| 0 Comments | 195 Views
Kemarin teh mega memperkenalkan calon suaminya ke neneknya di Tasik, ibuku. Teh mega cerita, ibu yang usianya sudah 84th (?) Katanya pendengarannya mulai berkurang. Trus semalaman ngajak ngobrol si Aa. Kadang nyambung kadang juga ngga. Cerita kemana mana, cerita jaman jepang belanda segala macam.
Trus ayah tanya kan? "Trus mega dimana?"
Teh mega menjawab, "kabur, tidur di kamar,..."
Teteh cerita sambil ketawa, "si Aa jadi korban mbah kaya ayah..."
Ayah bingung harus menanggapinya bagaimana. Ayah senyum aja kan teh? Ya benar setiap kali ayah ke Tasik, mbah sengaja pindah ke rumah belakang sekedar biar kita leluasa. Leluasa mengobrol lama ga. Ya, kalau ayah ke Tasik, mbah bisa mengajak ngobrol ayah bahkan sampai jam 1 jam 2 malam. Full, dengan objek beragam. Mulai dari diskusi ayat-ayat al Qur'an, cerita mbah soal ustadz di pengajiannya, kadang diskusi buku yang baru atau sedang mbah baca, kadang diskusi sepele soal politik, soal masa depan ayah, karir ayah, kadang diskusi soal keadaan sepupu, saudara. Banyak. Tanpa batasan tema.
Teh mega, gadis ayah,...
Apakah ayah terganggu? Ngga teh, ayah seneng. Senang luar biasa masih mendengar mbah berdiskusi segala macam dengan ayah. Apa kau ngga tahu ga? Kalau ayah sedih, siapa yang ayah tilp pertama kali? Mbah ga, mbah. Pada mbah lah ayah bisa tanpa ragu menangis. Cerita banyak hal. Pada mbah lah ayah bisa cerita bahkan soal soal sensitif pekerjaan ayah. Karena ayah percaya betul sama mbah. Mbah ibu terhebat yang pernah ayah temui, yang pernah ayah kenal.
Bagaimana ayah tak bangga, jika mbah juga pembela terhebat ayah??? Tentu kau sering dengar mbah tilp ayah kan? Atau ibu? Coba kau buat perbandingan, siapa yang lebih sering tilp menanyakan kabar, ayah-ibu? Atau mbah? Mbah kan?
Jadi teh,...
Jika selama ini mbah lah pendengar terbaik segala visi, cita-cita, teori, senang dan sedih ayah,... lalu kenapa tak ayah berbalas budi? Lagi pula, teh,... bukankah itu juga kewajiban ayah? Sebagai anaknya? 41th lebih mbah mendengar ayah sejak tangisan pertama ayah keluar dari perut mbah, sampai 41th kemudian ayah yang juga masih sering berkeluh kesah pada mbah,... rasanya lebih dari mendengar yang ayah lakukan sekarang ke mbah juga itu masih kurang. Masih belum layak.
Ibu Hj. Ardianingsih itu ibu terhebat ga. Ibu terhebat yang pernah ayah kenal. Suaranya lah yang selalu ayah ingin dengar, dalam senang dan sedih ayah. Tak terbayang,... jika ayah tak bisa lagi mendengar suaranya lagi.
-ayah-
Ps:
Semoga kau paham Aulia Mega Wardhani, sebab kaupun insyaallah akan segera menjadi seorang ibu. Doa ayah, semoga kaupun menjadi ibu terhebat. Ibu yang seperti mbah, nenekmu. Ibu dari ayahmu. Aamiin
Leave a Comment