| 4 Comments | 120 Views
Nak, dulu ayah pernah bingung ketika diundang oleh sekelompok bankir menjadi narasumber di banknya. Memecahkan masalah anggaran, mereka pula yang kemudian memutuskan mencuekin ayah selama rapat berlangsung. Ayah kira, setelah mereka sadar ayah hanyalah seorang tenaga kependidikan sekolah menengah. Ada benarnya sih. Tapi ya buat apa juga ngundang kalau ngga niat didengar. Konsep yang ayah tawarkan waktu itu ayah adopsi dari India. Negara dimana ayah waktu itu belajar anggaran. Ya sudah ayah santai saja, toh honornya tetap dibayar π¬π
Bertahun kemudian, seorang kepala cabang sebuah bank menghubungi lagi. Sekarang ayah dosen di PTN, dulu juga ayah dosen tapi memang formal SK PNSnya di sekolah. Kali ini ayah diminta memecahkan masalah di bank induknya. Dulu di bank anak perusahaannya. Masalahnya kata beliau, adalah tidak efektifnya Sales pipeline management banknya. Awalnya ayah malas. Ingat beberapa tahun yang lalu. Tapi, bukannya ini perusahaan induknya kata ayah dalam hati. Akhirnya ayah buatkan saran solusi. Menurut ayah menolong orang itu jangan pakai perasaan dan berharap balasan dari orang yang kita tolong. Berharap sama Allah saja. Biar hati tenang. Soal honor kali ini? Ngga nak, bukan soal honor juga. Honornya kecil, ngga sebanding dengan yang dulu sekitar 30x lipat lebih kecil kalau yang kali ini. Tapi kata ayah tadi nak. Tolonglah orang disekitarmu. Sisanya biar jadi urusan Allah saja.
-ayah-
Comments
Hakikat ikhlas sesungguhnya βΊοΈ
11 Januari 2022 11:50Ena juga, kalau kapan kapan nolong orang jangan terlalu duniawi ya. π
11 Januari 2022 16:44Ena juga, kalau kapan kapan nolong orang jangan terlalu duniawi ya. π
11 Januari 2022 16:54Ena juga, kalau kapan kapan nolong orang jangan terlalu duniawi ya. π
11 Januari 2022 16:54Leave a Comment