| 0 Comments | 25 Views
SUKA Halal Foodcourt (Gambar didesain langsung oleh Manager Perencanaan dan Pengembangan Aset Bisnis PPB UIN Sunan Kalijaga)
Sudah dua tahun Covid-19 mengusik ketentraman negeri ini. Belum ada yang mampu memprediksi secara presisi kapan Covid-19 akan musnah karena virus ini terus berevolusi dan bermutasi. Covid-19 tidak hanya mengakibatkan permasalahan di bidang kesehatan, akan tetapi menimbulkan multiplier effect yang berdampak secara sistemik terhadap permasalahan lain terutama di sektor ekonomi. Tidak ada satupun perusahaan baik manufaktur maupun jasa yang luput dari turbulensi Covid-19. Bagaiamana tidak, kegiatan ekonomi yang bertumpu pada tiga aktivitas kunci: produksi, distribusi, dan konsumsi harus terhenti seketika akibat adanya pembatasan mobilisasi massa demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Satuan Kerja Badan Layanan Umum (BLU), khususnya yang bergerak di sektor jasa layanan pendidikan merupakan salah satu institusi yang sangat terdampak. Pasalnya, setelah pemerintah mengumumkan kasus Covid-19 perdana di Indonesia, Pimpinan Universitas langsung mengencangkan sabuk pengaman demi menjaga keselamatan warga kampus melalui penyesuaian metode pembelajaran yang semula dilaksanakan melalui pertemuan fisik berubah menjadi pertemuan virtual. Dengan kata lain, kampus-kampus mengalihkan seluruh agenda, kegiatan, dan pertemuan akademik secara online dengan memanfaatkan aplikasi dan teknologi digital.
Sekilas tidak ada masalah serius yang muncul ke permukaan, namun perlu diketahui bahwa kampus-kampus yang sudah berstatus BLU kehilangan potential captive market yang berasal dari tiga elemen: dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Faktanya, kampus BLU yang sudah memproduksi dan menjual produk air minum harus kehilangan keuntungan karena tidak dapat memasok ke beberapa vendor katering yang selama ini melayani kebutuhan konsumsi rapat internal. Ini adalah satu contoh unit bisnis, jadi bisa dibayangkan jika kampus BLU dengan sekian banyak lini produksi mengalami kesulitan terutama pada aspek likuiditas dan inventory turnover yang secara normatif tidak mampu mengkonversi persediaan menjadi keuntungan.
Dengan bauran kebijakan dan stimulus pemulihan yang terukur, pemerintah optimis mampu mengatasi dan menanggulangi pangkal permasalahan pandemi Covid-19 dengan melakukan vaksinasi massal secara gratis. Hal ini adalah milestone utama pemerintah agar masyarakat Indonesia memiliki imunitas yang kuat sehingga tidak mudah diserang oleh Covid 19 atau yang populer disebut Herd Immunity. Berdasarkan informasi yang dirilis secara real time oleh katadata, tercatat 126,8 juta jiwa penduduk Indonesia sudah memperoleh vaksin dosis pertama. Artinya pemerintah sangat serius mempersiapkan dan melakukan upaya konkret dalam menangani pandemi dengan meletakkan masalah kesehatan penduduk Indonesia sebagai prioritas utama untuk segera diatasi.
Sejalan dengan hal itu, angka kematian dan penularan Covid-19 dapat dikendalikan dan ditekan secara masif melalui pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat yang sangat disiplin. Pengawasan juga dilakukan berdasarkan zonasi, sehingga langkah penangananya bisa lebih cepat dan akurat menyesuaikan dengan realita di lapangan. Hasilnya, banyak daerah yang saat ini sudah melewati masa-masa kritis dari level 4 menjadi level 2. Kondisi ini memberikan sinyal positif khsusunya bagi kampus-kampus di Indonesia yang ingin segera mewujudkan pembelajaran tatap muka dengan jumlah terbatas dan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Diberlakukannya model pembelajaran dengan mengadopsi metode blended learning menjadi momentum tersendiri bagi kampus-kampus BLU sebagai business income generator untuk mereaktivitasi produk dan jasa layanan komersial untuk melayani pihak internal dan eksternal. Salah satu strategi yang dapat diadaptasi adalah Blue Ocean Strategy (BOS), sebuah konsep strategi yang dikembangkan oleh Kim dan Mauborgne (2014) untuk menciptakan suatu pasar tanpa adanya persaingan dengan menawarkan permintaan baru melalui kombinasi strategi diferensiasi dan keunggulan biaya. Visualisasi produk BOS yang dimaksud adalah pendirian Ekosistem Halal Digital (EHD) melalui pembangunan Food Station. Kampus BLU dipastikan tidak memiliki pesaing karena berperan sebagai inisiator, konseptor, dan fasilitator yang akan menikmati keuntungan maksimal atas seluruh transaksi pada Food Station.
Inisiasi pendirian EHD melalui Food Station terletak pada empat aspek sentral yang terintegrasi dari hulu ke hilir, yaitu: produk, transaksi pembayaran, skema bagi hasil, dan redistribusi pendapatan. Semua produk yang dijual merupakan produk yang halal sehingga para penjual diharapkan sudah memiliki Sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia. Konsep halal sudah bukan lagi atribut yang hanya melekat dan dibutuhkan bagi komunitas muslim. Faktanya banyak negara non-muslim menerapkan konsep halal karena mereka meyakini bahwa konsep halal sangat berkaitan dengan kualitas termasuk kebersihan dan kesehatan dari suatu produk (input-process-output) serta sebagai salah satu strategi pemasaran untuk menjangkau konsumen muslim terutama pada saat berwisata.
Food Station bekerjasama dengan Bank Syariah Indonesia dan LinkAja Syariah sebagai aplikasi dompet digital milik pemerintah untuk menghadirkan sistem pembayaran digital yang mengedepankan kemudahan, kepraktisan, dan keamanan. Hasil dari kerjasama itu adalah pembuatan Quick Response Indonesian Standard (QRIS) yang dipercaya mampu mempermudah implementasi transaksi pembayaran digital. Menurut regulasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, penggunaan QRIS menghasilkan manfaat ganda kepada konsumen dan Kampus BLU. Tidak ada biaya tambahan bagi konsumen saat melakukan transaksi QRIS. Sementara itu, pengelola dapat menerapkan sistem pembayaran yang efektif dan efisien karena tidak harus bersusah payah menyediakan uang kembalian dan dapat memitigasi peredaran uang palsu.
Skema akad atau perjanjian (kontrak) yang ditawarkan berbasis syariah, yaitu dengan menerapkan prinsip bagi hasil berdasarkan revenue sharing. Agar skema bagi hasil dapat dieksekusi secara adil, transparan, dan mampu mengendalikan atau bahkan mengeliminasi monitoring cost yang selama ini menjadi hambatan, maka Kampus BLU menetapkan konsep Kasir Sentral. Seluruh pembayaran akan terpusat pada satu pintu kasir sehingga perputaran kas dapat termonitor dengan jelas. Mengandalkan konsep scan-and-pay melaui QRIS, semua transaksi akan terdokumentasi dengan akurat dan menjadi acuan yang valid dalam proses perhitungan bagi hasil sesuai dengan nisbah bagi hasil yang disepakati pada saat awal kontrak.
Redistribusi pendapatan atas pengelolaan Food Station akan disalurkan melalui instrumen filantropi Islam, berupa Zakat dan Wakaf. Melalui penghimpunan Zakat dan Wakaf, Kampus BLU dapat membantu mahasiswa-mahasiswa yang kurang beruntung secara finansial sebagai efek domino yang dipicu atas kemunculan pandemi. Bantuan yang diberikan dapat direalisasikan melalui program beasiswa, pembayaran Uang Kuliah Tunggal, dan penyelesaian tugas akhir untuk Skripsi (S1), Tesis (S2), dan Disertasi (S3).
Keempat aspek penting tersebut adalah refleksi dari matriks pengembangan meliputi Eliminate, Raise, Reduce, dan Create yang biasa diadopsi oleh banyak perusahaan untuk menembus pasar bebas persaingan. Secara ringkas, menghapus produk-produk yang belum memperoleh sertifikasi halal karena halal sangat berkorelasi dengan mutu produk (Eliminate); meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembayaran melalui kanal digital (Raise); mengurangi biaya pengawasan dengan menerapkan sentralisasi kasir (Reduce); menciptakan mekanisme redistribusi pendapatan yang ditujukan membantu pendidikan mahasiswa yang kurang mampu (Create). Sebagai ikhtisar, pengembangan EHD melalui pembangunan Food Station berpotensi menyerap tenaga kerja sehingga mampu mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Leave a Comment