| 0 Comments | 15 Views

Card Image

Dolanan Anak

Pendidikan Budaya dan Perubahan Global

Di berbagai belahan dunia, pendidikan anak mengalami pergeseran dari pendekatan akademik ke arah pembelajaran yang lebih kontekstual, kreatif, dan berbasis budaya. Di Eropa dan Amerika, istilah heritage games dan nature play semakin sering terdengar—menunjukkan kesadaran akan pentingnya permainan lokal sebagai bagian dari pendidikan karakter dan identitas. Di Indonesia, konsep ini telah lama hadir dalam bentuk dolanan anak tradisional, terutama dolanan anak Jawa.


Dolanan Jawa sebagai Nature Play

Permainan seperti masak-masakan dari tanah, membuat mainan dari daun jati, atau bermain gethek di kali merupakan bentuk nature play yang mengajarkan anak untuk berinteraksi langsung dengan alam. Permainan ini melatih motorik, kepekaan ekologi, hingga spiritualitas. Dalam konteks pendidikan, ia menjadi sarana untuk menanamkan nilai syukur, kesederhanaan, dan kepedulian terhadap lingkungan.


Dolanan Jawa sebagai Heritage Games

Dolanan seperti Jamuran, Cublak-Cublak Suweng, atau Benthik bukan hanya permainan, melainkan ekspresi nilai budaya yang mendalam. Ada unsur musik, strategi, hingga simbol sosial yang diwariskan turun-temurun. Ia menyampaikan pesan etika, gotong royong, dan tata krama khas Jawa. Maka, dolanan ini memiliki fungsi ganda: sebagai hiburan sekaligus alat edukasi lintas generasi.


Mengintegrasikan ke dalam Kurikulum PAUD dan SD

Dengan semangat Kurikulum Merdeka dan Profil Pelajar Pancasila, dolanan dapat dihidupkan kembali dalam kegiatan belajar. Misalnya:

  • Gobak Sodor untuk melatih kolaborasi,

  • Cublak-Cublak Suweng untuk mendengarkan dan memahami simbol,

  • Congklak untuk mengasah logika dan numerasi.

Dolanan bisa masuk dalam RPPH, tema-tema pembelajaran PAUD, hingga kegiatan parenting berbasis budaya lokal.


Potensi Digitalisasi dan Globalisasi Dolanan

Saat ini, permainan tradisional tidak harus selalu dilakukan secara fisik. Banyak heritage games di Barat telah diangkat dalam bentuk aplikasi atau game edukatif digital. Hal serupa dapat dilakukan untuk dolanan Jawa: membuat animasi Sluku-sluku Bathok, aplikasi interaktif Cublak-Cublak Suweng, atau AR dolanan Jamuran. Ini bisa menjadi jembatan antara generasi digital dan warisan budaya.


Kesimpulan

Dolanan anak Jawa bukan sekadar masa lalu. Ia adalah masa depan pendidikan berbasis budaya. Ia mengajarkan nilai, menghidupkan identitas, dan merawat warisan leluhur. Dengan pendekatan kreatif dan adaptasi digital, dolanan bisa menjadi heritage games Indonesia yang berdaya saing global—tanpa kehilangan akar lokalnya.


Leave a Comment