| 0 Comments | 209 Views

Card Image

Gambar Artikel KR Thoriq Tri Prabowo (Ayo Kursus, Ayo Kerja!)

“Penurunan capaian belajar dan ancaman putus sekolah banyak terjadi selama pandemi ini. Program kursus dan pelatihan memunculkan peluang untuk mengejar ketertinggalan tersebut.” Begitulah kira-kira kutipan dari Nadiem Anwar Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) mengapresiasi Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek yang belum lama ini meluncurkan program ‘Ayo Kursus’. Program yang ditujukan kepada anak-anak usia sekolah atau putus sekolah ini didesain agar masyarakat terdorong untuk melakukan reskilling dan upskilling kompetensi. Melalui program ini masyarakat dapat kembali mendapatkan pendidikan melalui program kursus secara gratis. 

Peserta program Ayo Kursus akan dibekali keterampilan melalui kursus dan pelatihan pada beberapa bidang yang peserta program minati selama kurang lebih 100-400 jam pembelajaran. Program Ayo Kursus dapat diikuti dengan terlebih dahulu melakukan pendaftaran melalui: https://banper.binsuslat.kemdikbud.go.id/ayo_kursus/. Program ini perlu diapresiasi karena dapat menjadi salah satu dari solusi dari persoalan kesiapan sumber daya manusia (SDM) Indonesia dalam merespons dinamika Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), utamanya pasca pandemi covid-19 melanda.

PHK Masal

Pasca dunia dihantam covid-19, banyak sekali sektor usaha yang gulung tikar dan kemudian menimbulkan efek domino berupa gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masal. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyebutkan bahwa sampai dengan Agustus 2021, sudah terdapat lebih dari 500.000 pegawai mengalami PHK. Angka tersebut tentu akan lebih mengerikan apabila seluruhnya merupakan kepala keluarga yang menanggung beberapa orang untuk dihidupi. Artinya, ketika terdapat ratusan ribu orang mengalami PHK, maka angka orang yang terdampak dapat saja beberapa kali lipatnya.

Untuk mempersiapkan SDM Indonesia yang tangguh, pihak-pihak terkait, termasuk juga masyarakat harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Banyak tragedi di masa pandemi ini, namun banyak juga yang dapat bangkit dan mendapatkan hikmah di belakangnya. Mereka menjadikan pandemi sebagai momentum untuk berbenah dan meningkatkan keterampilan. Salah satu contoh industri yang bertahan dan bahkan tumbuh pesat di masa pandemi adalah e-commerce. Tidak berlebihan apabila sektor industri tersebut menjadi salah satu tren dan fokus dari pendidikan vokasi di Indonesia dewasa ini.

Pendidikan vokasi yang notabene menunjang peserta didiknya pada penguasaan keahlian terapan tertentu akan membekali mereka dengan keterampilan, bukan sekadar pengetahuan teoretis. Di masa pandemi ataupun bahkan sebelumnya, keterampilan selalu menjadi kunci dari fondasi kesuksesan seseorang untuk memasuki dunia usaha dan dunia industri. Lebih dari satu tahun pasca dunia bertarung melawan pandemi, pelbagai penyesuaian dan normal baru sudah semestinya terjadi. Tuntutan dunia usaha dan dunia industri ke depan juga tentu semakin bertambah. Orang yang hanya berdiam diri tanpa berbuat sesuatu untuk merespons dinamika tersebut sudah dapat dipastikan akan tertinggal dalam berkompetisi.

Tantangan

Sayangnya, tidak semua SDM di Indonesia mengenyam atau menyelesaikan pendidikan formal. Terlebih di masa pandemi ini, imbas dari terpuruknya ekonomi mungkin saja berpengaruh pada peningkatan angka putus sekolah di Indonesia. Kemendikbudristek melaporkan bahwa angka putus sekolah di masa pandemi mencapai 1,12 persen atau naik hingga 10 kali lipat. Padahal, pendidikan formal merupakan instrumen dasar pengembangan keterampilan dan kompetensi. Apabila persoalan ini tidak segera direspons oleh pemerintah, maka hal ini dapat menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Pandemi sedari awal kemunculannya memang mengacaukan banyak hal, utamanya ekonomi. Namun bagi mereka yang memiliki keterampilan khusus, pandemi tidak lebih dari sekadar salah satu tantangan, sebagaimana tantangan dunia usaha dan dunia industri lainnya. Dalam konteks ini, pendidikan vokasi sebenarnya tengah menunjukkan kelayakannya terhadap tantangan zaman. Kebutuhan akan SDM terampil senantiasa ada dan tidak akan pernah berkurang, justru terus bertambah. 

Program pendidikan vokasi yang inklusif, yakni dapat dijangkau siapa saja sangat dinantikan oleh masyarakat. Program ‘Ayo Kursus’ yang diinisiasi Kemendikbudristek perlu dilihat sebagai ikhtiar untuk mencetak SDM Indonesia yang andal. Kendati demikian, untuk mencapai visi besar tersebut tidak dapat diraih secara instan. Sinergi dan peran dari seluruh elemen masyarakat sangatlah diperlukan. Artinya, ketika pemerintah telah menyediakan ‘kail’, maka masyarakat lah yang harus bergerak untuk mendapatkan ‘ikan’. Sinergi tersebut akan mengantarkan masa depan cerah bagi kualitas SDM Indonesia.

Ditulis oleh Thoriq Tri Prabowo, M.IP (Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Artikel telah dimuat di Koran Kedaulatan Rakyat edisi Selasa, 16 November 2021


Leave a Comment