| 0 Comments | 16 Views

Card Image

Dolanan Bocah

Yogyakarta – Upaya pengembangan model pembelajaran Global Citizenship berbasis dolanan anak menjadi sorotan dalam dunia pendidikan anak usia dini. Konsep ini bukan sekadar pendekatan baru dalam proses belajar-mengajar, melainkan cerminan dari praktik learning sustainability atau pembelajaran keberlanjutan yang mengakar kuat pada konteks budaya lokal Indonesia.

Konsep learning sustainability memiliki keterkaitan erat dengan pendekatan Global Citizenship Education (GCE), di mana keduanya menekankan pembentukan nilai-nilai kemanusiaan universal seperti empati, keadilan sosial, tanggung jawab global, dan kepedulian terhadap lingkungan. Dalam konteks pembelajaran anak usia dini, nilai-nilai ini dapat diinternalisasikan secara alami melalui permainan tradisional (dolanan anak) yang bersifat kontekstual dan menyenangkan.

Menurut para pengembang model, dolanan anak bukan hanya wahana bermain, tetapi juga praktik keberlanjutan budaya. Permainan tradisional mengandung nilai gotong royong, kejujuran, kerja sama, dan toleransi. Melalui permainan seperti gobak sodor, engklek, dan jamuran, anak-anak belajar memahami pentingnya hidup bersama dan menghargai perbedaan sejak usia dini. Ini sekaligus menjadi bentuk nyata dari pelestarian kearifan lokal melalui pendidikan.

Model ini juga menekankan penguatan kompetensi sosial berkelanjutan. Interaksi sosial yang dibangun dari dolanan anak terbukti meningkatkan keterampilan komunikasi, penyelesaian konflik secara damai, serta solidaritas sosial. Kompetensi-kompetensi ini penting dalam membentuk karakter anak sebagai warga dunia yang bertanggung jawab (responsible global citizen).

Pendekatan ini menempatkan pembelajaran dalam kerangka yang kontekstual dan holistik. Anak-anak tidak hanya belajar secara kognitif, tetapi juga melalui pengalaman fisik, emosional, dan sosial. Aktivitas bermain diposisikan sebagai sarana utama pembentukan karakter dan pengembangan interaksi sosial yang berkelanjutan.

Secara lebih luas, model ini mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG 4.7) yang mendorong pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan kewargaan global. Implementasinya juga dinilai relevan dengan kurikulum nasional yang menekankan pada pendidikan karakter dan budaya bangsa.

“Anak tidak hanya menjadi peserta pasif, tetapi dilatih menjadi agen kecil perubahan sosial,” ujar salah satu tim pengembang model. “Permainan tradisional tidak hanya mendidik, tetapi juga menanamkan nilai perdamaian, tanggung jawab, dan cinta sesama sejak dini.”

Dengan mengintegrasikan dolanan anak ke dalam pendidikan kewargaan global, model ini menjadi jembatan penting antara pelestarian budaya lokal dan pembentukan identitas global anak. Ini adalah langkah konkret dalam membangun pendidikan berkelanjutan yang tidak hanya adaptif terhadap perubahan zaman, tetapi juga berpijak kuat pada akar budaya bangsa.


Redaksi | Pendidikan Berkelanjutan | 2025 I Ekosuhendro


Leave a Comment