| 0 Comments | 297 Views

Card Image

Dokumen Pribadi

Wakaf Pohon Berkelanjutan

(Analisis Tematik Atas Hadis-hadis Tentang Pohon)

Oleh: Asrul, UIN Sunan Kalijaga

Masyarakat Indonesia sangat akrab dengan pohon, mulai dari yang berbau mistis (seperti pengkultusan-penyembahan) sampai pada yang rasional-empirik (bahan baku bangunan dan kerajinan tangan). Selain itu, keberadaan pohon di Indonesia baik dari segi populasi maupun spesiesnya, menempatkan Indonesia sebagai negara penyangga iklim dunia. Hadis Nabi saw juga banyak membicarakan pohon. Dari sekian banyaknya teks-teks hadis terkait pohon, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian. Pertama, perintah/anjuran menanam-meregenerasi pohon. Kedua, larangan bersikap buruk terhadap pohon. Ketiga, manfaat dan pemanfaatan pohon.

1.   Perintah menanam pohon

عن أَنَس بْن مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلعم: إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَبِيَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لاَ يَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَفْعَلْ. أح

Pada kegiatan menanam pohon, disyaratkan adanya istihā’ah. Syarat tersebut lebih diidentikkan dengan bantuan sains (istihā’ah al-‘ilmiyyah). Menanam pohon identik dengan kegiatan ilmiah yang berbasis sains. Syarat-syarat ilmiah mencakup beberapa hal. Pertama, bibitnya. Untuk mendapatkan bibit yang bagis manusia perlu mengembangkan plant breeding, termasuk peningkatan seed technology. Kedua, pertumbuhannya. Agar pohon dapat diamati pertumbuhannya dengan baik, manusia memerlukan ilmu fisiologi tumbuhan. Ilmu ini berguna untuk mendampingi pohon selama masa pertumbuhannya, baik menyangkut aktifitas fotosintesis, kemampuan respirasi dan prosesnya, sistem transportasi nutrisi, serta respons tumbuhan tersebut terhadap habitat yang ada di sekelilingnya. Ketiga, perawatannya. Untuk poin ini manusia memerlukan ilmu agronomi, yaitu ilmu tentang cara menanam yang benar, cara memupuk, cara menyiram, termasuk sistem pengendalian hama. Bagian ini (pemeliharaan) termasuk aspek yang penting untuk memaksimalkan hasil/ buah. Keempat, kesuburan tanah. Mengenai poin ini manusia memerlukan banyak ilmu untuk memastikan betul tingkat kesuburan tanah. Di sana ada pengetahuan tentang fisika tanah, biologi tanah, kimia tanah, hingga edafologi tanah.

 

Selain aspek sains (teknologi pertanian), hadis di atas juga terkait dengan pentingnya optimisme hidup (theologi-filosofis-psikologis). Persoalan optimisme terkandung didalamnya aspek akidah (teologi), rasional-empirik (filosofis), dan akhlak (psikologis)

  

 

2.   Larangan menebang pohon

مَنْ قَطَعَ سِدْرَةً صَوَّبَ اللَّهُ رَأْسَهُ فِى النَّارِ.رواه ابو داود

Larangan Nabi menebang pohon tidak lepas dari fungsinya. Pohon diantaranya berfungsi. Pertama, tempat berteduhnya para musafir. Pada masa sekarang, saat dimana suhu bumi semakin meningkat, pohon lebih berfungsi sebagai perindang. Fungsi ini selain menyangkut kualitas udara juga menyangkut aspek estetika. Orang desa sekalipun suka memandangi pohon, apalagi mereka yang tinggal di kota besar, pohon merupakan sesuatu yang diidam-idamkan. Kedua, tempat berteduhnya hewan ternak. elain itu, pohon juga menjadi sumber makanan seperti poin pertama di atas. Selain memberikan kesejukan, pohon menjadi tempat sekian jenis makhluk hidup mencari dan mendapatkan makanan.

Informasi lain dari teks hadis tersebut adalah adanya kata al-nār. Kata ini dapat diartikan secara haqiqi dan majāzi. Bila diartikan hakiki, panas yang diamksud adalah panas api neraka, sesuai dengan kekhususan kata al-nār (disertai alif dan lam). Adapun jika dipahami secara majazi, kata al-nār dapat bermakna panas, sumuk, gerah, sumpek, pengap, emosian, depresi, stress dan seterusnya. Dari sini kita dapat ilmu baru, tambahan alif dan lam pada suatu kata tidak selalu membuat kata tersebut menjadi makrifah.

3.   Sedekah pohon.

عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلعم: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَلاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ. م

Pada kegiatan menanam pohon, ternyata juga menyangkut hal asasi dalam hidup manusia, yaitu spritual-sosial. Menanam pohon yang berbuah dapat menjadi sarana sedekah saat dikonsumsi manusia, hewan, burung, bahkan dicuri sekalipun. Apalagi bila pohon tersebut dimanfaatkan oleh banyak makhluk dalam waktu yang panjang. Kita jadi mengerti, sedekah jariyah tidak hanya berbentuk bangunan. Pohon yang memberi manfaat juga menjadi bagian dari amal jariyah yang pahalanya tetap mengalir meski orang yang menanam dan merawatnya telah wafat. Wakaf pohon dapat menjadi tren baru manusia modern.

 

Selain wakaf pohon, respon terhadap teks hadis ini dapat berupa;  Komunitas pencinta pohon, Komunitas Lindungi Hutan Yogyakarta, Lembaga pemberdayaan Lingkungan Hidup, Pusat Kajian Strategis Lingkungan Hidup, Memaksimalkan fungsi DAS-DSA, Gerakan Go Green, Menciptakan Kota ramah lingkungan, Taman Kota, Gerakan Komunitas Pemuda Pohon, termasuk Hari Pohon sedunia.


Leave a Comment