| 0 Comments | 394 Views

Card Image

Dokumen Pribadi

Trilogi Simbol Kesejahteraan

 Oleh. Asrul 

Ayat ini hadir ke tengah-tengah manusia menyampaikan informasi tentang trilogi sejahtera. Secara spesifik, ayat ini menggambarkan bahasa-bahasa simbolik yang digunakan al-Quran ketika menjelaskan tentang tujuan universal umat manusia, yaitu hidup sejahtera.

قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (15)

Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridaan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.

Secara umum, ayat lima belas ingin menjelaskan dua hal sekaligus, kerugian (bagi orang Kafir) di akhirat dan simbol kesejahteraan hidup manusia. Kerugian orang kafir di akhirat dapat ditangkap dari penegasan al-Quran bahwa selain memperoleh kemenangan materi di dunia, orang beriman juga mendapatkan kemenangan ukhrawi berupa jannāt. Anugerah Allah berupa jannāt merupakan puncak perhatian Allah kepada hamba-Nya yang beriman sebagaimana tergambar dalam ayat, wallāhu baīrun bil ‘ibād. Jannah di sini merupakan simbol kesejahteraan akhirat. Mereka kembali kepada Allah dalam keadaan diridhai. Berbeda dengan orang-orang kafir mereka mengalami keadaan sebaliknya. Tempat kembalinya adalah Jahannam dalam keadaan dimurkai.

Kata jannah, yang menjadi ikon kesejahteraan akhirat, dilengkapi dengan al-anhār (sungai-sungai), azwāj muthahharah (pasangan yang disucikan), dan ridhwān (ridha Allah). Tiga aspek tersebut merupakan lambang/simbol kesejahteraan hidup dunia. Berikut dijelaskan masing² berikut hubungan antar ketiganya.

Pertama, sungai-sungai (al-anhār). Kata sungai dalam ayat ini dapat dianggap mewakili satu kesatuan alam semesta. Sungai yang identik dengan air merupakan sumber kehidupan sekaligus simbol kemakmuran. Dimana ada aliran sungai disitu peradaban akan terbangun. Peradaban-peradaban manusia yang besar selalu bermula dari wilayah yang dilewati aliran sungai. Di Nusantara, berdirinya kerajaan-kerajaan besar selalu beririsan dengan keberadaan sungai seperti Sriwijaya (sungai Musi), kerajaan Batavia (sungai Ciliwung), kerajaan Banjar (sungai Barito), hingga Mataram Kuno (Progo-Bogowonto-Bengawan Solo). Sementara untuk peradaban dunia seperti mesir kuno (sungai Nil), Babilonia (Euprat), Tiongkok (sungai Kuning), Hindustan (Gangga), dan lainnya.

Kalau ayat ini ditafsirkan menggunakan pendekatan hifdz al-bī’ah, dapat dipahami bahwa pemilihan kata anhār untuk menggambarkan kemuliaan surga merupakan isyarat ilahi tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang nyaman. Dimulai dari upaya menjaga kuantitas air, hingga pemanfaatan air secara benar. Di masa modern muncul gagasan eko-teologi air, bagaimana seharusnya manusia memperlakukan air (ikrām al-mā’i). Muncul juga fikih air, selain menjelaskan bagaimana manusia modern menggunakan air juga menjelaskan secara filosofis tentang posisi air dalam sistem kehidupan. Semua ini upaya memposisikan ulang alam dan lingkungan dalam kehidupan manusia.

Kedua, pasangan-pasangan yang disucikan (azwāj muthahharah). Kenikmatan surgawi yang digambarkan dengan kata azwāj tampaknya lebih dari sekedar pasangan jenis kelamin. Dalam ayat lain, azwāj muahharah digambarkan pula dengan sebutan hūrun ‘ain, sesuatu yang menyejukkan pandangan. Karenanya, azwāj muahharah dapat dipahami sebagai sebuah keadaan yang diliputi kebahagiaan (yang sudah barang tentu bukan lagi sebatas kebahagiaan fisik).

Dipilihnya kata azwāj yang biasa diartikan sebagai pasangan menandakan bahwa diantara kebahagiaan (dalam nuansa surgawi) adalah hadirnya pendamping, kawan, teman, dan semacamnya. Dari kata ini dapat dikembangkan menjadi isyarat pentingnya menciptakan  hubungan sosial yang harmoni. Pasangan hidup kita di bumi adalah manusia itu sendiri. Antar manusia harus terbangun keberpasangan dan kebersamaan. Dua prinsip tersebut (keberpasangan dan kebersamaan) merupakan pesan penting al-Quran kepada manusia untuk mewujudkan kehidupan yang damai, nyaman, dan berkualitas. 

Ketiga, ridha Allah (ridhwān). Bagian ini merupakan puncak kecerdasan spritual seorang insan. Kesadaran akan adanya tujuan hidup yang hakiki adalah kenikmatan yang tertinggi, puncak, dan paripurna. Ridha Allah adalah puncak tujuan hidup, senada dengan ungkapan para sufi ilāhī anta maqsūdī waridhāka mathlūbī, demikian pentingnya hal ini ummul Quran mengabadikan iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn, hanya kepadaMu saja kami menghamba dan hanya kepadaMu saja kami menyembah. Pernyataan tersebut seperti ungkapan akhir, pernyataan terbuka, serta penyerahan diri dan ketundukan secara totalitas manusia pada Allah.

Kembali pada al-anhār (sungai-sungai), azwāj muthahharah (pasangan yang disucikan), dan ridhwān (ridha Allah). Tiga hal ini sama persis dengan bahasan trilogi metafisika; Tuhan, manusia, dan alam. Untuk meyakini adanya Tuhan, para pemikir muslim (filosuf) mengajukan tiga argumen yaitu argumen gerak (al-harakat), argumen materi (al-māddah) dan bentuk (al-shūrah), serta argumen tujuan (al-ghāiyat) dan keteraturan alam (al-ināyah) yang sangat rapih baik planet, matahari. Hal yang sama terjadi pada hewan yang tubuhnya dilengkapi anggota tubuh dengan fungsinya masing-masing.

Keteraturan menjangkau semua makhluk termasuk manusia, makhluk Allah yang paling sempurna. Makhluk ini terdiri atas dua unsur, jiwa dan raga. Manusia telah mengkaji dirinya sendiri menggunakan berbagai disiplin ilmu. Manusia mempelajari jiwanya melalui ilmu Psikologi, baik Psikologi umum (mempelajari aktifitas psikis) maupun Psikologi khusus seperti Psikologi perkembangan, sosial, pendidikan, kepribadian, patologi (abnormal), kriminal, industri, dan psikologi komunikasi.

Demikian, manusia mempelajari fisiknya dengan berbagai ilmu termasuk sistem syarafnya (Neurosains) baik menyangkut genetik, biokimia, fisiologi, farmakologi (obat dan cara kerjanya). Sementara, terhadap alam juga terjadi hal yang sama, manusia telah menciptakan berbagai disiplin ilmu untuk mengungkap rahasia alam yang tidak pernah habis.


Leave a Comment