| 0 Comments | 143 Views
Nak, mungkin ayah belum menjelaskannya dengan jelas benar. Cobaan, biasanya merupakan sesuatu yang paling tidak disukai kita. Bahkan kita bisa berdoa sambil menangis-nangis agar dijauhkan dari cobaan. Ya, kita sejatinya tidak suka pada cobaan.
Bahkan kita sering nga beberah manah ketika cobaan datang: cobaan itu ujian dari Allah karena kita akan naik pangkat. Naik derajat. Ayah kira nak,.. orang juga sering kali ragu apakah yang sedang di hadapinya cobaan,.. atau azab? Tapi yang manapun ayah kira, doa kita semua sama pada Allah,... ya Allah jauhkan lah kami dari segala kesulitan. Mudahkanlah jalan kami,..
Nak,...
Tapi anehnya,.. ada satu cobaan yang malah diperebutkan orang. Mungkin, ini mah mungkin ya,.. orang lebih memandang jabatan sebagai berkah. Dan lalu melapalkan Alhamdulillah,.. bahkan ada yang sujud syukur,.. bahkan tak jarang ada yang sampai memotong tumpeng. Pesta tujuh hari tujuh malam. Bahkan nak,.. tak jarang orang menyogok untuk mendapatkan jabatan yang diinginkannya. Tak jarang, kalau perlu saling santet, saling bunuh untuk jabatan yang didambakan itu.
Dalam suatu obrolan, antara ayah dan ibumu, kami pernah bicara soal topik ini. Kami akhirnya tertawa saja. Kataku,
" i, kalau sudah punya jabatan trus mau apa? "
Ibumu menjawab, " ya, pendapatan bertambah,.. lalu dapat ini dan itu"
" trus kalau sudah pendapatan bertambah mau apa ", kata ayah
" ya lumayan atuh a, itu kamar upi kita robohin jadiin garasi. Trus naikiin ke atas buat kamar lagi. Jadi kamar nambah satu atau dua lagi "
Lalu ayah jawab, " mega bentar lagi pergi kerja, menikah, dibawa suaminya. Sekarangpun upi sudah keluar dari rumah, kos. Tahun depan caca menyusul. Tinggal karin dan nazwa. Jadi buat apa nambah kamar? "
Lalu kita pun tertawa, " belum lagi kalau ternyata kita mati besok "
Hahaha
Mungkin kita agak berbeda pandang dengan orang kebanyakan nak. Tapi sungguh. Ayah tak akan membohongimu nak. Jangan mengejar jabatan. Kamu akan kelelahan dan haus terus. Buat apa? Jangan pernah gila jabatan nak. sekedar bercita citapun jangan.
Lagi pula, masa cita-cita kok jadi orang gila?
Jangan ya nak? Mendingan cita cita klasikmu dulu: menjadi orang yang berguna bagi agama, bangsa dan keluarga. Sederhana kan?
-ayah-
Leave a Comment