| 4 Comments | 164 Views
Tulisan pada buku nikah ini sudah memudar, dibuat ketika ayah usia 17th dan ibu 18th. Usia yang tidak lajim dalam menikah. Banyak cerita dibaliknya, sebanyak kisah setelahnya. Menikah diusia muda bukan hal yang sederhana. 17th, ketika orang masih sibuk main dengan teman dikampus, atau traveling ke gunung ke pantai, ayah sibuk mengembangkan usaha. Ayah sibuk memikirkan bagaimana gaji pegawai dst. Pegawai ayah waktu itu rata rata sudah sarjana atau minimal diploma 3. Semua dalam bidang informatika atau sistem informatika. Ayah? Ayah baru kuliah semester 2. Belum banyak yang ayah paham.
Kalau kau tanya bagaimana menikah itu? Berat nak, sangat berat. Tetiba, ayah bukan anak bungsu lagi. Ayah tulang punggung sekarang di keluarga ayah. Dunia tiba tiba berubah dan berbeda. Tiba tiba ayah harus memikirkan masa depan banyak orang, tidak hanya masa depan ayah sendiri. Kuliah tidak lagi jadi prioritas. Kuliah ayah di Matematika IKIP Bandung terbengkalai. Biar ibu saja segera selesai, ayah selesai atau ngga sudahlah, urusan Allah saja. Walau tersaruk-saruk, setidaknya tersisa 3 mata kuliah KKN, PPL, Skripsi. Ya Allah, beratnya minta ampun. Di saat yang sama tengah malam bangun mengurus anak pertama yang nangis, kadang karena teringat urusan usaha yang belum selesai. Banyak lah variabel yang ayah harus pikirkan.
Tetapi kalau ditanya, menyesalkah ayah? Tidak. Betul ayah sering merepotkan orang lain dalam perjalanan itu, tapi ayah juga mampu memberi bantuan pada kesulitan orang lain. Jatuh bangun malah membuat ayah lebih kuat. Indikasi sederhananya adalah sejak kecil ayah sakit sakitan, dalam kesulitan hidup yang luar biasa selama membina keluarga diusia muda, ayah masih hidup kan? Tidak malah lebih cepat mati? Karena mungkin ayah ditempa oleh rasa sakit. Jadi sakit itu,... sepele. Lama lama kita akan menerima sakit sebagai rutinitas. Ketika ayah menjejakkan kaki di bumi Siliwangi, apa sih cita cita ayah yang paling mungkin? Menjadi guru kan? Dan ayah sudah menjadi guru sekarang. Malah plus bonus, ayah punya pengalaman mengajar SD-SMP-SMA-S1-S2-S3, apa lagi yang ayah cari?
Lumrahnya orang berkeluarga tentu ingin punya rumah, ada kan rumah Matahari? Soal kecil besar itu relatif nak. Banyak kok teman ayah dan ibu yang sama sama pegawai negeri, sama sama guru rumahnya lebih kecil. Ya jangan atuh dibandingkan dengan rumah artis atau pengusaha. Ngga adil pertandingannya. Kendaraan? Cukuplah, sepeda, motor, mobil, ayah dan ibu punya. Ya memang belum punya helikopter atau pesawat jet pribadi mah hahaha tapi kan pada titik ini saja, apakah semua teman ayah dan ibu yang sama sama lulusan ikip meraihnya?
Pendidikan, ya ayah melakukan perjalanan sangat panjang, sampai India malah. Tapi akhirnya di usia 37th atau 8th yang lalu ayah selesai pendidikan doktoral. Mau apa lagi? Apakah semua teman sekelas ayah ibu di ikip meraihnya? Kan tidak juga. Benar pendidikan ayah dan ibu diraih dengan tibabarabet. Beasiswa kadang telat, tapi kan selesai?
Benar ayah dan ibu tidak memiliki jabatan penting. Tapi bukankah ayah sering keliling indonesia untuk memberikan nasihat (konsultan) kepada para pejabat penting di kementerian/ lembaga/ pemda dan BUMN/BUMD atau Perusahaan swasta. Jadi ya ngga jelek jelek amat lah nak. Dengan cara ini tanggung jawab ayah juga berat. Kegagalan atas saran ayah berefek pada kegagalan entitas yang ayah nasihati. Jadi tanggung jawabnya sama beratnya. Lagi pula nak, kamu ingat kan ketika ayah diangkat pertama kali jadi PNS? Walau di SK disebutkan diangkat sebagai staf di kantor kementerian agama, ayah ditempatkan menjadi staf tata usaha di Madrasah Ibtidaiyah, sekolah setara SD. Kalian pernah kan sekolah di SD? Coba lihat apa tugas stafnya? Hehehe nah itulah ayah dulu. Tapi hidup itu proses nak, 16th kemudian ayah menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi islam negeri tertua di Indonesia. Memangnya ada yang punya pengalaman seperti ayah sama nak? 1001 deh kayanya. Dan itu bukan perjalanan yang pendek, sebab selain ayah menjadi staf tata usaha, ayah juga mengajar di beberapa PTS sejak 2007, 14th lalu. Jadi tidak ada yang tiba tiba, tidak ada yang instan. Ayah malah pengen ketawa lihat sms dari bank BSM yang masih ayah simpan 11th lalu ketika ayah diterima sebagai kepala kredit di Bank BSM Bandung. Hehehe ada ada saja yang ayah alami ya nak. Ayah pernah bekerja dalam banyak bidang, yang walaupun tak semua ayah bisa cerita. Tapi ayah bangga, entah ibu hahahaha.
Ok nak, arungilah hidup dengan gagah berani. Dengan persiapan yang kuat dalam upaya melayakkan diri atas apapun yang Allah persiapkan untukmu kelak. Kita membesarkan keluarga kita tidak dengan santai, kita telah bertarung selama lebih dari 25th. Kesulitan, kemiskinan, sakit dan lelah pernah kita alami. Jadi, tenanglah... ada Allah.
-ayah-
#pesan_awal_tahun: 2022
Irra Yusnita Darmawan
Aulia Mega Wardhani Darmawan
Luthfuatun Nisa Fauzia Darmawan
Salsabila Shafa Adzra Darmawan
Karenina Khaerani Darmawan
Nazwa Muntaz Putri Darmawan
Nafeesha Cucu Darmawan
Comments
Masyaa Allah 😢😢 Semangat terus kek
05 Januari 2022 09:55Makasih na...
05 Januari 2022 12:22Bersakit-sakit dahulu berenang renang ke tepian pak 👏👍
04 Februari 2022 13:32Benar sekali fit. Harus tahan banting
15 April 2022 00:00Leave a Comment