| 0 Comments | 213 Views
Menerka Masa Depan Prodi Ekonomi Syariah di Indonesia Indonesia
Dr. Abdul Qoyum, M.Sc.Fin (Mhswa S3 UGM)
Prodi Ekonomi Islam (versi Kemendikbud) atau Prodi Ekonomi Syariah (versi Kemenag), sama tapi milih beda nama (tidak aneh, karena memang begitulah Indonesia yang sarat dengan kemajemukan dalam persamaan) suka atau tidak suka menjadi salah satu Primadona bagi calon mahasiswa di berbagai PTN maupun PTKIN. Ini terlihat dari data jumlah pendaftar yang semakin hari semakin tinggi jumlahnya. Tentu ini positive, meskipun juga menyisakan tantangan yang besar bagi seluruh stakeholder ekonomi syariah.
Identifikasi saya, ada beberapa sebab kenapa ekonomi Islam sangat diminati. Pertama, euforia semangat berislam dalam bidang ekonomi yang semakin hari semakin besar (Ideologis). Kedua, potensi dan peluang pasar ekonomi Islam dan industri halal juga menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Ini bisa dilihat dari banyaknya lembaga keuangan dan atau usaha berbasis syariah yang terus tumbuh di Indonesia (Pramatis-Kapitalis). Ketiga, banyaknya isu yang menerpa sektor ekonomi syariah, baik yang positif maupun negatif juga turut menambah minat publik untuk ekonomi Syariah (Persepsi).
Namun, tantangan cukup serius ada di Prodi Ekonomi Syariah atau ekonomi syariah itu sendiri. Pertama, Kebingungan dalam membangun disiplin ilmu. Saya berani jamin, bahwa di Indonesia ini belum ada satupun kampus yang bisa dijadikan role model bagaimana bangunan keilmuwan ekonomi Islam sesungguhnya. Semua masih dalam taraf ijtihad. Tidak salah, karena ijtihad itu selalu berpahala. Yang salah adalah ekonomi Islam tapi rasa kapitalis.
Kedua, ini trend baru, ekonomi Islam menjadi alat mencari jabatan...hahaa....ini yang saya kritik, akhir-akhir ini banyak sekali jenis jabatan baru di seputar ekonomi Islam, sebut aja KNEKS, KDEKS, BAZNAS, BWI dlll...Gak salah dan tidak jelek juga, tapi tantangannya adalah jangan sampai karena jabatan, lupa dengan spirit baru dalam membangun ekonomi syariah sebagai sebuah disiplin Ilmu dan konsep baru dalam ekonomi yang mmberi solusi.
Ketiga, ekonomi Islam utopis-elitis...yang terakhir ini, makin membuat kita pusing. Silakan dimaknai sendiri.
Eh, ada satu lagi, LAMEMBA yang berkuasa tentang akreditasi juga tidak menyebut satu klausul pun tentang ekonomi Islam atau ekonomi syariah..LAMEMBA menganggap kita ini bisa numpang di rumah dia. Heee. Sory ya. Juga konon, tidak ada satupun Asesor LAMEMBA yang dari ekonomi Islam (Kata Para Kaprodi Ekis/Eksyar). Entah benar atau tidak. Monggo yang orang LAMEMBA dipikir ya. Prodi Ekis atau Eksyar ini ada 900an lho..bayangkan manfaat ekonominya..wkwk..yang Ini sama, Ekonomi Syariah sebagai peluang bisnis, bagi siapa saja...Bisa Kapitalis Modal (Investor) atau Kapitalis Ilmu.
Salam dari Jogja...
Leave a Comment