| 0 Comments | 139 Views

Koran, tabloid, baik yang sifatnya cetak maupun online seminggu terakhir ini akan dan telah menunjukkan angka angka komunitas tertentu dalam jumlah ribu perkabupaten kota. Sehingga jumlah provinsinya sekitar ratus ribu dan sekian juta dalam skala nasional. Pada banyak aktifis sosial media muslim ini dianggap signal, warning tentang jumlah komunitas mereka sehingga kemudian kita harus waspada. Ditangan politisi angka itu berarti suara, suara berarti kekuasaan. Karena banyak dikalangan kaum pandir yang berpendapat suara rakyat = suara Tuhan. No! Salah! Tidak semua yang mayoritas itu suara Tuhan. Dikalangan para bandit, mencuri itu halal sebagai cara bertahan hidup. Tapi apakah itu artinya mencuri itu halal adalah firman Tuhan?

Strategi kalkulasi ini lah yang sedang mereka jalankan. Mereka, komunitas ini sedang meniupkan isu bahwa jumlah mereka besar. Sehingga layak diperhitungkan di tahun politik 2018/2019. Itulah tujuan utama yang mereka dorong dalam mnghembuskan isu jumlah. Sungguh kita juga harus sadar bahwa kita harus semakin jeli memilih kawan, tentu apalagi memilih wakil, apalagi memilih pemimpin. Terserah manapun pilihan kita atas kata aulia yang disebut-sebutNya dalam al Qur'an.

Tujuan mereka lebih lanjut adalah kesepahaman politisi bahwa dengan jumlah sedemikian mereka layak didengar, bahkan layak memiliki wakil. Awalnya kita tidak akan sadar, karena serangan pertama bukan pada UU perkawinan. Serangan pertama akan datang pada UU APBN. Anggaran negara akan dikamuplase untuk agenda mereka untuk semakin diterima, untuk dirangkul. Untuk kemudian masyarakat kita memiliki kelumrahan memandang mereka. Mereka sempat kalah ketika Komisi penyiaran membungkam kampanye pelumrahan komunitas mereka. Mereka mengatur strategi lain. Lewat kampanye kesehatan. Mereka akan jadikan itu ajang kongkow, ketemuan. Ujungnya pelumrahan.

Jika parlemen sudah menyetujui APBN yang mereka selundupi itu. Mereka akan bergerak ke UU kependudukan. Kesahan perlakuan atas disorientasi seksual. Ya mereka akan menang ketika kita dipaksa untuk menerima mereka disekitar kita sebagai bagian masyarakat yang normal. Definisi kesehatan jiwa ini akan mereka susupi. Sehingga keberadaan mereka akan menjadi kelumrahan,

Maka kelak jangan kaget ketika kita akhirnya kalah telak. Ketika UU perkawinan direvisi sesuai dengan versi ketidak normalan mereka. Lalu dimana anak kita mau kita sembunyikan? Kita lindungi?

Saya percaya, politik adalah seni meraih kekuasaan. Republik ini, Indonesia Raya ini akan mereka serang habis-habisan. Apapun caranya, bagaimanapun jalannya. Agar bangsa kita rusak parah, berkarat, lalu mogok dan susah maju lagi walau didorong oleh seluruh penumpangnya. Jika kita ingin merdeka dengan aman, tentram dan sejahtera. Maka kuasailah parlemen! Jangan biarkan mereka masuk. Cek betul betul setiap wakil rakyat. Pilihlah hanya mereka yang normal dan menganjurkan kenormalan. Merdeka!


Darmawan Soegandar

ps: Ini adalah tulisan lama saya menjelang masa pemilu 2018/2019 kemarin. saya upload ulang tanpa edit karena masih relevan untuk masa pemilu 2023/2024 agar kita semua hati-hati


Leave a Comment