| 0 Comments | 147 Views

Card Image

Hari ini dimulai jauh malam tadi. Aku dengar ibu bangun larut sekali, jam 00 lewat. Oh ya,.. ibu janji mau menjahit kebaya untuk aku pakai pagi ini. upacara wisuda kelulusan SMA ku,..

Aku kembali tidur,..

Sekitar jam 4 ibu membangunkanku, "ka, kaka bangun.. sudah mau adzan subuh".

Dengan malas aku bangun. Aku lihat ayah sedang mengaji. Rasanya matanya merah. Mungkin habis menangis. Aku memang sering mendengar ayah menangis tengah malam. Biasanya sehabis shalat tahajud, ayah berdzikir sambil menangis. Begitupun kalau sedang mengaji.

Selesai mandi. Ayah sudah tidak ada diruang tengah. Mobil sudah terdengar menyala. Oh,.. ayah sudah dimobil menunggu. Memang kita harus cepat cepat ke salon. Biar bisa paling pagi. Musim wisuda begini salon pasti penuh.

Ayah, ibu, dan aku berangkat subuh sekali ke salon. Sesampai disalon ibu ikut masuk. Ayah melanjutkan tiduran dimobil sambil baca koran online di tabletnya. Tak seberapa lama, sekitar 30 menit, aku selesai didandani. Aku masuk kedalam mobil sambil cemberut. Aku tak suka tatanan rambutku yang mirip anak alay. Aku mulai menangis. 

Ayah bilang, "ya sudah bu sabar, kita cari salon lain. Siapa tahu ada yang sudah buka. Kita perbaiki dandanannya".

Hari masih pagi, belum sampai jam 6. Padahal acara wisuda jam 8. Jadi masih ada waktu mencari salon. Aku masih menangis. Ayah mulai menyetir dengan tidak tenang. Ibu mulai panik. Ibu tahu ayah tidak suka mengawali hari dengan hati tidak tenang dan marah marah.

Ibu, " kaka maunya bagaimana sih?".

Aku, sambil tetap menangis, "Ini rambutnya ngga mau diginiin".

Ibu, "ya sudah pakai sisir saja. Nanti kita beli sisir didepan".

Ayah memberhentikan mobil dipinggir jalan. Hotel tempatku wisuda masih jauh. Ayah keluar dari mobil. Mukanya merah menahan marah. Ayah duduk ditrotoar depan sebuah bank. Tampak sedang menelepon seseorang. Ibu memperbaiki rambutku sambil ngomel marah. Setelah selesai. Ibu turun, tampaknya membujuk ayah yang marah. Akhirnya ayah mau masuk lagi ke mobil. Tapi ibu yang sekarang menyetir.

Sesampainya dihotel. Masih jam 6.30 masih lama. Ibu ikut mengantar sampai ke dalam tempat acara. Sepi. Baru ada satu orang. Setelah ada satu teman lagi datang ibu baru pergi bekerja. Selama menunggu itu, ibu mengomel terus, tepatnya menasihatiku. Aku diam saja, dan bilang ke ibu, "tidak sengaja, tidak bermaksud begitu,.. ".

Satu persatu temanku datang. Waktu ibu masih ada, ada ayahnya temanku datang. Duduk disamping ibu. Pakaiannya lusuh. Jauh dibanding ibu dan orang tua lain yang datang. Hampir semua ibu ibu orang tua sepertinya ke salon sebelum ke sini. Anaknya,.. tak jauh beda. Anak perempuan itu memakai kebaya yang,.. tampak sudah tua. Lusuh. Begitupun kain batiknya. 

Teman temanku makin banyak yang datang. Berkebaya cantik, semua memakai makeup cantik. Sesuatu yang tadi aku keluhkan pada ibu. Ternyata memang begitu harusnya datang ke pesta ya. Cantik. Yang berkerudung juga bergaya seperti ibu ibu hijaber. Ditangan, tas tangan tak kalah mewah dan bergaya. Keren. Yang laki laki memakai jas hitam. Gagah. Ganteng.

Acarapun dimulai,.. sampailah pada acara puncak pengumuman kelulusan. Satu persatu siswa berprestasi dipanggil. Semester ini aku memang agak malas. Aku tak masuk yang dipanggil. Ibu guru pembawa acara memanggil, " dan,.. siswa dengan nilai tertinggi,... PUTRI, dari kelas G".

Putri dan ayahnya naik kepanggung. Putri berjalan berpegangan tangan dengan ayahnya. Ayahnya tampak terharu,.. menangis. Putri awalnya banyak tersenyum,.. tapi akhirnya,.. ia ikut memangis,.. memeluk ayahnya,.. yang tampak sedih,.. bagaimana sekolah anaknya kelak?

Ya, putri, anak perempuan berkebaya lusuh berkain batik belel, tak bermakeup sama sekali, rambutnya digerai. Datang dengan tas ransel sekolah. Dengan ayahnya, yang berkemeja lusuh. Aku lihat hampir semua ibu ibu orang tua yang datang ikut menangis, ibu guru juga. Terharu

Aku kira,.. aku malu melanjutkan ceritaku,..


-kaka-

Based on true story


Leave a Comment