| 0 Comments | 208 Views
Iman
dan taqwa bagi kaum muslimin-mukminin merupakan korektor dan kompas kehidupan
manusia di dunia. Sebagai korektor, ketaqwaan dapat mengoreksi kesalahan yang
sudah kita lakukan. Setidaknya, ketika ketaqwaan tertanam dalam diri seorang mukmin, tentu yang akan
tumbuh adalah kebaikan. Sehingga keburukan
yang sudah terlanjur dikerjakan akan tertutup dengan kebaikan yang
tumbuh di atas ketaqwaan. Firman Allah.
وَمَن یَتَّقِ ٱللَّهَ یُكَفِّرۡ عَنۡهُ
سَیِّـَٔاتِهِۦ وَیُعۡظِمۡ لَهُۥۤ أَجۡرًا
"Sesungguhnya barang
siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus
kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya." (QS At-Thalaq [65]: 5)
Ketaqwaan
juga sebagai kompas yang akan memandu perjalanan untuk meraih kemenangan.
Sebagaimana firman Allah
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟
ٱللَّهَ وَقُولُوا قولا سديدا۟ یُصۡلِحۡ
لَكُمۡ أَعۡمَـٰلَكُمۡ وَیَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن یُطِعِ ٱللَّهَ
وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِیمًا
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah
memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar.)QS
Al-Ahzab [33]: 70-71).
Iman
dan taqwa dalam diri manusia bagaikan otak dengan anggota tubuh. Anggota tubuh
kita bisa bergerak karena adanya perintah dan kendali dari otak. Kalau menurut Imam
al Ghazali yang mengendalikan anggota tubuh manusia itu bukan otak, namun hati.
Jadi kalau otak atau hati berfungsi dengan baik, maka seluruh anggota tubuh
kita juga akan berfungsi dengan baik. Fungsi paling mendasarnya adalah
memberikan komando untuk melakukan
gerakan-gerakan secara normal sesuai fungsi dari masing-masing anggota tubuh.
Kaki untuk berjalan, tangan untuk memegang, mata untuk melihat, telinga untuk
mendengar dan lain sebagainya. Ketika
otak atau hati berhenti memberi perintah, maka seketika itu anggota tubuh kita
akan sulit digerakkan. Seperti yang terjadi pada orang yang terkena serangan stroke.
Anggota
tubuh kita bukan hanya bisa bergerak dengan asal gerak. Dengan komando akal atau hati,
anggota tubuh dapat digerakan untuk
melakukan sesuatu yang bernilai tinggi. Tangan
kita bisa digunakan untuk menulis,
melukis, mengendarai dan pekerjaan positif lainnya. Namun untuk melakukan hal
demikian tidak cukup hanya dengan otak atau hati yang kosong. Anggota tubuh
baru bisa digerakan dan digunakan untuk menghasilkan hal-hal yang bernilai
tinggi ketika sudah diisi dengan pengetahuan dan pengalaman.
Otak
dan hati kita bukan hanya mampu menggerakan hal-hal yang bersifat fisik, tetapi
bisa juga menggerakan aspek spiritual. Untuk hal ini, otak atau hati harus
diisi dengan syari'ah atau ajaran agama.
Syari’ah atau agama akan membimbing otak
dan hati tunduk dan patuh pada kehendak pembuat syara’ yang pada saatnya akan
mampu mendorong manusia untuk melakukan amal shalih, baik dalam konteks ibadah-
keilahian maupun muamalah-kemanusiaan.
Otak
atau hati manusia yang selalu mendorong untuk melakukan amal shaleh adalah hati
atau otak yang sudah mendapatkan celupan ketuhanan atau shibghah Allah. Dialah
hati manusia yang telah mendapatkan petunjuk yang sempurna untuk tunduk dan
patuh kepada Allah, tanpa tergoyahkan sedikitpun.
صِبْغَةَ اللَّهِ ۖ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً ۖ
وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ
Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik
shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah. (QS.
Al-Baqarah[2]: 138).
Shibghah Allah atau celupan
keilahian itu, akan membentuk identitas manusia yang bermakna dalam segala
aktivitas kehidupannya. Shibghah Allah tidak bermakna statis atau
sepihak dalam konteks spiritual semata. Shibghah Allah yang pada
dasarnya adalah syari’ah agama Islam mengandung internal dynamic,
sehingga ada perubahan dan perkembangan, memberi arah pada yang abadi dan
sementara, antara yang spiritual dan sosial.
Islam adalah
agama yang bersentuhan dengan realitas. Zakat sebagai ritual telah memengaruhi
organisasi sosial dan ekonomi umat. Filantropi islam, yang belakangan aktivitasnya
nampak sangat dinamis turut mewarnai kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.
Apalagi ketika berada di masa pandemmi seperti sekarang ini. Peran lembaga
Filantropi Islam sangat signifikan dalam membantu mengatasi berbagai masalah
ummat yang muncul akibat pandemi. Membantu dalam konteks konsumtif-jangka
pendek, maupun membantu dalam arti memberikan pendampingan dan modal usaha agar
nafas ekonomi ummat bisa kembali bangkit. Kita tahu beberapa waktu lalu lembaga
filantropi ada yang memberi bantuan gerobak angkringan plus modal kerjanya agar
aktivitas ekonomi umat bisa membaik.
Ibadah Qurban dan Akiqah dapat mendorong
meningkatkan produktifitas peternak dan pemasarannya. Ibadah haji membangkitkan
kegiatan ekonomi, terutama usaha penerbangan dan oleh-oleh haji. Tradisi
pamitan haji juga menghubungkan antara ibadah haji dengan aktivitas sosial dan
ekonomi ditengah-tengah ummat. Wakaf telah memberi pengaruh pada organisasi
sosial dan pendidikan. Dari wakaf ummat islam memiliki panti asuhan untuk
melindungi dan mengasuh anak yatim agar mereka tumbuh dan berkembang sejajar dengan anak-anak
yang memiliki orang tua yang lengkap.
Universitas Islam Indonesia (UII) dan Jogja International Hospital (JIH) tidak
bisa dilepaskan dari peran badan Wakaf UII.
Dari beberapa
fakta tersebut, Islam sesungguhnya tidak hanya mendorong tebentuknya kesalihan individu, tetapi juga menghendaki
terbentuknya kesalehan publik atau ummat. Menghendaki ummat yang sejahtera,
ummat yang sehat dan ummat yang cerdas. Iman dan taqwa yang dibimbing dengan syari’at agama, akan memandu
kita semua dalam menentukan agenda-agenda keummatan dalam menuju keshalihan dan
kebaikan ummat. Kitab Suci Al-Qur’an sudah menandaskan bahwa ummat Islam adalah
ummat terbaik, sebagai dalam firman Allah:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ ۗ
Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imron
[3]: 110)
Keshalihan sosial
atau keshalihan publik, harus diwujudkan
melalui agenda yang jelas dalam menegakan kebaikan dan untuk tegaknya keadilan
dan harkat kemanusiaan. Dalam waktu yang bersamaan, keimanan dan ketaqwaan yang
paripurna akan memantik kepekaan kita dalam mengkritisi dan mencegah hal-hal
yang munkar. Agenda keumatan ini, berada dalam bidang keahlian masing-masing.
Sebab apapun keahliannya, ketika telah mendapatkan shibghah Allah akan
memberi faedah positif bagi kehidupan kita baik di kehidupan di dunai maupun di
akhirat.
Perbaikan sistem pengetahuan yang dilakukan oleh kalangan akademisi, para peneliti, dan kalangan ilmuwan misalnya, sangatlah penting untuk perbaikan ummat. Seperti yang dilakukan oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, melalu Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah, dengan agenda integrasi interkoneksi keilmuan. Suatu gagasan pemaduan ilmu keislaman dengan ilmu alam maupun ilmu soial. Pemaduan ini, sesungguhnya bukan hanya dalam konteks ilmunya saja, tetapi juga secara bersamaan membawa kembali agama (Islam) ke ruang publik, setelah berlalunya era sekularisasi yang menempatkan agama hanya berada di ruang privat. Tentu pemaduan ini sangat penting kita letakan kerangka iman dan taqwa tadi.
Oleh karena itu, maka iman dan taqwa yang selalu dipesankan dalam setiap taushiah agama, bukan saja untuk mencapai nilai-nilai spiritual ketuhanan namun juga untuk menumbuhkan nilai-nilai kamanusiaan.
Leave a Comment