| 4 Comments | 350 Views
Disclaimer: begini ya, saya tidak ahli dalam menulis artikel jurnal ilmiah. Selama 4th ini hanya mempublish 11 artikel. Atau sekitar 2-3 artikel pertahun. Semata memenuhi kewajiban menulis 1 artikel persemester untuk sekedar menghalalkan tunjangan dari pemerintah sebagai orang yang berprofesi dosen. Selama 4th saya lebih banyak fokus untuk mempelajari perencanaan pengajaran di Universitas. Seperti mempersiapkan silabus dan pengembangannya, RPS, makalah bahan ajar dan PPT. Sehingga langkah pertama saya menulis buku ajar, bukan artikel. Total buku yang diterbitkan dan berISBN sekitar 23 buku, dan 12 diantaranya didaftarkan di digilib UIN Suka sebagai wujud terima kasih diangkat menjadi dosen.
Pertanyaan berikutnya, ahli pulalah saya dalam menulis buku ajar di perguruan tinggi? Rasanya tidak. Sebab saya menulis hanya karena keperluan saya mengajar, bukan karena saya dianggap ahli dalam suatu bidang tertentu (buku saya hanya diterbitkan oleh 1 penerbit mayor, 2 penerbit perguruan tinggi (3 jika FEBI UIN Sunan Kalijaga boleh di hitung) dan 1 buku diterbitkan oleh 1 penerbit indi dari total 23 buku). Dalam menulis buku, targetnya hanya memindahkan catatan persiapan saya mengajar yang asalnya berupa artikel atau catatan rangkuman perkuliahan, kemudian di bundel menjadi buku. Sesimpel itu. Soal bukunya baik atau buruk ya sama persis dengan isi yang saya ajarkan dikelas. Isinya kurang lebih sama dengan apa yang diajarkan oleh para dosen saya ketika dahulu jadi mahasiswa ditambah pengalaman membaca dan terpenting pengalaman praktis selama ini saya menjadi konsultan atau trainer pelatihan di kementerian/ lembaga/ bumn/ bumd atau perusahaan swasta. Jadi baguskan buku saya? Tak penting sekali. Sebab buku buku bagus dalam bidang ilmu manajemen atau bidang keuangan yang beredar itu rata rata minimal edisi ke 10 bahkan ada yang edisi ke 21. Jadi itu perjalanan sangat panjang. Jika bayangkan 1 edisi revisi hanya lajim ditulis setelah edisi awalnya terbit 4th. Paham kan sampai sini? Bayangkan apakah edisi pertamanya sudah langsung sebagus itu?
Jadi, upaya perbaikan buku akan dilanjutkan pada tahap ke dua penulisan buku, atau tahap edisi revisi. Setiap edisi revisi itu direvisi oleh hasil penelitian saya (yang bersumber dari artikel jurnal yang saya tulis) dan hasil pengalaman faktual manajerial di lapangan sebagai outcome saya menjadi konsultan atau trainer di lembaga yang mengundang saya. Sepanjang 4th terakhir ini saya sudah di undang bicara dalam kegiatan konsultasi, pelatihan terjadwal dan IHT sekitar 80an kali (disistem akademik UIN Suka baru dicatatkan 19kali karena baru terdokumentasi sejak tahun 2020 (1th) dan tidak dicatatkan semua karena beberapa diantaranya saya malas mengikuti prosedur harus kirim surat ini itu ke dekanat dan segala macam kode ini itu. Jadi saya putuskan kalau ribet ngga dicatat ya ngga masalah. Apa ruginya saya? Tidak ada. Jika di catat, apa untungnya saya? Juga tidak. Toh penghargaan orang luar atas keahlian tertentu kita dalam bidang ilmu manajemen dan aplikasi manajemen bukan karena catatan kita di Universitas, tetapi lebih banyak karena bisik bisik relasi π )
So begitulah disclaim saya ya. Semoga tidak menjadi salah paham. Saya tidak ahli dalam bidang apapun. Saya hanya sekedar memenuhi kewajiban saya pada negara yang menggaji saya, dan sedikit karena alasan memenuhi kewajiban saya terhadap keluarga saya. Sisanya sungguh saya tidak peduli, tidak peduli lagi. Bagi saya semua persoalan keuangan semata, soal return, soal untung rugi. Kenapa mesti memaksakan sesuatu kalau niat baik tak berbalas?
-KaKeKnya Nafeesha-
Comments
Honesty is proof of genius, and Hypocrisy is proof of stupidity
08 April 2022 00:41hahaha ya benar
22 April 2022 09:26Sekarang ena paham pak, dengan disclaim bapak π It's okey pakππ Ternyata, sebagai seorang murid, hal yang selalu saya anggap tidak mungkin, pastinya bisa terjadi. Saya selalu merasa guru saya pandai semuanya dan ahli di bidang apapun. Itu, diakibatkan rasa hormat dan cinta saya terhadap guru saya. Hal inilah membuat saya melupakan sesuatu. Tidak akan mungkin seorang guru, harus mahir di setiap bidang keilmuan. Pastinya, ada fokus tertentu atau minat bidang tertentu seorang guru. Lagi lagi karna, rasa pemujaan saya terhadap, guru saya, membuat saya berlebihan. Doktrin yang selalu mengatakan "tidak mungkin guru saya tidak paham pastinya guru saya paham" itu harus saya hapus. Dalam hidup saya, tidak semua karna untung rugi. Saya melakukan sesuatu itu karna cinta π Karena dalam prinsip saya, membahagiakan seseorang yang kita sayang, ada kebahagian tersendiri, yang itu tidak dapat diungkapkanππ π₯° Sehat selalu bapak π Kalau mengungkapkan sesuatu, ena lebih suka dengan mengatakan langsung π, kalau dalam tulisan, ditakutkan ada kesalahan dalam penafsiran dan intonasi membaca yang berbeda. Jadi terjadi miss komunikasi ππ
08 April 2022 03:29its ok na, setiap orang punya gaya bertutur sendiri.
22 April 2022 09:27Leave a Comment