikatan persaudaraan dan saling membantu satu sama
lain dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui ritual melempar jumrah yang dilakukan selama
Hari Tasyriq, umat Muslim diajarkan tentang pentingnya ketekunan dan kesabaran.
Melempar jumrah simbolis terhadap setan menggambarkan usaha manusia untuk
melawan godaan dan cobaan dalam kehidupan. Kesabaran dalam menjalani proses ini
adalah cerminan dari ketabahan yang harus dimiliki oleh setiap Muslim dalam
menghadapi tantangan hidup.
Hari Tasyriq juga mengajarkan pentingnya menghidupkan
sunnah Rasulullah SAW. Pada hari-hari ini, umat Muslim dianjurkan untuk
memperbanyak zikir, doa, dan ibadah lainnya. Dengan mengikuti sunnah Nabi, kita
dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan kualitas keimanan
serta ketakwaan kita.
Hari Tasyriq bisa dianggap sebagai perpanjangan dari
perayaan Idul Adha. Ini memberikan kesempatan lebih lama bagi umat Muslim untuk
merayakan dan memaknai Idul Adha, bukan hanya sebagai hari raya biasa tetapi
juga sebagai momentum untuk refleksi dan pembelajaran spiritual.
Dengan memahami dan mengamalkan hikmah-hikmah yang
terkandung dalam Hari Tasyriq, umat Muslim dapat meningkatkan kualitas keimanan
dan ketakwaan mereka, serta menjalani hidup dengan penuh rasa syukur,
kebersamaan, dan ketaatan kepada Allah SWT.
Leave a Comment