| 0 Comments | 117 Views

Ibrahim!... apa yang kau lakukan? Kenapa kau tinggalkan aku dan Ismail disini, Hajar berlari mengejar Ibrahim sambil membayangkan lembah tandus nan berbatu ini.
Ibrahim!? Kenapa kau tega? Bukankah ismail anak yang kau tunggu? Takkah kau sayang padanya? Hajar terus mengejar.
Ibrahim tak sedikitpun menoleh. Dia terus berjalan, menyembunyikan air mata yang meleleh dipipinya. Ayah mana yang tega meninggalkan anaknya yang masih sangat kecil dan istri tercinta di lembah berbukit batu seperti ini. Aku belum gila,.. Tuhan tahu aku mencintai mereka.
Ibrahim!? Kenapa kau tak menjawab, tega sekali kau,... apakah karena perintah dan kecemburuan Sarah atau kah,.. karena perintah Tuhanmu kau meninggalkan kami tanpa air dan bekal ditanah tandus ini?...
Ibrahim berhenti,... teriakan hajar ini terdengar sampai langit. Malaikat berhenti berdzikir pada Rabbnya, penasaran menunggu jawaban ibrahim. Bumi seakan ikut berhenti berputar, sama sama menunggu jawaban.
Ya,... Tuhanku memerintahkan begitu. Bisik ibrahim pelan. Dengan penuh cinta pada Tuhannya dan Hajar dan Ismail,..
Hajar,...
...
Baiklah, jika ini perintah Tuhanmu,.. pergilah,.. jangan khawatirkan aku dan Ismail anakmu.
...
Anak anak Matahariku, cinta ayah
Ayah juga pergi semata memenuhi panggilan Tuhanmu. Bukan sekedar permintaan dan cinta ayah pada ibumu nak. Bukan. Karenanya ayah yakin kalian aman aman saja disana. Karena kalian telah ayah titipkan pada Allah, Tuhanmu. Dan Ia berjanji tak akan pernah sekedip matapun meninggalkan kalian dalam pengawasanNya. Ayah jadi malu sendiri ca, ketika ayah marah pada teman-temanmu yang memaki dan menyiksamu secara verbal setiap hari itu.
Ditengah tahajud malam ini nak, begitu ayah masuk ke rakaat pertama witir,..
Tiba tiba,..
Ayah mendengar suara Hajar memanggil manggil Ibrahim. Keras sekali. Sampai terganggu bacaan alfatihah ayah. Terpaksa ayah dengarkan dulu obrolan hajar dan Ibrahim ini. Obrolan hampir 4000 tahun yang lalu. Tapi terdengar amat jelas ditelinga ayah.
Sungguh ayah malu,..
Cara ayah menanggapi keluhanmu, semata karena ayah mencintaimu nak.
Anak anak matahariku, anak ayah terkasih
Di akhirnya,... entah siapa dalam obrolan Hajar dan Ibrahim itu. Seseorang mengajari ayah:
Percayalah dengan penuh keikhlasan menjalankan perintah Allah. dan Tuhanmu yang akan menjadi pelindungmu dan keluargamu. Ikhlas saja bahwa hidup itu semata menjalankan perintah Allah.
Ayah sungguh malu. Ya nak,.. ayah telah menitipkan kalian pada Allah pemilik kalian, pemilik ayah. Pemilik seluruh jagad raya.
Lalu,.. apalagi yang mesti kita risaukan?
-salam sayang-
Ayah

Leave a Comment