| 0 Comments | 200 Views
Kalimat
taqwa dalam doktrin Islam sangat fundamental, sebab menjadi ukuran kualitas
manusia di hadapan Allah SWT. Taqwa adalah entitas norma, nilai, dan doktrin
untuk kesempurnaan dan sekaligus mengatasi persoalan yang dihadapi manusia.
Taqwa adalah kalimat yang sangat luas, dapat didefinisikan sesuai sudut pandang
masing-masing. Dari sisi manapun kita memaknainya, taqwa selalu mengandung kesan yang positif.
Kalimat
taqwa adalah kalimat yang menentramkan dan mendorong manusia untuk hidup
menjadi lebih baik. Sehingga wajar kalau orang taqwa termasuk orang yang
mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT.
Ketika seorang telah mendapatkan kemuliaan dari Allah, pada diri orang itu akan
memancarkan keutamaan-keutamaan
tersendiri. Kehadirannya dimanapun akan memberikan manfaat bagi kebaikan orang
lain. Karena itulah mengapa pesan taqwa merupakan
pesan penting yang tidak boleh dilewatkan ketika seorang khotib menyampaikan khutbahnya.
Kalimat taqwa adalah kalimat yang mengandung
makna yang luas dan terbuka untuk kita maknai. Suatu ketika, Abu Hurairah
ditanya oleh seseorang, ''Wahai Abu Hurairah, apakah yang dimaksud dengan takwa itu?'' Abu Hurairah
tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi memberikan satu ilustrasi. ''Pernahkah
engkau melewati suatu jalan dan engkau melihat jalan itu penuh dengan duri?
Bagaimana tindakanmu untuk melewatinya?'' Orang itu menjawab, ''Apabila aku
melihat duri, maka aku menghindarinya dan berjalan di tempat yang tidak ada
durinya, atau aku langkahi duri-duri itu, atau aku mundur.'' Abu Hurairah cepat
berkata, ''Itulah dia taqwa!'' (asysyari’an.com).
Ilustrasi Abu Hurairoh tersebut,
menggambarkan bahwa dalam ketaqwaan mengandung kehati-hatian, keberanian, dan kewaspadaan.
Ketaqwaan adalah kesadaran ketuhanan yang selalu melekat dalam semua pilihan
dan aktivitas kehidupan, Aktivitas dan tindakan mana yang dipilih selalu
menyesuaikan dengan apa yang Allah
perintahkan dan yang Allah larang.
Ketaqwaan itu bisa juga kita
maknai dengan “memahami dan mematuhi sistem”, baik sistem yang ditawarkan agama
berupa syari’ah yang disampaikan oleh Nabi,
maupun sistem yang dibuat atas kesepakatan manusia sebagai hal yang makruf
. Protokol kesehatan yang diterapkan saat pandemi mislanya, merupakan hal yang
makruf atas dasar pertimbangan sain untuk mengatasi penularan virus. Agama Islam
melalui Kitab Suci al-Qur’an berpesan agar ada diantara segolongan ummat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.
Hal tersebut terdapat dalam al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 104: “Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imron: 104)
Mencegah kemunkaran, bukan saja
menjauh dari hal-hal yang sudah jelas sebagai perbuatan yang tidak disukai,
tetapi menyalahi sistem yang sudah diakui kemakrufannya merupakan suatu kemunkaran
yang harus dihindari, karena akan menimbulkan kerusakan.
Ketaqwaan
itu merupakan totalitas hidup semata-mata untuk Allah. Bahwa setiap aktivitas
selalu melibatkan dan membangkitkan kesadaran tentang ketuhanan. “Katakanlah,
'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam'.” (Q.s. al-An'am:
162) .Apa yang kita buat, kita jalankan, kita patuhi, tumbuh dalam
dan ditumbuhkan dari semangat ketuhanan. Semangat menyebut nama Allah yang
telah menciptakan. ***
Leave a Comment